Kuliner Solo
Inilah Bakso Pak Klowor Kottabarat, Legendaris di Solo Sejak 1990, Pelanggan dari Berbagai Daerah
Bakso Pak Klowor Kottabarat menjadi salah satu santapan lezat yang ada di Kota Solo.
Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Fristin Intan Sulistyowati
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Bakso Pak Klowor Kottabarat menjadi salah satu santapan lezat yang ada di Kota Solo.
Ada sejak 1990, lokasinya ada di Jalan Doktor Moewardi No 52, Penumping, Kecamatan Laweyan atau lebih tepatnya di barat Flayover Manahan.
Meski di depan sebuah ruko dengan tenda biasa, jangan tanyakan soal rasa karena tak pernah sepi dari pembeli.
Apalagi jenis baksonya lengkap berisi urat kecil, iga sapi, tahu, mie putih yang dipadukan jadi satu dengan kuah segarnya.

Seorang pelanggan, Dita yang merupakan warga Kabupaten Sukoharjo rela menempuh jarak cukup jauh hanya demi kembali ke bakso Pak Klowor.
Menurutnya citarasa yang enek serta rasanya tidak pernah berubah sejak pertama ia mencicipinya.
"Udah lama banget, rasanya enggak pernah berubah, setiap hari mampir ke sini," kata dia kepada TribunSolo.com, (8/1/2022).
Lantas siapa pemilik Bakso Pak Klowor itu? Dia adalah Sajianto.
Pria paruh baya itu mengaku pertama berjualan bakso dengan gerobok ala kadarnya.
"Saya jualan muter-muter dulu, keliling lewat gang-gang, waktu itu hampir dua tahun, terus lanjut berjualan menetap," kata dia.
Baca juga: Jajanan Viral di Sragen: Pentol Bakso Mas Kancil, Banyak Varian Rasa, Ada Pentol Isi Ceker Ayam
Baca juga: Tak Banyak yang Tahu, Sejarah Kopi di Boyolali : Ada Sejak 200 Tahun Lalu, Pionirnya Tinus Dezentje
Sajianto yang kemudian dipanggil Pak Klowor mengaku, tidak mudah perjalanannya berjualan bakso dari satu tempat ke tempat yang lain.
Sebelum menimpati di lokasi sekarang, Pak Klowor mengaku telah berpindah-pindah tempat karena digusur penataan ruang Kota Solo.
"Dulu di pertigaan Solo Paragon, pindah di dekat Hotel Agas, terus geser lagi di depan usaha kecantikan hingga akhirnya di samping Flyover Manahan ini," aku dia.
Rahasia keenakan bakso miliknya ini, Menurutnya karena jenis baksonya dari urat.
"Kita pilih untuk mempertahankan rasa dengan harga yang standar," ujarnya.
Kini dia menghabiskan daging hingga 10 kilogram, meskipun sebelum pandemi bisa jauh melampaui jumlah tersebut.
"Sebelum kedampak pembangunan flyover dan pandemi Covid-19 perhari 25 kilogram," kata dia.
Selama hampir 32 tahun ini, dia setia berjualan sejak belum menikah hingga saat ini memiliki anak 2 dan tiga cucu.
Sejarah nama Pak Klowor berawal dari sapaan akrab teman-temannya semasa muda.
"Anak muda dulu, ada nama samaran ya itu sering dipakai teman-teman agar akrab juga," jelasnya.
Baca juga: Kisah Pemilik Bakso Pak Bag Solo Baru yang Jadi Langganan Pejabat : Dulu Hanya Buruh, Kini Jadi Bos
Baca juga: Tragis, Siswa SMP Meninggal Dunia karena Tersedak Bakso Tusuk, Sempat Lompat-lompat
"Jadi pakai nama itu buat jualan ini biar tambah terkenal dan pembeda dari penjual bakso lalinya," terang dia.
Meski telah mencari brand nama yang berbeda, masih ada orang yang menjiplak namanya itu.
"Banyak yang meniru, pernah nemui sendiri dan ada laporan pelanggan yang datang bilang kalau ada yang jualan namanya sama tapi rasanya beda," ujarnya.
Selain bakso, dia juga menjual mie ayam di dalam warungnya.
"Kalau sekarang harga normal Rp 17 ribu satu porsi bakso urat dan Rp 27 ribu satu porsi besar bakso, mie ayam biasa Rp 17 ribu dan mie ayam jumbo Rp 24 ribu," akunya. (*)