Berita Solo Terbaru
Bocah Asal Solo Jadi Pelaku Klitih di Boyolali, Gibran: Ya Ampun, Kok Ada Model Kayak Gitu
Kasus klitih di Boyolali membuat banyak pihak prihatin dan menyayangkan. Termasuk Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kasus klitih di Boyolali membuat banyak pihak prihatin dan menyayangkan.
Termasuk Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.
Dia juga menanggapi fenomena klitih di Boyolali yang ternyata pelaku bocah asal Solo.
Baca juga: Tanggapi Kejadian Klitih di Boyolali, Sri Mulyani: Kita Antisipasi, Koordinasi dengan Polres Klaten
Dia menyebut orang-orang model seperti itu seharusnya diamankan kepolisian.
"Di Boyolali? Orang Solo to? Wong ngendi kui? Ya ampun, kok ada model kayak gitu, nanti biar disikat Pak Kapolresta," ujar Gibran, kepada TribunSolo.com, Jumat (8/4/2022).
Suami Selvi Ananda itu bersyukur pelaku sudah ditangkap.
Hanya saja dia berharap kejadian serupa tidak terjadi di Kota Bengawan.
"Jangan kayak gitulah, lagi puasa juga. Jangan ada yang aneh-aneh kayak gitu, puasa-puasa kok aneh-aneh," jelasnya.
"Ya jangan sampai terjadi di Solo," tegas Gibran.
Baca juga: Kesaksian Satriyo, Korban Klitih Boyolali : Pulang Pengajian Diserang, Bingung Tak Tahu Apa Salahnya
Gibran mengatakan dirinya akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak terkait hal ini.
"Nanti tak coba koordinasi sama Pak Kapolresta dulu ya, saya belum tahu kronologi lengkapnya, yang penting sudah ketangkep," pungkasnya.
Pelaku Sudah Berulang Kali Meneror
Seorang pelajar asal Desa Pranggong, Kecamatan Andong menjadi korban klitih yang dilakukan oleh remaja tak dikenal pada Selasa (29/3/2022) lalu.
Kapolres Boyolali, AKBP Asep Mauludin, menuturkan korban adalah SM (17) yang menerima sejumlah sabetan senjata tajam sehingga mengalami luka sepanjang 8 cm.
Dia menjelaskan, kejadian bermula saat korban dan tiga temannya sedang nongkrong di mini market yang berada di Desa Kacangan, Andong sekitar pukul 00.15.
Tak lama, datang rombongan remaja berjumlah sekitar 10 orang mendatangi lokasi.
Dua teman SM lantas langsung meninggalkan lokasi, di mana korban SM masih tertinggal bersama satu temannya.
Korban kemudian juga meninggalkan lokasi, namun saat itu gerombolan remaja itu membuntuti motor pelaku.
Baca juga: Teror Klitih di Boyolali : Pelajar Disabet Pakai Sajam saat Nongkrong, Pelakunya ABG di Bawah Umur
Baca juga: Mulianya Satriyo, Korban Klitih Boyolali: Mengaku Ikhlas dan Tidak Menyimpan Dendam dengan Pelaku
Korban juga sempat diancam akan dibunuh agar mau berhenti.
Keduanya tetap melanjutkan perjalanan, tak diduga salah satu dari gerombolan itu, AA lantas menyabetkan senjata tajam sebanyak enam kali, tiga mengarah ke punggung, tiga lainnya mengarah ke kepala dan sempat ditangkis korban.
"Saat ini kami berhasil mengamankan AA yang melakukan penyabetan. Sedangkan rekannya, RA masih kita buru," kata dia, kepada TribunSolo.com, Rabu (6/4/2022).
Kapolres menerangkan, pelaku AA berhasil diamankan pada Jumat (1/4/2022) lalu.
Menurutnya, pelaku yang merupakan warga Solo ini sudah melakukan perbuatannya berulang kali.
Saat ini, pihaknya tengah mengumpulkan keterangan dari pelaku karena peristiwa tersebut termasuk dalam kategori kejahatan dengan modus seperti klitih.
"Kejadian ini semacam modus klitih yang menjadi salah satu tindak pidana jalanan yang mengganggu kamtibmas," jelasnya.
Sementara itu, pelaku terancam pasal 170 ayat 2 ke 1 KUHP dan atau pasal 353 ayat 1 KUHP junto pasal 55 KHUP sub ayat 351 ayat 1 KUHP junto pasal 55 KUHP dan atau pasal 80 UU RI nomor 35 tahun 2014 dengan ancaman hukuman paling lama 7 tahun penjara.
Di sisi lain, pelaku AA masih berusia 16 tahun, warga Banjarsari, Solo.
Dia mengakui bergabung dengan geng tersebut sejak tahun 2019 lalu.
Bahkan, dia juga mengaku telah mengikuti aksi serupa namun hanya sebagai saksi.
Baru kali ini, dia ikut melukai seseorang karena mengaku ada masalah dalam organisasinya.
"Saat itu rombongan ada 10 orang, pakai motor lima bonceng-boncengan. Saya yang mengeksekusi dan membacokan sajam. Saya bacok 6 kali. Tapi saya gak lihat korban luka-luka atau gak," aku dia.
"Sajamnya saya dapat dari teman asal Polokarto, Sukoharjo. Karena sajamnya patah, lalu saya buang ke sungai," imbuhnya.
Korban Klitih Boyolali Ngaku Ikhlas dan Tak Simpan Dendam
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak seperti itulah peribahasa yang menggambarkan keadaan Satriyo Maulana Solekhan dan Yusroni.
Kedua pelajar tersebut menjadi korban klitih di Kecamatan Andong, Boyolali, Selasa (29/3/2022).
Saat disambangi di rumahnya di Dukuh Ngrawan, Desa Pranggong, Kecamatan Andong, Boyolali di merasa bingung kenapa hal tersebut menimpanya.
Saat itu dia dibonceng dengan Yusroni, teman seperguruannya untuk mengikuti pengajian.
"Saya malam itu baru pulang dari pengajian berempat, pakai 2 motor sekitar jam 00.30 WIB dini hari. Jalan waktu itu sepi," ungkapnya Satriyo.
"Waktu itu habis pengajian kami mampir ke Alfamart, habis dari situ kami dikepung sekitar 15 orang," jelasnya.
Setelah mengepung, sempat ada pertanyaan asal perguruan pencak silat mereka saat ini.
Dengan tegas Satriyo menjawab bahwa mereka dari perguruan pencak silat Pagar Nusa.
Mendengar jawaban tersebut, gerombolan tersebut melepaskan Satria dan rekan-rekannya.
Namun hal yang lebih buruk terjadi. Berjarak 500 meter 2 orang pembonceng menyerang Satria dan kawannya menggunakan samurai dan pipa secara bergantian.
"Saat itu ada 2 orang pembonceng yang menyerang kami berdua, karena teman kami yang 2 orang bisa kabur tinggal kami saja," jelas Satrio.
"2 orang itu satu pakai samurai satunya pakai pipa besi, waktu samurai diayunkan ke Yusroni, dia menghindar sedangkan saya menangkis pakai siku. Tapi hampir bersamaan salah satunya memukul saya pakai besi dan kena saya," ungkapnya.
Beruntungnya mereka berdua dapat segera kabur dari gerombolan itu.
Hingga sampai di dirumah Yusroni bertemu dengan kedua rekannya yang telah berhasil kabur.
Betapa kagetnya Satriyo sesaat setelah menjulurkan jaketnya dia melihat banyak darah keluar dari tangannya.
"Saat saya benerin jaket, liat tangan kanan saya yang tadi saya gunakan buat menangkis kok keluar darah. Setelah saya buka ternyata ada luka sobek di siku sebelah kanan," kata Satriyo.
Melihat kejadian itu, Satriyo langsung dilarikan ke rumah sakit oleh kakak dari Yusroni.
Di RSUD Waras Wirisdi Satriyo mendapatkan 18 jahitan di lengan dan ada beberapa luka sayatan di punggungnya.
Akibat kejadian tersebut, kini Satriyo mengalami keterbatasan menggunakan tangan kanannya.
Dia mengaku belum bisa menekuk sikunya, selain itu dia juga belum bisa mengangkat benda yang berat. Hal tersebut membuat semua pekerjaan tangan kanannya harus digantikan dengan tangan kirinya.
Satriyo mengaku ikhlas dengan kejadian tersebut, dia berharap ini adalah kejadian pertama dan terakhir.
Baca juga: Remaja 16 Tahun Dibacok Klitih di Jalan Kaliurang di Pagi Buta, Rombongan Pelaku Hingga 20 Orang
"Kalau saya boleh bertemu dengan pelaku, saya hanya ingin tau kenapa saya yang menjadi sasaran. Karena saya merasa tidak punya musuh dan tidak berbuat jahat dengan siapapun," akunya.
Selain itu dirinya mengaku tidak dendam dengan atas perbuatan pelaku kepadanya.
Satriyo berharap kepada pelaku yang masih buron agar segera menyerahkan diri agar masalah ini segera berakhir.
Dirinya tak ingin masalah ini berlarut-larut dan ingin semua berjalan seperti sedia kala. (*)