Selain Dirudapaksa, Santriwati di Ponpes Herry Wirawan Juga Dipaksa Jadi Kuli Bangunan, Warga Marah

Tak cuma dicabuli, sejumlah santriwati di di pesantren yang diasuh Herry Wirawan juga harus menderita dipaksa kerja keras.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Tribun Jabar/Muhamad Syarif Abdussalam
Kondisi rumah di Kompleks Sinergi Antapani, Kota Bandung, yang dijadikan kantor Yayasan Manarul Huda milik Herry Wirawan. 

TRIBUNSOLO.COM - Satu per satu aksi bejat Herry Wirawan, guru pesantren yang rudapaksa santriwatinya kini terbongkar.

Tak cuma dicabuli, sejumlah santriwati di di pesantren yang diasuh Herry Wirawan juga harus menderita dipaksa kerja keras.

Sosok Herry viral beberapa hari belakangan.

Ia adalah pengasuh sekaligus guru pesantren di Bandung yang merudapaksa para santriwatinya sejak 2016.

Setelah  kasus itu ditangani polisi, terungkap jumlah korban Herry ada 12 santriwati, delapan di antara mereka sudah melahirkan bayi.

Baca juga: Herry Wirawan Pelaku Rudapaksa 12 Santriwati Ternyata Bukan Ketua Forum Ponpes, Terkuak Kelakuannya

Baca juga: Sederet Fakta Guru Rudapaksa 12 Santriwati hingga Hamil dan Melahirkan: Izin Pesantren Dicabut

Selain merupakan pengurus sekaligus pemilik Pondok Pesantren Manarul Huda Antapani, Herry juga mendirikan Pondok Pesantren Madani Boarding School dan Rumah Tahfiz di kawasan Cibiru Kota Bandung.

Tokoh masyarakat di Pasir Biru yang juga sekretaris RT 05, Agus Tatang telah mengungkapkan kegiatan lain para santriwati di sana.

Bangunan Madani Boarding School milik Herry Wirawan di Cibiru Kota Bandung
Bangunan Madani Boarding School milik Herry Wirawan di Cibiru Kota Bandung (Tribun Jabar / Cipta Permana)

Tak hanya belajar agama, santriwati juga kerap diminta menjadi kuli jika ada proses pembangunan.

"Ada yang ngecat, ada yang nembok, yang harusnya mah ladennya (buruh kasar) dikerjain sama laki-laki.

"Di sana mah perempuan semua, enggak ada laki-lakinya," kata Agus saat ditemui di sekitar pondok pesantren Madani Boarding School, Jumat (10/12/2021).

Agus mengaku merasa kecolongan dengan kasus rudapaksa yang dilakukan Herry.

Pasalnya, tak ada warga yang menduga akan ada kejadian seperti itu.

Ia menegaskan, seharusnya pesantren menjadi tempat belajar agama, bukan malah dijadikan tempat untuk merudapaksa.

"Jadi kasihan lah ke santriwatinya, hancur lah masa depannya," katanya.

Sebelumnya, Agus mengaku tak pernah melihat ada santriwati yang tengah berbadan dua.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved