Berita Boyolali Terbaru
Jeritan UMKM di Boyolali, Gegara Minyak Goreng Curah Tak Bersahabat, Untung Rp 400 Pun Raib
Minyak goreng (migor) curah bersubsidi masih sebatas khayalan bagi pelaku UMKM di Kabupaten Boyolali.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
Sebab, sebagai UKM keriping singkong, migor menjadi bahan baku utama.
Dia mengaku tak berani beralih ke migor kemasan. Lantaran tidak menutup biaya produksi yang dikeluarkan. Bahkan terancam tomboķ.
"Tapi saya sudah cari ke mana-mana. Dari pasar Pengging, Banyudono, Boyolali Kota sampai Sunggingan. Kosong semua. Kalau begini ya gak bisa produksi," keluhnya
Perajin kerupuk rambak yang enggan disebutkan namanya juga mengeluhkan hal senada.
Tak adanya migor membikin usahanya macet.
“Ya tidak bisa produksi lagi hingga kami mendapatkan migor curah dengan harga terjangkau ini,” jelas dia.
UMKM Keripik Usus Menjerit
Kelangkaan minyak goreng (Migor) membikin produsen keripik usus di Boyolali kelabakan.
Bagaimana tidak, sudah harganya tinggi, barangnya tidak ada ditambah lagi kualitasnya juga dinilai turun.
Para produsen pun tak bisa berbuat banyak, selain mengurangi produksi keripiknya dan menggilir para pekerjanya.
Ririn Trisnawati (40) salah satu produsen keripik usus, sangat merasakan dampak kelangkaan migor ini.
Sebelum kelangkaan Migor ini, warga Dukuh Peni, Desa Kwiran, Kecamatan Banyudono, Boyolali itu bisa mengolah antara 4 sampai 5 kuintal usus mentah.
Namun, belakangan ini karena sulitnya mendapatkan migor dia terpaksa mengurangi produksinya.
“ Sekarang ini (produksinya) tinggal 2,5 sampai 2,7 kuital sehari,” katanya, kepada TribunSolo.com, Selasa (15/3/2022).
Turunnya produksi ini juga berdampak pada 10 pegawainya.