Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Mitos Dukuh Jenar Sragen, Warga Tak Berani Gelar Pertunjukan Wayang: Nekat Melanggar Petaka Datang

Sekitar tahun 1970 hingga 1980an, pagelaran wayang sangat digemari oleh warga Sragen. 

TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari
Situs Kandang Wayang yang berlokasi di Dukuh/Desa/Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Sekitar tahun 1970 hingga 1980an, pagelaran wayang sangat digemari oleh warga Sragen

Setiap menggelar hajatan atau acara yang lainnya, hiburannya ialah pertunjukan wayang. 

Namun, keinginan menggelar pertunjukkan wayang harus dipendam dalam-dalam oleh warga Dukuh/Desa/Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen.

Baca juga: Gamelan dan Wayang dari Batu Ditemukan di Sragen, Diduga Peninggalan Era Mataram Kuno

Baca juga: Kisah Bocah Asli Boyolali Kondang Kalimosodo : Usia 3 Tahun Mainan Wayang, Kini Jadi Dalang Beneran

Ya, khususnya warga RT 01 dan RT 02 tidak pernah berani untuk menggelar pertunjukan wayang di wilayahnya.

Kepala Desa Jenar, Samto mengatakan sepanjang hidupnya belum pernah mendengar warga dua RT tersebut menggelar pertunjukan wayang. 

"Hanya RT 1 dan 2 saja nggak boleh wayangan, kalau yang lainnya boleh, saya umur 50 tahun belum pernah mendengar wayangan di Jenar," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (17/3/2022).

Baca juga: DPRD Boyolali Gelar Wayang Kulit Virtual 13 Hari, Bintang Tamu Cak Percil CS, Ini Jadwalnya!

Lanjut Samto, menurut cerita dari kedua orang tuanya dulu pernah ada warga yang menggelar wayang, tak lama baik pengantin maupun orang tua yang menggelar wayang meninggal dunia. 

"Kapan terakhir gelar wayang itu saya belum lahir, cerita dari bapak saya, ada satu keluarga menggelar wayang tak lama meninggal semua, baik kedua pengantin dan orang tuanya," jelas Samto.

Alasan warga dilarang menggelar pertunjukan wayang karena keberadaan situs kandang Wayang yang tak jauh dari perkampungan warga sekitar. 

Sejak dulu, situs itu disebut kandang wayang karena terdapat batu berbentuk wayang berjumlah dua buah.

Baca juga: Gol Semata Wayang Di Maria Hadirkan Petaka Buat Brasil, Argentina Juara Copa America 2021

"Selain wayang juga ada batu berbentuk gong, gongnya banyak ada di beberapa tempat, ukurannya bermacam-macam, makanya disebut kandang wayang," paparnya.

Pemilik lahan, Widarti Ningsih mengatakan karena terdapat peninggalan sejarah, situs tersebut sering didatangi warga setiap Jumat legi dalam kalender Jawa. 

"Pernah saya jam 12 malam ke Kandang Wayang, disitu banyak orang datang, sepeda motornya banyak, saya kira anak-anak disini sedang mencari sinyal," ujar Widarti. 

"Tapi saya lihat plat nomornya bukan dari daerah sini, kebanyakan dari luar kota, biasanya datang setiap malam Jumat Legi dengan membawa dupa, bunga, bertapa disiti sampai malam," tambahnya. 

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved