Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Gunung Semeru Erupsi

Detik-detik Erupsi Gunung Semeru: Ternyata Alam Sudah Beri Tanda-tanda Ini, Tapi Tak Disadari Warga

Menurutnya, tanda yang diberikan alam salah satunya adalah hujan dengan intensitas tinggi atau hujan di hari yang sama.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Kukuh Kurniawan/TribunJatim.com
Warga saat mengerumuni lokasi Jembatan Gladak Perak penghubung Lumajang-Kabupaten Malang yang terputus akibat terjangan banjir lahar dingin Gunung Semeru meletus. 

TRIBUNSOLO.COM - Ternyata sebelum erupsi Gunung Semeru, sudah ada tanda-tanda dari alam.

Tanda alam itu terjadi ketika gunung berapi akan meletus.

Hal tersebut disampaikan Ahli Kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta Eko Teguh Slamet.

Menurutnya, tanda yang diberikan alam salah satunya adalah hujan dengan intensitas tinggi atau hujan di hari yang sama.

Seperti diberitakan sebelumnya, Eko menjelaskan bahwa fenomena gunung Semeru meletus kemarin merupakan erupsi sekunder.

Baca juga: Detik-detik Gunung Semeru Meletus, Guguran Lava Pijar Disertai Suara Gemuruh

Baca juga: Catat, Jalur Pendakian di Gunung Semeru akan Dibuka 1 April 2021, Ini Syaratnya

Dia berkata, erupsi sekunder selalu terjadi di musim penghujan.

Dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (5/12/2021) yang dikutip Kompas.com di artikel berjudul
Ahli Kebencanaan: Sebenarnya Alam Memberi Tanda Semeru Akan Meletus",

Eko mengatakan bahwa setiap gunung api memiliki kecenderungan yang berbeda ketika erupsi atau meletus.

"Kalau (Gunung) merapi (erupsi) berupa guguran kubah, kalau di semeru gugurannya kubah dan produk erupsi," ungkap Eko dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (5/12/2021) pagi.

Dusun Kamar A, Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang merupakan kawasan yang paling terdampak saat Gunung Semeru kembali erupsi, pada Sabtu (4/12/2021).
Dusun Kamar A, Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang merupakan kawasan yang paling terdampak saat Gunung Semeru kembali erupsi, pada Sabtu (4/12/2021). (Surya)

Seperti diketahui, Desember 2020 Gunung Semeru pernah erupsi dan di tahun ini Semeru meletus lagi.

Dia menjelaskan, dari erupsi yang pertama, material-material erupsi dapat berkumpul di puncak gunung karena hujan dan menyebabkan erupsi sekunder.

"Nah, gejala-gejala ini yang perlu dicermati kalau ada akumulasi kubah selama proses satu dua tahun sebelumnya dalam jumlah yang besar dan belakangan jumlahnya meningkat karena hujan deras, maka potensi erupsi bisa terjadi," jelas Eko.

"Seperti halnya yang terjadi pada Desember tahun lalu dan sekarang terjadi lagi, tapi dengan jumlah volume yang berbeda."

Dijelaskan Eko, tanda-tanda yang bisa dilihat adalah proses magmatisme, yakni perubahan di medan magma yang menginformasikan status gunung api ada di level normal, waspada, atau siaga.

Dampak erupsI Gunung Semeru, Jembatan Piket Nol, di Lumajang, Jawa Timur putus.
Dampak erupsI Gunung Semeru, Jembatan Piket Nol, di Lumajang, Jawa Timur putus. (TRIBUNJATIM.COM/TONY Hermawan)

"Sementara jika proses erupsi sekunder, gejalanya di guguran atau deformasinya," terang Eko.

Sumber: Surya
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved