Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kuliner Solo

Legitnya Jadah Mbah Rajak, Makanan Tradisional Sragen yang Tak Lekang oleh Waktu, Bikin Nostalgia

Jadah Mbah Rajak menjadi salah satu kuliner legendaris di Kabupaten Sragen yang selalu dirindukan oleh warga Sragen yang pergi merantau.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Reza Dwi Wijayanti
Tribunsolo.com/Septiana Ayu Lestari
Jadah Mbah Rajak, kuliner legendaris Sragen sejak 50 tahun lalu, Sabtu (23/4/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Menjelang lebaran, kios Mbah Rajak di Pasar Kota Sragen tak pernah sepi pembeli.

Pasalnya, jajanan di kios Mbah Rajak menjadi salah satu kuliner legendaris di Kabupaten Sragen yang selalu dirindukan oleh warga Sragen yang pergi merantau.

Dari pantauan Tribunsolo.com, pada Sabtu (23/4/2022), hingga pukul 12.00 WIB masih banyak pembeli yang mendatangi kios Mbah Rajak yang berlokasi tepat di tengah pasar itu.

Baca juga: Kuliner Legendaris di Sragen: Jadah Mbah Rajak Sudah Ada Sejak 50 Tahun Lalu, Incaran Pemudik

Yang paling dicari adalah aneka olahan jenang, wajik, tracikan, dan wajik.

Tak hanya itu, olahan ayam opor dengan bumbu khasnya juga ludes terjual.

Jadah Mbah Rajak, kuliner legendaris Sragen sejak 50 tahun lalu, Sabtu (23/4/2022).
Jadah Mbah Rajak, kuliner legendaris Sragen sejak 50 tahun lalu, Sabtu (23/4/2022). (Tribunsolo.com/Septiana Ayu Lestari)

Usaha yang sudah berjalan selama kurang lebih 50 tahun itu, kini diteruskan kepada anak dan cucu Mbah Rajak.

Anak ketiga Mbah Rajak, Warlan mengatakan menjelang lebaran memang penjualannya selalu ramai.

"Kalau musim mudik seperti ini selalu ramai, apalagi nanti saat arus balik, banyak yang beli untuk dibuat oleh-oleh," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (23/4/2022).

Kebanyakan pembeli adalah warga Sragen yang merantau keluar kota, bahkan dari luar negeri.

Biasanya, setiap kali ada warga Sragen yang pulang dari perantauan membeli dalam jumlah banyak karena banyak yang titip.

"Seperti anaknya pulang ke Sragen, ibunya yang di Kalimantan biasanya titip, kalau lebaran yang beli dari seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke," jelasnya.

"Ada juga yang merantau di Jepang dan Hongkong minta kiriman, terus nanti dipaketke, kalau ini bisa tahan lama, wajik jenang tahan hingga 3 minggu," tambahnya.

Jika biasanya ia memproduksi 4-5 kilogram untuk masing-masing jenang, menjelang lebaran produksinya ditingkatkan menjadi tiga kali lipat.

"Kalau saat ini sudah meningkat penjualannya sampai 3 kali lipat, kalau ayam biasanya hanya motong 30-45 ekor, ini sudah seratusan, kalau jenang produksinya naik tiga kali lipat," ujarnya.

Penjualannya kini mulai meningkat jika dibandingkan tahun lalu, pada saat masa pandemi covid-19.

Baca juga: Sate Kelinci Pak Peng, Kuliner Favorit di Sragen yang Tak Boleh Dilewatkan, Bumbu Kecapnya Juara

Baca juga: Bothok Mercon Mbah Wiro, Kuliner Legendaris di Sragen: Pecinta Makanan Pedas Wajib Coba

Jualannya sepi, mengingat selama dua tahun pemerintah melarang warga untuk mudik ke kampung halaman.

"Selama pandemi ya jalan di tempat, pokoknya tetap berjualan agar bisa muter terus, minimal bisa bayar karyawan, kalau nabung tidak bisa," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved