Berita Sragen Terbaru
Aneh Tapi Nyata, Tanah di Turi Sragen Ini Tak Bisa Ditanami Pohon, Ada yang Nekat Kini Jadi Buta
Ada kasak-kusuk misteri di tengah keberdaan tanah tak bertuan di Kampung Turi, Kelurahan Sine, Kecamatan/Kabupaten Sragen.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Ambil Bisa Jadi Celaka
Kabupaten Sragen tak lepas dari jejak Pangeran Mangkubumi, ketika melakukan kekejian penjajahan Belanda.
Bahkan, Pangeran Mangkubumi rela keluar dari Keraton Surakarta karena tidak sepemikiran dengan sang kakak, Raja Pakubuwana II yang berpihak kepada Belanda.
Dalam pelariannya, Pangeran Mangkubumi pernah bersembunyi di Desa Gebang, Kecamatan Masaran yang hanya sejauh sekitar 30 kilometer.
Tepatnya, disebuah ruangan, di bawah pohon beringin ditepi Sungai Mungkung, yang lebih mirip seperti gua.
Baca juga: Sejarah Kampung Larangan Sukoharjo : Dulu Gudang Senjata Keraton Solo, Makanya Jadi Daerah Terlarang
Baca juga: Imbas Bupati Sukoharjo Marah Lihat Kerumunan Vaksinasi Siswa, Lokasi Dipindah Agar Tak Jadi Klaster
Perangkat Desa Gebang, Jumali mengatakan disekitar gua juga ditemukan puluhan makam, yang diduga merupakan makam pengikut Pangeran Mangkubumi dan keluarganya.
"Lokasinya diseberang gua itu, kalau dilihat sekilas hanya tanah datar biasa, tapi disitu ada batu-batu yang menandakan adanya makam, yang diduga merupakan pengikut Pangeran Mangkubumi," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (22/9/2021).
Berdasarkan jumlah gundukan batu, terdapat 21 jasad yang dikubur di tanah tersebut.
Selain itu, juga ada batu berdiameter 1 meter, dimana menurut cerita warga, batu itu tidak bisa dipindahkan.
Awalnya, warga yang akan memperbaiki jalan, akan memindahkan batu tersebut.
Berbagai upaya dilakukan, dengan memukul batu hingga memindahkannya dengan eksavakator, namun tak bisa dipindahkan.
Setelah ditelusuri, itu merupakan batu nisan Nyai Tuginah Wiro Atmodjo, yang merupakan putri dari salah satu pengikut Pangeran Mangkubumi, Tumenggung Wiro Atmodjo.
Diduga, Nyai Tuginah merupakan pemimpin dari 21 orang yang dimakamkan di tempat tersebut.
Selain itu, di sekitar makam juga ada pohon wawung yang sudah roboh, menurut Jumali, pohon tersebut memiliki keistimewaan tersendiri.
"Pernah, warga mengambil secuil kayu dari pohon wawung itu, kemudian sampai rumah tiba-tiba sakit keras, dan setelah dikembalikan ke asalnya, warga tersebut kembali sehat," jelasnya.