Berita Sragen Terbaru
Pemilik Warung di Sragen Curhat Minyak & Gas Elpiji Naik, Pendapatan Hanya Cukup untuk Gaji Karyawan
Belum juga pulih dari dampak pandemi covid-19, para pengusaha rumah makan di Kabupaten Sragen kembali dihantam cobaan.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Belum juga pulih dari dampak pandemi covid-19, para pengusaha rumah makan di Kabupaten Sragen kembali dihantam cobaan.
Ya, terbaru harga gas elpiji non subsidi 12 kilogram yang biasa mereka pakai, harganya meroket satu pekan ke belakang.
Tak tanggung-tanggung, kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram mencapai Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per tabungnya.
Dengan begitu, kini rata-rata harga gas elpiji 12 kilogram naik menjadi Rp 190.000 hingga Rp 200.000.
Sebelumnya, harga minyak goreng yang merupakan kebutuhan pokok juga terus naik yang mana belum turun hingga saat ini.
Pemilik rumah makan Roso Joyo Sragen, Anna Susana (45) mengatakan kenaikan dua kebutuhan pokok untuk menjalankan usahanya sangat terasa.
"Sangat terasa untuk kenaikan minyak dan elpiji ini, itu salah satu bahan utama yang kami butuhkan setiap harinya," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (5/3/2022).
Ana saat ini memiliki 3 rumah makan, dengan produk olahan aneka ayam dan ikan.
Dalam sehari, kira-kira ia membutuhkan sekitar 14 tabung gas berukuran 12 kilogram untuk operasional ketiga resto miliknya.
Ia kini tak bisa berbuat banyak, karena apabila mengganti dengan bahan bakar lain, malah semakin sulit.
Baca juga: Tak Digoreng & Dibakar, Ayam & Bebek di Warung Brontak Klaten Ini Bebas Minyak hingga Aman Kolestrol
Baca juga: Gas Elpiji 12 Kilogram Naik Jadi Rp 200 Ribu, Pemilik Rumah Makan di Sragen : Waduh, Berat Bagi Kami
"Agar tidak merugi terlalu banyak, kita efisiensi minyak dan gasnya, kalau gas tidak diperlukan, ya dimatikan, untuk minyak saya minta karyawan untuk menjaga kebersihan," terangnya.
Tentu saja, dengan kenaikan hampir semua kebutuhan barang pokok kali ini berdampak kepada omzet pendapatan restoran.
Diketahui, saat kasus covid-19 yang meningkat belakangan ini, membuat jumlah pembeli ke restoran kembali turun drastis.
"Omzetnya kira-kira turun 30 persen dua bulan kemarin, jika dilihat dari jumlah barangnya, sebelum dua bulan ini, bisa habiskan 100an ekor ayam setiap hari," ucapnya.
"Sekarang cuma 60-70 ekor saja, bahkan minggu kemarin hanya habis 40 ekor ayam saja," tambahnya.
Bahkan, pendapatan yang didapatkannya hanya cukup untuk biaya operasional dan gaji karyawan saja.
"Sekarang cuma bisa gaji karyawan saja, sebelum pandemi bisa untuk mengembangkan usaha, ini bisa gaji karyawan saja sudah bersyukur," jelas dia. (*)