Kuliner Solo
Kuliner Legendaris di Sragen: Jadah Mbah Rajak Sudah Ada Sejak 50 Tahun Lalu, Incaran Pemudik
Kios sederhana Jadah Mbah Rajak buka setiap hari, mulai pukul 06.30 hingga 16.00 WIB.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Reza Dwi Wijayanti
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Kuliner jadah dan olahan ayam Mbah Rajak sudah melegenda di Kabupaten Sragen.
Setiap warga Sragen, termasuk yang ada di perantauan pasti sudah tak asing lagi dengan cita rasa khas jadah dan oalahan ayam Mbah Rajak.
Yang paling terkenal adalah jadahnya, yang terdiri dari wajik, tracikan, dan jadah itu sendiri.
Baca juga: Sate Kelinci Pak Peng, Kuliner Favorit di Sragen yang Tak Boleh Dilewatkan, Bumbu Kecapnya Juara
Sekilas tak ada bedanya dengan olahan jenang-jenang di pasar lainnya, yang tak ada yang spesial dalam proses pengolahannya.
Namun, yang bikin spesial adalah resep pembuatan jadah yang masih menggunakan resep turun temurun dari Mbah Rajak itu sendiri.
Bahannya pun masih alami, bahkan gula Jawa yang digunakan didatangkan langsung dari produsennya yang ada di Yogyakarta.

Rasanya yang manis dan pas itulah yang membuat para pemudik atau perantau selalu rindu dengan cita rasa makannya.
Dengan harga mulai Rp 10.000, pembeli bisa mendapatkan tiga macam jadah yang dibungkus dengan alas daun pisang.
Menurut anak ketiga Mbah Rajak, Warlan mengatakan resep yang digunakan turun temurun dari sang ibu.
"Resepnya sama dari dulu, enggak ada resep khusus juga, cara pengolahannya sama, karena ibu sudah meninggal, usahanya diteruskan anak-anaknya," terangnya kepada Tribunsolo.com.
Keluarga Mbah Rajak masih setia berjualan di kios sederhana, dan enggan membuka cabang meski diburu banyak pembeli.
Biasanya memang saat momen lebaran, penjualannya bisa meningkat 3 kali lipat.
"Kalau lebaran seperti ini, jadi jujugan utama pemudik, mesti selalu ramai," jelasnya.
Kios sederhana Mbah Rajak buka setiap hari, mulai pukul 06.30 hingga 16.00 WIB.