Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Cerita Porter Terminal Tirtonadi Solo : Bayar Seikhlasnya, Kadang Getir karena Pulang Tak Bawa Uang

Inilah serba-serbi arus mudik Lebaran yang di antaranya cerita menyentuh dari porter yang bekerja di Terminal Tirtonadi Solo.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Vincentius Jyestha
Porter yang melayani dengan setiap penumpang di Terminal Tirtonadi Solo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pria-pria berkemeja merah tampak terduduk diam di sudut Terminal Tipe A Tirtonadi Solo.

Ada yang memandang jauh ke angan-angan, ada yang bersiul-siul sambil melihat pintu masuk terminal.

Dari kejauhan, bus besar melesat masuk, mereka yang duduk ini langsung berdiri dengan sigap.

Mereka berlari-lari kecil, menuju shelter pemberhentian bus itu.

Penumpang yang turun dan membawa barang berlebih menjadi sasaran.

Ya, pria-pria ini adalah porter atau orang memberikan jasa membawa barang milik orang lain. 

Bisa tidaknya mereka membeli sesuap nasi hingga menafkahi sangat bergantung pada ada tidaknya penumpang yang memanfaatkan jasa mereka.

"Monggo bu, saya bawakan barangnya. Kemana bu?" ujar seorang porter saat menawarkan jasanya terdengar jelas oleh TribunSolo.com, Sabtu (30/4/2022).

Tawaran porter itu mentah, ibu-ibu itu memilih membawa sendiri barangnya.

Hal ini tak menjadi poster putus asa, karena mau mencoba berkali-kali.

Baca juga: Hati-hati di Jalan! Di Jalan Raya Solo-Sragen Ini Kondisi Gelap, karena Lampu Penerangan Belum Nyala

Baca juga: Info Mudik Solo: H-7 Lebaran, Sebanyak 14.947 Penumpang Tiba di Terminal Tirtonadi

Narto (51), porter asal Banyuanyar, mengaku dibolehkannya mudik tahun ini oleh Presiden Joko Widodo tak berdampak banyak bagi pekerjaannya.

Saat ini angkutan antar daerah sudah umum, sehingga tak banyak bus yang berhenti di terminal, termasuk Tirtonadi.

"Kadang sekali bus berhenti disitu, yang turun cuma satu, dua penumpang. Kalau dulu kan semua harus turun di sini," kata Narto.

Sekali membawakan barang, biasanya Narto diberi Rp10 ribu.

Tak ada batas minimum tarif yang harus dibayarkan penumpang untuk porter.

Sukarela Saja!

Sukarela menjadi kata yang dipilih Narto yang juga Ketua Komunitas Angkutan Barang Terminal Tirtonadi itu.

Sebab, para porter dalam komunitasnya bersepakat tak pernah meminta besaran tarif atau ngarani ke penumpang.

"Karena niatnya kami memberikan layanan terbaik ke penumpang, jadi ya kami terima diberi berapa pun," ungkapnya.

Sepanjang 25 tahun menjadi porter, bayaran tertinggi yang diterimanya adalah Rp20 ribu sekali membawa barang.

Miris memang, apalagi pandemi membuat tak banyak penumpang hadir di terminal imbas pembatasan.

Bahkan, masa Ramadan dan Lebaran maupun di luar Ramadan juga tak ada perbedaan tarif signifikan.

"Ya pokoknya kembali lagi itu seikhlas penumpang. Kadang kalau barang berat ya kami cuma mbatin kebijaksanaan dan hati nurani dari mereka," kata dia.

38 porter yang tergabung dalam Komunitas Angkutan Barang Terminal Tirtonadi setiap hari bekerja pukul 06.00-18.00 WIB.

Shift selanjutnya diisi oleh komunitas lain.

Narto bercerita seluruh porter itu tiap hari menyambangi Terminal Tirtonadi untuk mengais rezeki.

Asal mereka pun berbeda-beda, ada yang dari Purwodadi pula.

Terkadang mereka harus puas dengan kondisi pulang tak membawa uang bagi keluarga.

Karena uang yang didapat terkadang hanya cukup untuk digunakan makan dan transportasi mereka pulang pergi.

Baca juga: Ajaibnya Kuli Bangunan di Sragen : Masih Kuat Meski Luka Bakar 80 Persen hingga Jatuh dari Lantai 2

Baca juga: Kronologi Pemudik Meninggal Dalam Bus di Terminal Tirtonadi Solo, Tak Ada Respons saat Dibangunkan

"Kadang pulang itu nggak bawa uang. Tapi ya gimana, yang penting kami berusaha, keluar rumah itu niatnya bekerja cari nafkah buat keluarga," kata Narto.

Selama bekerja, para porter ini bergantian menawarkan jasa dengan urutan yang berada di nomor punggung kemeja mereka.

Apabila seorang porter sudah mendapatkan orderan, maka dia tak akan menawarkan jasanya lagi sampai temannya juga mendapatkan orderan.

"Jadi prinsipnya semua disini kebagian rezeki, nanti yang sudah dapat biasanya istirahat dulu, ngobrol-ngobrol, gitu," jelas dia.

Usia yang sudah terbilang lanjut membuat Narto dan kawan-kawannya berpikir ulang mencari pekerjaan lain. Keahlian disebutnya menjadi halangan.

Selain itu, Narto percaya rezeki sudah diatur oleh Allah.

Meski tak ada kerja sampingan, dia dan rekan porter selalu mendapatkan rezeki tak terkira dari berbagai pihak.

"Pernah kami ini diberi makanan ataupun uang oleh penumpang, mereka yang datang kesini, banyak pokoknya," jelas Narto.

"Kita sekarang niatnya bekerja yang penting cukup untuk kebutuhan sehari-hari," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved