Jumenengan Mangkunegara X
Memaknai Pidato Pertama Mangkunegara X GPH Bhre Cakrahutomo, Begini Kata Ahli Sejarah Mengkunegaran
Pidato pertama kalinya GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo saat Jumenengan Mangkunegara X cukup panjang, Sabtu (12/3/2022).
Penulis: Ibnu Dwi Tamtomo | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Jadi dengan adanya kekuatan besar ini merupakan satu kesatuan bahwa keluarga Mangkunegara merupakan keluarga percontohan oleh Pangeran Samber Nyowo dengan 40 Punggo Bakunya, mati siji mati kabeh," terangnya.
Isi Pidato Lengkap Mangkunegara X
GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo resmi menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X Sabtu pahing (12/3/2022) pukul 10.00 WIB.
Mangkunegara X dikukuhkan oleh Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX.
Adapun prameswari menyematan pusaka keris Kanjeng Kyai Wangkingan membacakan Prasetyo dengan bahasa Jawa.
"Minangka hanetepi adat paugeran saha dhawuh wasiat leluhur Puro Mangkunegaran ing dinten menika 8 Ruwah Alip 1955, surya kaping 12 Maret 2022, Prameswari dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegoro IX hanetepaken GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, SH katetepaken jumeneng KGPAA Mangkunegoro X," tutur Prameswari.

Setelahnya GPH Bhre menyampaikan pidato pertamanya sebagai Mangkunegara X menggunakan bahasa Indonesia disaksikan peserta Jumenengan di Pura Mangkunegara, berikut isinya :
Pura Mangkunegaran telah melalui perjalanan sejarah yang penuh pasang surut. Dan dengan berpegang teguh pada prinsip sateguh sauyub, bersatu teguh dalam kebhinekaan. Bak serumpun tebu yang terikat tetap mampu bertahan hingga saat ini, hingga mampu bertahan sampai saat ini sebagai pusat budaya, sastra, dan falsafah bangsa.
Selain itu hakekat dalam ikatan antara manusia dan budaya tak luput digaungkannya. Ikatan antara manusia dan kebudayaan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan yang terikat satu sama lain dari kegiatan sehari-hari, dari cara menjalankan hidup, dari cara makan, berpakaian, berbicara, berkesenian, juga apa yang dihasilkan.
Baca juga: Misteri Tak Hadirnya GPH Paundra saat GPH Bhre Naik Tahta Jadi Mangkunegara X, Begini Kata Kerabat
Baca juga: Bhre Cakrahutomo Naik Tahta Jadi Mangkunegara X: Presiden Jokowi Hadir, GPH Paundra Tak Terlihat
Saya menyadari bahwa Pura Mangkunegaran memiliki warisan budaya luhur yang tidak serta merta, dapat diturunkan secara biologis. Namun, berusaha mlampahaken (menjalankan), sebagai dapat diwariskan pada generasi yang akan datang.
Saya menjalankan Tri Dharma Mangkunegaran yang meliputi, mulat sarira hangrasawani, rumangsa melu handarbeni, dan melu hangrungkebi. Sasrira Hangrasawani merupakan candrasengkala tahun pendirian Mangkunegaran yaitu tahu 1682 Saka atau 1757 Masehi. Mulat Sarira artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi berbagai hambatan yang menghalangi perbaikan pribadi.
Serta ajaran kedua dari budaya politik Mangkunegaran adalah rumangsa melu handarbeni. Sebagaimana prinsip Tri Dharma yang kita anut, bersama-sama kita memegang teguh amanah untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan warisan budaya tersebut, beserta nilainya. Tidak hanya bagi pura mangkunegaran tetapi juga masyarakat luas.
Selain sebagai salah satu pusat lahir dan berkembangnya kebudayaan, Puro Mangkunegaran harus mampu menjadi satu wadah, jembatan, kolaborator dan teman diskusi bagi seluruh masyarakat baik budayawan, akademisi, pemerintah, maupun lembaga sosial budaya, pelestarian sejarah dan ekonomi.
Pura Mangkunegaran tidak boleh terlena dalam euforia kejayaan masa lalu. Warisan sejarah pura bukan hanya suatu hal yang semata-mata harus dirayakan, melainkan harus diantisipasi pasang dan surutnya agar pura tetap jadi pusat budaya dan sejarah yang tidak tergerus perkembangan zaman.
Saya mengajak seluruh insan masyarakat dan masyarakat indonesia, khususnya Surakarta. Bersama-sama mengamalkan nilai-nilai luhur yang diajarkan kepada kita, melestarikan, dan terus mengembangkan kebudayaan Mangkunegaran. (*)