Berita Karanganyar Terbaru
Pria Asal Jumapolo Sukses Budidaya Maggot: Termotivasi Protes Tetangga soal Sampah Warung Makannya
Angga Restu Kurniawan (29), pria asal Desa Jumapolo, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar mampu memanfaatkan budidaya maggot dan untung besar
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Maggot atau belatung lalat merupakan hewan yang akrab dengan para peternak ikan hias, ayam dan burung berkicau.
Belatung ini merupakan makanan bergizi untuk hewan eksotis tersebut. Bahkan tak jarang kini maggot dibudidayakan.
Angga Restu Kurniawan (29), pria asal Desa Jumapolo, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar salah satunya.
Baca juga: Subsidi Resmi Dicabut, Migor Curah Sisa Pasar Murah di Karanganyar Bakal Dikemanakan?
Baca juga: Nasib Sukimin, Pria yang Hilang 3 Tahun, Bakal Dipulangkan dari Jakarta ke Karanganyar
Dia malah menjadi untung besar karena memanfaatkan budidaya maggot ini.
Berawal dari keinginan mengolah sisa makanan dari usaha warung makannya akibat protes tetangga, Angga pun memutar otak.
Lantas pada tahun 2020, dia mendapatkan solusi usai melihat siaran budidaya maggot di sebuah ponpes di Cilacap.
"Awalnya saya itu punya warung makan, limbah tulang belulang sampai ke tempat tetangga hingga saya dapat keluhan, lalu mencari cara bagaimana bisa terurai," ucap Angga, kepada TribunSolo.com, Kamis (2/6/2022).
"Saya melihat siaran budidaya maggot di sebuah ponpes di Cilacap, kemudian mempraktikkannya, malah jadi sumber penghasilan baru," tambahnya.
Maggot ini mampu mengurai apapun. Dia mencontohkan dalam waktu empat jam, dua buah popok bayi tinggal menyisakan pembungkus dari bahan plastik dan serabut benang.
Baca juga: Wajah Tokoh Karanganyar Ini Terpampang di Baliho, Persiapan Pilkada 2024?
Baca juga: Subsidi Minyak Goreng Curah Dicabut, Segini Harganya Sekarang di Pasar Jungke Karanganyar
Bahkan, gel dalam popok itu turut habis dilahap belatung maggot.
"Ada beberapa alternatif media budidaya magot, belatung dapat hidup di kotoran kambing, kotoran sapi dan sisa sampah dapur mulai hari 5-17 usai menetas," ujar Angga.
"Jenis belatung lalat ini dipanen pada hari ke 17-21, magot merupakan organisme yang efektif menguraikan sampah organik. Saya pernah mencoba menguraikan 1 kilogram sampah organik dalam semalam dengan modal 10 ribu belatung," jelasnya.
Dalam sepekan, Angga mampu menjual 30 kilogram maggot kering. Per kemasan, maggot kering yang dijualnya berbobot 250 gram.
Dia juga menjual dalam bentuk telur, harganya dibanderol Rp5 ribu per gram.
Sedangkan belatung segar dihargai Rp10 ribu per 300 gram.
"Saat ini saya menjual maggot tersebut di Shopee, paling jauh ke Malaysia," kata Angga.
Ia mengaku permintaan maggot tersebut cukup tinggi.
Sayangnya belum banyak pelaku usaha di Karanganyar yang memulai budidaya magot.
"Saat ini jualan telur maggot distop dulu, yang lagi kencang itu maggot kering dan maggot fresh," ujar Angga.
(*)