Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Paru-paru Gadis Ini Rusak karena Vaping, Kini Tak Bisa Nafas Tanpa Ventilator, Orang Tua Depresi

Paru-paru Gadis Ini Rusak karena Vaping, Sempat Dikira Kena Covid-19, Orang Tua Menangis Histeris

Editor: Eka Fitriani
MEDICAL JOURNAL OF AUSTRALIA
Kondisi paru-paru Dakota yang terisi dengan cairan akibat kebiasaan 'vaping' 

TRIBUNSOLO.COM - Seorang remaja berusia 15 tahun, Dakota Stephenson telah mencoba vaping dengan teman sekolahnya.

Namun, sang gadis tak menyangka jika kebiasaannya tersebut memiliki risiko yang mematikan.

Di bulan September 2021 lalu, remaja asal Sydney tersebut dirawat di unit gawat darurat rumah sakit karena menderita kelainan paru-paru yang disebabkan vaping, atau dikenal dengan istilah EVALI.

EVALI adalah singkatan dari E-cigarette or Vaping product use-Associated Lung Injury yang pertama kali dilaporkan terjadi di Amerika Serikat.

Sang Ibu, Natasha Stephenson membeberkan bahwa anaknya Dakota kini harus bernapas menggunakan bantuan ventilator.

Sekarang setiap kali ventilator dilepas, kini membuatnya susah bernapas.

Baca juga: Niat Olahraga Ekstrem, Ibu Ini Tewas Akibat Tali Tak Diikat Tepat, Teriakan Terakhir Bikin Merinding

Baca juga: Sudah Dibelikan Gelang Rp 4,3 juta, Seorang Istri Tak Puas Lalu Curi Uang Suami Rp 12,8 Juta

Saat sang remaja kini masuk rumah sakit, para dokter memngira dirinya tertular Covid-19.

Ia dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans hanya beberapa hari setelah merasakan sakit punggung dan kesulitan buang air kecil, kemudian muntah-muntah disertai debar jantung yang cepat dan suhu badan meningkat hingga 39 derajat.

"Saat itu ia kesulitan bernapas, semakin parah," kata Natasha.

Dalam beberapa jam Dakota mengalami hipoksia dengan tidak cukupnya udara yang masuk ke paru-parunya dan menyebabkan pneumonia di kedua paru-parunya. Saat itulah Dakota mengaku kepada ibunya jika ia diam-diam memiliki kebiasaan vaping selama tujuh bulan terakhir.

Dakota dirawat di rumah sakit selama tiga hari karena kondisi paru-parunya.
Dakota dirawat di rumah sakit selama tiga hari karena kondisi paru-parunya. (DOK DAKOTA STEPHENSON via ABC INDONESIA)

Dakota keluar dari rumah sakit setelah seminggu dirawat, tapi sekarang ia kesulitan saat berolahraga padahal sebelumnya sangat bugar.

Dakota kini memperingatkan remaja lain tentang potensi risiko akibat kebiasaan vaping.

"(Ini) bisa membunuhmu. Ini sangat menakutkan," katanya. Natasha mengatakan terkejut mengetahui putrinya diam-diam vaping, karena baik ibu dan ayahnya tidak merokok dan sangat membenci rokok. "Bagian tersulit ketika harus membawanya ke Rumah Sakit Anak," katanya. "Kata-kata tidak bisa menggambarkan perasaan saya sebagai orang tua."

Pekan lalu lembaga yang mengawasi produk terapi dan obat-obatan di Australia, atau Therapeutic Goods Administration (TGA) mengumumkan pelarangan penjualan vaping dengan nikotin tanpa resep dokter, setelah melihat penggunaannya yang meningkat di kalangan anak muda. Apa yang dialami Dakota telah ditulis secara rinci dalam laporan Medical Journal of Australia (MJA).

Baca juga: Hindari Utang Rentenir Rp 2,5 Miliar, Pengusaha Telur Ini Mengaku Dibegal dan Kehilangan Rp 1,3 M

Baca juga: Sempat Muram, Kini Kamar Hotel di Tawangmangu Jadi Incaran Wisatawan Lagi, Okupansi Naik 10 Persen

Namun, beberapa dokter yang percaya vaping dapat membantu menghentikan kebiasaan merokok, mendesak agar laporan ini ditangani dengan penuh hati-hati. Alex Wodak, direktur Asosiasi Pengurangan Bahaya Tembakau Australia, mengatakan EVALI adalah kondisi yang sangat spesifik yang hanya didokumentasikan di Amerika Serikat pada tahun 2019, menanggapi vape yang mengandung tetrahydrocannabinol (lebih dikenal sebagai THC) dari ganja dan vitamin E asetat yang membuat orang ketagihan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved