Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Kejadian Unik di Proyek Jalan Tol Solo-Jogja : Ada Tanah dengan Gugatan Terbanyak hingga 4 Kali

Gunawan Djoko Haryanto mengatakan gugatan yang cukup melelahkan ini sebenarnya mengganggu Program PSN Tol Solo-Jogja.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Tri Widodo
Kondisi Dukuh Klinggen, RT 6, RW 2, Desa Guwokajen, Kecamatan Sawit, Boyolali. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Sebuah rumah dan pekarangan yang berada di dekat proyek pembangunan Jalan Tol Solo-Jogja sekilas tak ada yang aneh.

Rumah di ujung selatan dukuh yang berbatasan langsung dengan sungai itu masih berdiri tegak.

Beberapa orang yang menghuni rumah itu juga masih melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Padahal rumah yang ada di depannya sudah diratakan.

Pekerjaan besar seperti pembuatan jembatan dan bok underpass jalan.

Tapi, pelaksana pembangunan sedikitpun tak berani menyentuh tanah milik Sri Surantini dan anak-anaknya yang masih dalam satu pekarangan itu.

Ada dua rumah, dan satu pekarangan yang belum bisa diratakan.

Itu berada di Dukuh Klinggen, RT 6, RW 2, Desa Guwokajen, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali.

Namun siapa sangka, lahan seluas 1.166 meter persegi itu menjadi sudah 4 kali ini menjadi obyek gugatan pengadilan.

Gugatan itu dilakukan oleh Indri Ali Yanto dan kakaknya Sri Sawestri.

Gugatan ke Pengadilan Negeri Boyolali dua kali, lalu banding ke Pengadilan Tinggi Negeri Semarang dan terakhir gugatan dilayangkan ke Pengadilan Agama Boyolali.

Baca juga: Ambisi Dua Anak Gugat Ibu di Boyolali : Kalah Banding Lagi, Lanjut ke Pengadilan Agama Demi Warisan

Baca juga: Pembangunan Konstruksi Fisik Tol Solo-Jogja Seksi 1 Capai 20,21 Persen, Targetkan Selesai 2023 

Dampaknya pembangunan proyek strategis nasional (PSN) Tol Solo-Jogja bisa terhambat.

Gunawan Djoko Haryanto mengatakan gugatan yang cukup melelahkan ini sebenarnya mengganggu Program PSN Tol Solo-Jogja.

Sebab, dia yang juga sebagai tergugat tak keberatan dengan belum bisa dibebaskannya obyek tanah ini karena masih dalam sengketa.

“Dari keluarga pun siap, sampai kapanpun kami siap karena belum dibayar pun masih kami tempati tetangga masih banyak,” kata Gunawan, kepada TribunSolo.com, Selasa (19/4/2022).

Hanya saja, gugatan-demi gugatan ini justru akan menghambat pembangunan Tol Solo-Jogja.

Padahal, lahan kami ini cukup vital dalam pembangunan tol Solo-Jogja, karena berada di sebelah jembatan.

Dia pun tak habis pikir dengan kedua adiknya itu yang terus menggugat meskipun diatas kertas bakal kalah juga.

“Jelas mereka itu akan kalah, sampai kapanpun gugatan yang dilayangkan akan kalah," jelas dia.

"Jadi kalau suruh membatalkan sertifikat itu sangat sulit apalagi soal hibah, hibah itu kepada siapapun boleh,” katanya.

Dari beberapa obyek tanah yang dimiliki ibunya, memang hanya bidang tanah yang di Klinggen ini saja yang digugat.

Sedangkan yang di Desa Dibal, dan Sawit lainnya tidak dipermasalahkan.

“Kalau mereka adil (gugatan warisan) yang disana juga digugat. Kalau yang digugat warisan, ibu saya masih hidup,” jelasnya.

Kejadian Aneh Pembangunan Tol

Kejadian aneh terjadi di tengah pembangunan Tol Solo-Jogja sehingga membuat para pekerja proyek terheran-heran.

Tepatnya di Dukuh Klinggen, Desa Gowokajen, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali.

Ya, pengeboran tanah untuk pondasi jembatan terganjal batu berukuran raksasa, padahal jika dipandang kasat mata tanah tersebut berupa persawahan.

Namun ternyata, isinya adalah batu-baru berukuran super besar alias raksasa.

Informasi dari warga sekitar, pengeboran yang sudah di mulai sejak pertengahan bulan November lalu sampai saat ini belum bisa kelar.

Setiap sisi jembatan ada 52 titik yang dibor untuk paku bumi jembatan.

Namun sudah lebih dari 1 bulan berjalan, baru 16 titik saja.

Sebab jika biasanya, dalam sehari bisa melakukan pengeboran sebanyak 2-4 titik, namun pengeboran untuk jembatan ini sehari baru hanya bisa 1 titik.

Itupun tak bisa selesai dalam sehari.

Berbagai cara dilakukan, di antaranya diambilkan tanah merah dari wilayah Gunung Kidul, namun pengeboran ini masih seret juga.

Seorang pekerja yang tak ingin di sebutkan namanya menyebut, batu berukuran besar mendominiasi lokasi pengeboran ini.

Bahkan setiap pengeboran selalu mendapatkan batu besar dan sulit dipecah.

Baca juga: Fix! Exit Tol Ngasem Colomadu Bakal Dilenyapkan, Keluar Masuk Tol Solo-Jogja & Solo-Ngawi Dipindah

Baca juga: Gugatan Soal Proyek Tol Solo-Jogja Ditolak, Warga Desa Manjungan dan Pepe Demo di PN Klaten

“Ada batu yang berukuran lebih dari 15 meter, jadi mengebor batunya hingga tembus mencapai tanah lagi butuh 15 meter,” ungkap dia kepada TribunSolo.com, Selasa (28/12/2021).

Makanya, pengeboran ini memakan waktu cukup lama sehingga membuat kesulitan para pekerja padahal kawasan itu persawahan.

Tokoh Masyarakat setempat, Aris Harjoko mengatakan jika di sungai ini menyimpan banyak misteri yang tak masuk di akal.

Untuk itu, dia menyarankan kepada pelaksana proyek untuk melakukan syukuran atau selamatan sesuai dengan kearifan lokal masyarakat.

“Sebaiknya pengelola tidak meninggalkan kearifan lokal ya ada di sini, konon banyak penghuni tak kasat mata," aku dia.

Exit Tol Ngasem Dilenyapkan

Exit tol Ngasem di Jalan Raya Solo-Semarang yang membelah Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar dengan Banyudono, Boyolali dipastikan ditutup.

Informasi yang dihimpun TribunSolo.com, penutupan exit tol Ngasem selama-lamanya untuk menyambungkan jalan Tol Solo-Jogja yang tengah dibangun dengan jalan Tol Solo-Ngawi.

Termasuk lampu merah (bangjo) di exit tol Ngasem itu juga akan dilenyapkan setelah tol Solo-Jogja berfungsi.

Kepala Proyek Tol Solo-Jogja dari PT Adhi Karya, Oka Candra Sukmana menerangkan, kini tengah memasang girder atau balok untuk jalan layang yang berada di atas Jalan Raya Solo-Semarang.

ILUSTRASI : Anteran kendaraan di Jalan Raya Solo-Semarang, kawasan exit tol Ngasem, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Kamis (6/6/2019).
ILUSTRASI : Anteran kendaraan ke Jalan Raya Solo-Semarang di kawasan exit tol Ngasem, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Kamis (6/6/2019). (TribunSolo.com/Asep Abdullah)

"Exit tol Ngasem akan dipindah di sebelah barat Mapolsek Banyudono," terang dia kepada TribunSolo.com, Jumat (19/11/2021).

Oka menambahkan sejauh ini, rencana akses keluar masuk tol Solo-Jogja dan Solo-Ngawi via Banydono menggunakan desain interchange. 

Dengan begitu, tak perlu ada traffic light untuk akses keluar masuk Tol yang berada di barat Mapolsek Banyudono itu.

Baca juga: Ada Warga Klaten Minta Harga Tanah Ganti Rugi Tol Solo-Jogja Rp 15 Juta/Meter, BPN : Tidak Rasional!

Baca juga: Penggemar Balap Liar Klaten Kehilangan Tempat Pesta : Jalan Boyolali-Klaten Dipasangi Pita Kejut

"Kalau belum ada perubahan ya masih interchange atau simpang susun," imbuhnya.

Oka menjelaskan, dengan adanya jalan layang penghubung antar jalan tol, pihaknya memasang 72 girder sebagai landasan lantai jalan plat beton baru terpasang 12 buah.

"Proses pemasangan girder ini memakan waktu lama, cecara perlahan," ujarnya.

Progres Tol Kartasura-Karanganom

Sementara itu, dia juga memaparkan perkembangan Tol Solo-Jogja seksi 1 Kartasura-Karanganom Klaten yang telah mencapai 22 persen.

Masalah lahan masih menjadi salah satu kendala pembangunan fisik tol ini. 

Oka mengatakan pembangunan Tol Solo-Jogja, ruas Kartasura-Karanganom Klaten memiliki panjang kurang lebih 23 kilometer.

Ruas sepanjang itu tak seluruh lahannya bebas, karena masih ada titik-titik lahan yang belum.

"Cara mengatasinya dengan melewati area di sekitar titik yang belum bebas itu," ujarnya.

Dengan menggunakan jalan desa, atau lahan warga proyek ini terus bisa dijalankan.

Bahkan, pihaknya tak segan untuk menyewa atau memberikan kompensasi terhadap warga yang dilalui proyek supaya pekerjaan bisa berjalan.

"Supaya proyek ini cepat selesai, seperti yang telah ditargetkan pemerintah tahun 2023 bisa beroperasi," katanya. 

Reaksi BPN Klaten
 
Badan Pertanahan Nasional (BPN) Klaten beraksi ada warga yang protes ganti rugi tanah terdampak Tol Solo-Jogja minta Rp 15 juta per meter.

Kepala Seksi Pengadaan Tanah BPN Klaten, Sulistiyono mengatakan dalam penilaian lahan, tim appraisal mempunyai standar harga.

Terlebih dia mengklaim tim tersebut bersertifikasi dari Kementerian Agraria dan Kementerian Keuangan, sehingga mempunyai standar dalam menghitung nilai ganti rugi.

"Jadi dalam penilaian tidak boleh ada yang mencampuri, baik Ketua pelaksaaan, PPK tak boleh," ucap kepada TribunSolo.com, Jumat (19/11/2021).

Dia menganggap jika ada yang meminta berlipat-lipat di tengah ganti rugi yang sudah berjalan, tidak logis terlebih meminta Rp 15 juta per meternya.

Tanah tersebut berada di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten,

"Bandingkan dulu lahan di Kecamatan Ceper dekat Jalan Solo-Jogja (jalan nasional) itu saja Rp 3,5 juta kok," terang dia.

"Di Jalan provinsi (Kecamatan Ngawen) minta Rp 10 juta lebih, itu tidak rasional!," ujarnya menekankan.

Protes Laporkan ke KPK

Mundakir, seorang warga Klaten pemilik lahan yang terdampak Proyek Tol Solo-Jogja berencana menggugat hasil musyawarah ganti rugi Tol Solo-Jogja di Kabupaten Klaten.

Pria tersebut merasa tidak mendapat keadilan, karena lahannya dihargai lebih rendah dari lahan-lahan sebelumnya.

Baca juga: Warga Klaten Menggugat ke Pengadilan, Uang Ganti Rugi Tol Solo-Jogja Dianggap Terlalu Murah

Mundakir pun berencana menggugat ke Pengadilan Negeri Klaten.

Ia meminta harga ganti rugi lahannya minimal hingga 3 kali lipat dari harga sebelumnya.

Pria itu bernama Mundakir, Warga Ngupit Baru, Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.

"Kami menolak harga dari hasil musyawarah ganti rugi tol Solo-Jogja, menurut saya harga yang ditawarkan mereka di bawah standar,"ucap Mundakir, kepada Kamis, (18/11/2021).

Lahan Mundakir yang terdampak sendiri dihargai oleh proyek Tol Solo-Jogja seharga Rp 3 juta per meter.

Mundakir tak terima, karena harga pasaran tanah di sekitar rumahnya sudah sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per meter.

Bahkan menurutnya, sawah yang ditebus oleh proyek Tol Solo-Jogja, harganya bisa 4 hingga 5 kali lipat dari harga pasaran awal.

"Kalau dibandingkan dengan sawah harganya sampai Rp 800 - Rp 900 per meter, padahal sebelum proyek jalan tol harganya hanya Rp 150- Rp 200 per meter," kata Mundakir.

Lalu berapa yang diminta Mundakir dari proyek Tol Solo-Jogja?

"Kami meminta harga tanah juga dihargai seperti harga sawah yang bisa mencapai 4 hingga 5 kali lipat," imbuhnya.

Menurut Mundakir, harga pasaran tanah di tempatnya, sudah tembus Rp 5 juta per meter.

Sehingga, ia meminta harga tiga kali lipat dari harga tersebut, atau sekitar Rp 15 juta per meter.

Dia menduga, dalam pembebasan lahan terdampak Tol Solo-Jogja di Kabupaten Klaten ada permainan terselubung.

Ia mengaku akan melaporkan hal tersebut Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hingga pejabat KPK.

"Ini jelas penghinaan tanah kami yang tepi jalan raya Boyolali-Klaten dan sangat tidak manusiawi," ujarnya.

Diketahui, luas lahan milik Mundakir yang terdampak proyek tersebut sekitar 93 meter persegi.

Sedangkan lahan miliknya yang terdampak tol merupakan sebuah pekarangan.

"Yang kena halaman depan rumah, halaman rumah saya habis," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved