Berita Sukoharjo Terbaru

Cerita Aneh Pemandian Air Panas PB X di Langenharjo : Dibor Lagi Mesin Meledak, Padahal Sudah Ritual

Pemandian air panas belerang di Situs Pesanggrahan Langenharjo peninggalan Paku Buwono (PB) IX dan X memiliki cerita panjang.

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Agil Tri
Pemandian air panas belerang di Situs Pesanggrahan Langenharjo peninggalan Paku Buwono (PB) IX dan X memiliki cerita panjang di pinggir Bengawan Solo, Dusun II, Desa Langenharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Pemandian air panas belerang di Situs Pesanggrahan Langenharjo peninggalan Paku Buwono (PB) IX dan X memiliki cerita panjang.

Letak pemandian itu ada di pinggir Bengawan Solo, Dusun II, Desa Langenharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo yang tak jauh dari pusat Solo Baru.

Ternyata ada cerita yang tak banyak orang tahu sejak didirikan pada 15 Juli 1931 silam dalam upaya menghidupkannya, seperti apa kisahnya?

Pengurus Situs Pesanggrahan Lagenharjo, GPH Soeryo Wicaksono mengungkapkan, sejak 1971 pemandian tersebut tiba-tiba tidak panas lagi.

Baca juga: Potret Pesanggrahan Langenharjo Sukoharjo, Peninggalan PB IX: Gus Dur dan Wiranto Pernah Datang

Baca juga: Warga Langenharjo Sukoharjo Ini Syok Berat 3 Asetnya Dilelang Bank hingga Istrinya Stroke

"Pada titu airnya sudah tidak panas, karena selubung bajanya keropos dan menutup," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Minggu (20/11/2021).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembalikan air panas tersebut, namun belum bisa mengembalikan air panas tersebut.

Menurut pria yang akrab disapa Gusti Nino, mencari titik lain yang bisa memunculkan air panas belerang tersebut sangat sulit.

Lalu, tak semua pengebor berani melakukan pekerjaan yang dinilai mustahil di lokasi tersebut.

Hingga akhirnya, ada seorang donatur dari Bali yang ingin mengembalikan air panas di tempat peninggalan PB IX dan PB X itu.

"Saat itu saya undang 10 tukang pengebor tidak ada yang sanggup. Karena besi bornya lawan baja akan kalah, sehingga harus mencari titik lain," ujarnya.

Geologi dan PDAM pun dimintai saran, dan tidak ada yang berani menentukan titik baru, karena saat ini kawasan Solo Baru sudah banyak berdiri bangunan.

Alasan lain karena Gunung Merapi sudah meletus berkali-kali, sehingga ada kemungkinan menutup sumber air panas tersebut.

Baca juga: Sosok Istri Raja Solo Paku Buwono XII KRAy Retnodiningrum : Sabar & Suka Bertirakat

Baca juga: Potret Pesanggrahan Langenharjo Sukoharjo, Peninggalan PB IX: Gus Dur dan Wiranto Pernah Datang

"Karena uang sudah saya terima, saya sendiri yang menentukan dengan tak ada jaminan airnya keluar panas dan mengandung belerang," ujarnya.

"Akhirnya saya ritual, hingga akhirnya datang orangtua yang datang bernama mbah Slamet," imbuhnya.

Mbah Slamet menunjuk titik dan hari pengeboran lokasi baru.

Gusti Nino kemudian mencari pengebor lagi, dan ada yang mau melakukan pengeboran tersebut pada Jumat (11/12/2020).

Terjadi Ledakan

Namun saat pengeboran, mesin yang digunakan untuk mengebor meledak.

"Setelah meledak itu, pengebor angkat tangan, arena takut akan kejadian seperti lumpur Lapindo," katanya.

Mengantisipasi kebocoran, lokasi pengeboran kemudian diberikan bahan khusus.

Kemudian dipasangi peralon, dengan diberi lubang sesuai titik pada air yang mengandung belerang.

"Upaya tersebut berhasil, tapi tidak mengembalikan panasnya air," kata dia.

Meski demikian, Gusti Nino menyayangkan upaya dari Balai Pelastrian Cagar Budaya, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sukoharjo yang kurang memperhatikannya.

Menurut Nino, di pemandian ada tembok yang jebol dan kondisinya atapnya memprihatinkan.

"Ini merupakan kewajiban balai cagar budaya, tapi karena anggarannya untuk Covid-19, maka bisa dicarikan anggaran dari mana saja, misal swasta," harap dia.

Wisata Religi di Langenharjo

Pesanggrahan peninggalan Pakubuwono (PB) IX di Desa Lengenharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo kini menjadi lokasi wisata religi. 

Menurut pengurus Pesanggrahan GPH Soeryo Wicaksono, banyak masyarakat yang datang ke Pesanggrahan untuk melakukan meditasi. 

Ya, tempat tersebut dulunya dijadikan PB IX untuk belajar ilmu religi, dan meditasi.

Baca juga: Sejarah Desa Lengenharjo di Sukoharjo : Tempat Sakral Raja Solo PB IX Belajar, Sebelum Naik Tahta

Baca juga: Pertama Kali di Sukoharjo, Virtual Job Fair Digelar 24-25 November: Ada 30 Perusahaan Buka Lowongan

"Sebelum pandemi banyak yang datang setiap harinya. Namun karena ada PPKM, sudah berkurang," katanya, Minggu (21/11/2021).

Pria yang akrab disapa Gusti Nino itu mengatakan, masyarakat yang datang ke Pesanggrahan biasanya memiliki masalah. 

"Biasanya, kesini mereka ingin bermunajat untuk masalah kehidupan," ujarnya.

"Disini, mereka tirakat atau melakukan meditasi. Jika tidak bisa meditasi, ya paling cuma tiduran, dengan harapan dapat inspirasi," ujarnya.

Baca juga: Sukoharjo Siap PPKM Level Satu, Kini Hanya Ada 3 Kasus Aktif 

Ia menuturkan, masyarakat yang datang tak hanya dari Solo Raya saja, namun juga datang dari luar Jawa seperti Bali.

Selain itu, sejumlah tokoh besar seperti Gus Dur, dan Wiranto pernah juga datang ke Pesanggrahan.

"Pantangannya disini hanya tidak boleh berfikir negatif saja," katanya.

Sejarah Desa Langenharjo 

Desa Lengenharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo punya sejarah panjang dengan Keraton Solo alias Keraton Kasunanan Surakarta.

Desa ini dulunya merupakan tempat Raja Solo, Pakubuwono IX, berdiam dalam masa pengasingan.

Baca juga: Sejarah Karanganyar: Cerita Tentang Pertemuan Pangeran Sambernyawa & Nyi Ageng Karang di Pengasingan

Menurut GPH Soeryo Wicaksono, ada sejumlah peninggalan Pakubuwono IX yang masih berdiri kokoh di Desa Lengenharjo hingga saat ini. 

Bahkan, bangunan-bangunan peninggalan Pakubuwono IX itu masih bisa digunakan untuk masyarakat umum.

"Di Desa Lengenharjo ada tiga bangunan PB IX, yakni Masjid Cipto Sidi, Pasanggrahan, Pemandian Air Panas, dan monumen jembatan Bacem," kata Soeryo, Minggu (21/11/2021).

"Selain itu ada makam Kyai Khasan Mukmin, yang merupakan makam dari gurunya PB IX dan PB X," imbuhnya. 

Desa Lengenharjo sendiri memiliki sejarah panjang dari perjuangan PB X. 

Menurut pria yang akrab disapa Gusti Nino itu, Desa Lengenharjo sendiri berasal dari dua kata Jawa, yakni Pangangen yang artinya keinginan, dan Harjo yang memiliki arti makmur.

Sebelum diangkat menjadi raja, PB IX belajar berbagai ilmu, seperti ilmu spiritual, dan meditasi. 

Lokasi yang dijadikan untuk belajar berada di Desa Lengenharjo. 

Setelah PB IX jadi raja, lokasi tempatnya belajar tersebut kemudian di keramatkan. 

"Dulu tempatnya tidak seperti ini. Yang membangun peninggalan PB IX disini adalah PB X," kata dia.

"Karena saat kepimpinan PB X, Kasunanan Surakarta memasuki masa kejayaan," imbuhnya. 

Itulah alasan mengapa bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Desa Lengenharjo ini punya ciri tulisan PB X. 

Kondisi bangunan belum banyak berubah, meski sudah berumur ratusan tahun. 

Seperti Masjid Cipto Sidi, yang masih ada bedu, mimbar khatib, dan bentuk bangunan sedari dari era PB X. 

Termasuk pada bangunan pesanggrahan, serta pemandian air panasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved