Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Pembangunan Pabrik di Klaten Tutup Saluran Irigasi, Puluhan Warga Gelar Demo 

Puluhan warga yang tergabung dalam aksi masyarakat peduli Desa Dukuh, Kecamatan Delanggu melakukan aksi demo di area pabrik.

Dok Warga
Warga Delanggu Klaten melakukan demo pada pabrik yang menutup saluran irigasi. 

 Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Puluhan warga yang tergabung dalam aksi masyarakat peduli Desa Dukuh, Kecamatan Delanggu melakukan aksi demo di area pabrik milik PT. Sumber Sandang Top, Kamis (31/3/2022) pagi.

Aksi tersebut berlangsung cukup singkat sekitar 30 menit yang dimulai dari pukul 07.30 WIB.  

Dalam aksinya, warga menuntut 13 poin yang disampaikan dalam spanduk yang terpampang di depan lokasi Pabrik.

Baca juga: PDIP Bakal Gelar Demo Masak Tanpa Minyak Goreng, Acara Dibuka oleh Megawati

Baca juga: Buruh di Boyolali Demo Soal JHT, Minta Menaker Dicopot hingga Nyanyikan Lagu Sindiran Menohok

Diantaranya, menuntut sungai dikembalikan seperti semula, dengan cara membuat pagar pembatas di bantaran sungai tersebut. 

Karena saat ini, saluran irigasi tersebut tertutup tembok pabrik. 

Sekitar 50 warga yang ikut dalam aksi tersebut mewakili 7 RW di Desa Dukuh, Kecamatan Delanggu

Sugiono (55), merupakan salah satu peserta demo tersebut mengatakan, tuntutan warga terkait pembangunan pabrik tersebut.

Baca juga: Aksi Demo Tolak JHT, Buruh Bawa Spanduk Ajak Ngopi Menteri Ida dan Gubernur Ganjar: Biar Melek 

"Kita menuntut agar saluran irigasi dan jalan menuju ke sungai harus berada di luar pabrik, karena itu milik umum," tegasnya kepada TribunSolo.com. 

Menurutnya, kini warga sulit mengakses sungai lantaran tertutup dinding pabrik tersebut.

Selain itu beberapa aliran irigasi tidak berfungsi, akibatnya sekitar 60 hektar sawah milik warga terancam tidak bisa digunakan. 

"Jadi ada beberapa saluran irigasi yang rusak saat pembangunan pabrik tersebut, akibatnya sekitar 12 patok (60 Hektar) itu tidak bisa ditanami dalam waktu sekitar 2 tahun," jelasnya.

Baca juga: Ini Sosok Oknum Polisi yang Banting Mahasiswa saat Demo di Tangerang, Berpangkat Brigadir

Dirinya tidak memungkiri, jika pemilik sawah sempat menerima uang kompensasi sebesar Rp 1,5 juta per 2 ribu meter persegi. 

Namun hal itu dirasa masih belum sesuai, karena membuat warga yang tak bisa berladang di lahan miliknya.

Sugiono menjelaskan jika masalah ini sudah berlangsung beberapa tahun. Telah dilakukan mediasi oleh pihak Desa dan Kecamatan namun belum menemui kata sepakat.

"Kami sudah lama melakukan mediasi dengan pihak kecamatan dan desa, namun belum menemui kata sepakat," ungkapnya. 

Sementara itu perwakilan pabrik PT. Sumber Sandang Top, Aris Prabowo menanggapi demo tersebut saat ditemui oleh TribunSolo.com.

"Demo tadi hal yang wajar, karena ada masalah karena kita belum dapat berkomunikasi dengan baik. Namun saya mewakili pihak pabrik telah berupaya menyelesaikan masalah ini dengan warga," tutur Aris.

Baca juga: Driver Gojek di Solo Demo Tolak Ongkir Go Food Turun, Gojek Jelaskan Alasan di Balik Tarif Berubah

Menurutnya, pihak pabrik telah mengundang pihak desa untuk mengecek lokasi secara langsung, namun mereka tidak hadir. 

Aris menjelaskan jika saat ini belum bisa berkomunikasi lagi dengan pihak desa.

"Kita mau komunikasi ke siapa kalau kontak saya saja di blokir sama Pak Lurah, sehingga untuk saat ini komunikasi saya putus," ungkapnya. 

Aris menegaskan jika pabrik tersebut sudah mengikuti aturan yang ada, terbukti dengan izin yang sudah dimiliki.

"Secara aturan formal, pabrik ini tidak menyalahi aturan, karena izin untuk pabrik ini sudah ada," jelasnya. 

Dia menambahkan, saat ini pabrik belum beroperasi. Selain menunggu beberapa alat yang masih proses pengiriman. Pihaknya juga ingin kembali berkomunikasi dengan warga agar pihaknya merasa nyaman berdampingan dengan warga setempat.

Baca juga: UMK Wonogiri 2022 Terendah Nomor 2 Se-Jateng, Buruh Pasrah Terima : Yang Demo Biar Jakarta Saja

Camat Delanggu, Joko Suparjan ditemui di lokasi yang berbeda mengatakan jika masalah tersebut akibat belum adanya titik temu antara kedua belah pihak. 

"Pada prinsipnya, belum nyambung antara kepentingan pabrik dan kepentingan masyarakat," ungkapnya.

"Masyarakat menghendaki sungai ada di luar wilayah pabrik, sedangkan pihak pabrik tidak begitu," jelasnya.

Joko mengungkapkan jika pihaknya telah mengupayakan mediasi namun belum menemui titik temu. 

Meski begitu, pihaknya akan terus melakukan upaya tersebut hingga tercapai kesepakatan. 

"Akan kita usahakan minggu ini ada mediasi kembali," pungkasnya. 

Dirinya berharap agar kedua belah pihak mau duduk bersama untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak berlarut-larut. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved