Klaten Bersinar
Selamat Datang diĀ KlatenĀ Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Inilah Joko Mulyo Pitutur, yang Jadi Nama Sendang di Turi Sragen : Telik Sandi Ampuh Era Mangkubumi

Joko Mulyo Pitutur dijadikan nama sendang di Kampung Turi, Kelurahan Sine, Kecamatan/Kabupaten Sragen.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Sendang Joko Mulyo Pitutur di Kampung Turi, Kelurahan Sine, Kecamatan/Kabupaten Sragen. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Joko Mulyo Pitutur dijadikan nama sendang di Kampung Turi, Kelurahan Sine, Kecamatan/Kabupaten Sragen.

Sosok Joko Mulyo Pitutur sendiri, merupakan seseorang tokoh yang hidup di masa Pangeran Mangkubumi.

Sesepuh Turi, Ngadiman (75) mengatakan Joko Mulyo Pitutur masih termasuk ke dalam keluarga Keraton Solo.

"Masih satu keluarga di Keraton Solo, jika ditelusuri sejak zaman Mangkubumi, pasti ketemu," ujarnya kepada TribunSolo.com, Senin (22/11/2021).

Baca juga: Keramatnya Sendang di Turi Sragen, Pernah Ada yang Tak Selamatan Sebelum Acara,Sejumlah Warga Celaka

Baca juga: Sejarah Sendang Joko Mulyo Pitutur di Turi Sragen, Awalnya Hanya Kubangan: Air Tidak Pernah Kering 

Ngadiman menerangkan, dulunya Joko Mulyo Pitutur merupakan keluarga Keraton yang memberi petunjuk bagi Pangeran Mangkubumi.

Saat itu, sosok Pangeran Mangkubumi yang kemudian akan menjadi Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana I, menentang Keraton bersekutu dengan Belanda.

Kemudian, ia kari ke Bumi Sukowati yang saat ini disebut Kabupaten Sragen.

Tugasnya, memberitahu di mana posisi penjajah Belanda dan mengarahkan Pangeran Mangkubumi ke tujuan pelarian selanjutnya.

"Dia sendirian di sini, tidak ada yang mengawal, untuk memberikan petunjuk keberadaan Belanda kepada Pangeran Mangkubumi," jelasnya.

Joko Mulyo Pitutur berangkat terlebih dahulu, yang kemudian ia salah presepsi saat memberikan aba-aba kepada Pangeran Mangkubumi.

Karena kesalahannya itulah, Joko Mulyo Pitutur mendapat hukuman, dan diminta bertapa di lokasi tersebut.

"Dia diminta untuk bertapa, kemudian Joko Mulyo Pitutur tidak bisa keluar dan dan tidak bisa kembali lagi ke Solo," ungkapnya.

"Saat bertapa ia terjepit, tidak hanya satu atau dua tahun, bahkan hingga ratusan tahun," tambahnya.

Ngadiman memastikan jika sosok Joko Mulyo Pitutur dulunya adalah manusia, yang hidup hingga meninggal saat bertapa itu.

Ia tidak pernah menikah, maupun mempunyai keturunan hingga meninggal dunia.

Kemudian, Joko Mulyo Pitutur dapat bebas, ketika seorang warga setempat sedang menggali untuk membuat sumur, yang berwujud batu berukuran kecil.

Baca juga: Sejarah Sendang Joko Mulyo Pitutur di Turi Sragen, Awalnya Hanya Kubangan: Air Tidak Pernah Kering 

Baca juga: Cara Naik KRL Solo-Jogja Lengkap dengan Jadwal Terbaru, Kini Bisa Pakai LinkAja

Cerita dari Ngadiman, sosok Joko Mulyo Pitutur adalah manusia yang tinggi dan besar.

Saat sakit, ia mencoba untuk meminta kesembuhan melalui media Joko Mulyo Pitutur.

"Saat bermalam di sendang, saya melihat sosok yang menjulang tinggi, saya berdiri kira-kira sepinggang nya saja," bebernya.

"Dia meminta saya untuk mandi dengan kembang setaman, dan saya berucap, jika saya besok bisa jalan, berarti memang Joko Mulyo Pitutur adalah manusia, dan keesokannya saya berhasil sembuh," imbuhnya.

Kebaikan Joko Mulyo Pitutur masih dirasakan hingga kini.

Bagi siapa yang bersedekah dan merawat lokasi sendang Joko Mulyo Pitutur, maka akan mendapat keberkahan.

Seperti saat ini, sendang Mulyo Pitutur telah disulap menjadi pasar budaya.

Sejak dibukanya pasar budaya tersebut, berdampak kepada sawah-sawah disekitar sendang, yang tumbuh lebih subur. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved