Guru Honorer Ini Menangis dan Peluk Nadiem saat Bertemu, Terungkap Kisahnya yang Bergaji Rp 100 Ribu
Belasan tahun mengabdi, guru honorer di TK Negeri Pembina Pedesaan Jonggat, Lombok Tengah itu hanya menerima honor Rp 100.000 per bulan.
TRIBUNSOLO.COM -- Kisah guru honorer bergaji kecil membuat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudrister) Nadiem Makarim terenyuh.
Cerita itu bermula saat Nadiem menyempatkan menginap di rumah seorang guru honorer bernama Sukardi.
Kala itu ia sedang berkunjung ke Lombok Tengah, NTB pada 6-7 Oktober 2021.
Cerita hidup Sukardi, guru honorer asal Desa Mujur, Kabupaten Lombok Tengah itu lantas mendapat perhatian Nadiem Makarim.
Nadiem lantas mengisahkan perjuangan Sukardi yang tetap mengajar selama 25 tahun, meski gajinya kecil.
Baca juga: Resmikan Multimedia Nusantara Polytechnic, Mendikbud Nadiem : 3 Prodi yang Ada Sangat Kita Butuhkan
Baca juga: Guru Ini Tak Menyangka Nadiem Makarim Menginap di Rumahnya, Sempat Curiga Petugas Kebersihan Datang
"Pak Sukardi itu berapa kali punya kerjaan yang empat kali gajinya lebih besar dari gaji honorer, tapi tetap selalu pergi mengajar, karena kenapa, 'hati saya bukan di situ'," kata Nadiem menirukan ucapan Sukardi, Kamis (7/10/2021).
Digaji Rp 225.000
Sukardi pun menceritakan pengalamannya menjamu Nadiem Makarim di rumahnya.
Dia sempat bercerita kepada Nadiem bahwa selama ini dirinya hanya digaji Rp 225.000 per bulan.
"Gaji tidak seberapa, dikasih Rp 225.000 ribu per bulan, itu dikasih setelah empat bulan," kata Sukardi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (7/10/2021).
Sukardi mengaku, penghasilan tersebut sangat jauh dari kata cukup, mengingat harga kebutuhan yang semakin hari semakin tinggi.
Menjadi kuli bangunan hingga buat batu bata
Karena gajinya kecil, Sukardi terpaksa mencari pekerjaan tambahan, seperti membuat bata dan tukang bangunan.
Hal itu dilakukan demi bisa menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga.
"Curhat sama pak menteri (Nadiem) pengalaman selama menjadi honorer, pernah nyambi jadi tukang bangunan, buat batu bata, hingga buat dinding bedek," ungkap Sukardi.
Meski demikian, panggilan jiwa membuat Sukardi bertekad untuk selalu mengajar.