Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Wonogiri Terbaru

Toleransi di Dusun Bedug Wonogiri, Dalam Satu Keluarga Berbeda Agama: Setahun Rayakan 3 Hari Raya

Di Dusun Bedug Wonogiri, warganya sudah terbiasa hidup berdampingan berbeda agama. Bahkan, satu keluarga di dusun itu ada yang berbeda kepercayaan.

TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti
Kerukunan antar umat beragama di Dusun Bedug, para tokoh agama berkumpul dan bercengkerama, Selasa (28/6/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Keharmonisan antar umat beragama sangat terasa di Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri ini.

Ada tiga agama yang dianut oleh masyarakat setempat selama puluhan tahun. Hingga saat ini, belum pernah terjadi gesekan disana.

Tempat ibadah tiga agama, Islam, Budha dan Katolik di dusun itu berdekatan. Bahkan disana banyak ditemui anggota keluarga yang masih satu rumah menganut agama yang berbeda.

Baca juga: Tunjukkan Toleransi, Shin Tae-yong Stop Sementara Latihan Timnas U-19 saat Dengar Azan Maghrib

Kades Gedongrejo, Untung Suharin, membenarkan keberagaman agama disana memang sudah ada sejak lama. Toleransi masyarakat pun menurutnya tinggi.

"Disini banyak ditemui dalam satu keluarga itu beda agama. Bahkan ada suami istri beda agama. Dulu menikahnya lewat salah satu agama," kata dia, kepada TribunSolo.com.

Hal tersebut dibuktikan oleh keluarga Lina Kristiyani (37) warga desa setempat. Dia mengaku, dalam satu rumahnya ada 3 KK. Setiap KK memeluk agama yang berbeda-beda.

"Orang tua saya Budha, saya katolik, adik saya Islam. Itu satu rumah sudah punya keluarga sendiri-sendiri. Jadi ada tiga hari raya yang dirayakan setiap tahun di rumah saya," kata dia.

Lina mengatakan, semisal ada perayaan hari raya Waisak, dia dan adiknya turut merayakannya. Begitu juga sebaliknya.

"Sini itu kalau meriah saat lebaran (Idul Fitri). Warga saling anjangsana. Meski tidak Islam, kami juga ikut anjangsana," jelasnya.

Adapun banyaknya warga yang berlatar belakang beda agama dijelaskan oleh Ketua Wihara Maitriratna Dusun Bedug, Sutino.

Menurutnya, agama Budha masuk Gedongrejo, khususnya di Bedug sekitar 1965. Saat itu dari 265 KK yang ada di Gedangrejo, hampir setengah dari warganya menganut Budha.

"Jumlah penganut Budha menurun karena faktor pernikahan. Dulu saat nikah banyak yang pindah agama menjadi Islam, karena ada faktor pencatatan sipil," jelasnya.

"Faktor utama itu memang administrasi pernikahan. Dulu administrasi atau pencatatan nikah di Budha belum semudah sekarang, masih susah. Sementara kan kita butuh akte, surat nikah dan lain-lain," imbuh tokoh agama Katolik, Kardi. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved