Internasional

Rusia Makin Agresif Serang Ukraina Usai Kunjungan Jokowi, Pengamat Tetap Apresiasi Misi Presiden RI

Menanggapi serangan agresif Rusia ini, Hikmahanto Juwana menyebut kunjungan Jokowi  ke Ukraina dan Rusia bukan sekadar membawa misi gencatan senjata.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
BPMI Sekretariat Presiden/Laily Rachev
Presiden Joko Widodo berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) saat menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Presiden menyatakan siap menjadi jembatan komunikasi antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin agar kedua pihak mencapai perdamaian. BPMI Sekretariat Presiden/Laily Rachev 

TRIBUNSOLO.COM -  Rusia justru semakin masif melancarkan serangan ke Ukraina setelah kunjungan Presiden Jokowi ke dua negara yang sedang berperang itu.

Diberitakan pada Senin (4/7/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu melanjutkan serangan besar-besaran di Ukraina setelah pasukannya menguasai seluruh wilayah Luhansk.

"Unit militer, termasuk kelompok Timur dan kelompok Barat harus melaksanakan tugas mereka sesuai dengan rencana yang telah disetujui sebelumnya," bunyi perintah Putin kepada Shoigu seperti dikutip dari Straits Times.

Menanggapi serangan agresif Rusia ini, pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana menyebut kunjungan Presiden Jokowi  ke Ukraina dan Rusia bukan sekadar membawa misi gencatan senjata semata tetapi tentang supply chain pangan.

Baca juga: Tito Karnavian Ditunjuk oleh Jokowi Sebagai Menpan RB Ad Interim Hingga 15 Juli 2022

Hikmahanto melanjutkan, gencatan senjata bukan sesuatu yang instan dan langsung diberlakukan.

Apabila ada gencatan senjata, kata dia, ini bukan gencatan senjata yang ditandatangani oleh pemimpin dari dua negara yang bertikai.

“Kita tahu bahwa kalau seperti ini mungkin ada rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya,” kata Hikmahanto seperti dikutip dari Kompas.TV pada Selasa (5/7/2022).

“Tapi yang pasti, Bapak Presiden bukan membawa misi sekadar gencatan senjata. Tapi, Bapak Presiden bicara tentang supply chain pangan yang akan terganggu kalau perang ini terus berlanjut," katanya menambahkan.

Hikmahanto justru mengapresiasi langkah cerdas yang dilakukan oleh Jokowi.

Baca juga: Ini Isi Obrolan Jokowi dan Vladimir Putin di Rusia, Presiden RI Sampaikan Kabar Baik soal Pangan

Sebab, ia tidak berbicara bahwa nantinya akan ada gencatan senjata atau tidak.

“Tetapi, Bapak Presiden minta, misalnya ketika di Jerman dalam pertemuan G7 bicara soal supply chain pangan terkait dengan negara berkembang. Itu juga yang beliau bicarakan dengan Presiden Zelenskyy dan Presiden Rusia," kata Hikmahanto.

Pihak berwenang mendatangi sebuah pondok milik pemimpin sekte berusia 75 tahun di hutan di provinsi Chaiyaphum (Thailand). (Reuters: Surapan Boonthanom)
Pihak berwenang mendatangi sebuah pondok milik pemimpin sekte berusia 75 tahun di hutan di provinsi Chaiyaphum (Thailand). (Reuters: Surapan Boonthanom) (Tribunnews.com/Istimewa)

Dirinya kemudian menyebut, bahwa  ketika berbicara tentang misi perdamaian, tentu tidak mendamaikan konflik yang muncul antara kedua negara ini.

Menurutnya, Jokowi tidak berbicara mengenai konflik antara Rusia dengan Amerika Serikat dan sekutunya di Ukraina tersebut.

Kalau pun berbicara soal gencatan senjata.

Dalam konteks supply chain pangan ini, Jokowi disebutnya sudah berhasil membuat Rusia menyetujui untuk berhenti memblokade pengiriman gandum dari Ukraina.

“Misalnya permintaan dari Presiden Zelenskyy agar gandum yang dari Ukraina itu bisa diekspor, dan Rusia sudah menyetujui.”

“Tetapi ingat, bukan berarti serangan dihentikan, tapi, ‘Saya tidak lagi melakukan blokade-blokade yang selama ini saya lakukan’,” lanjutnya.

Hikmahanto menegaskan dari sisi itu sudah tercapai pesan yang dibawa oleh Presiden Jokowi.

“Bahwa kalau misalnya gencatan senjata apakah akan tercapai atau tidak, itu kita harus menunggu. Karena sekali lagi saya katakan, perlu proses untuk supaya terjadi gencatan senjata.”

Jika Jokowi tidak melakukan kunjungan dan upaya perdamaian, Hikmahanto menilai Indonesia tidak akan pernah dicatat dalam sejarah bahwa saat memegang Presidensi G20, Indonesia tidak berupayan melakukan ”penghadiran perdamaian gencatan senjata”.

Pasalnya kata dia, konstitusi mengamanatkan kita untuk turut dalam ketertiban dunia.

Bahkan Hikmahanto menyebut bahwa dunia sekarang tidak tertib, bahkan akan berdampak pada negara berkembang, yang dalam pidato Jokowi di Rusia, itu berdampak pada ratusan juta bahkan miliaran orang.

“Ketiga, Bapak Presiden mengatakan pesan, kalau dalam bahasa Inggris mungkin waktu diskusi, mungkin dia bilang  ‘I got the message’ ‘saya dapat pesan Anda’.”

“Pesan itu maksudnya bukan pesan khusus. Tetapi mungkin ditafsirkan oleh istana kepresidenan Putin, bahwa seolah-olah ada pesan khusus pada Presiden Putin,” tegasnya.

Jadi Sorotan Media Asing

Rencana Presiden Jokowi itu pun menuai tanggapan dari pengamat asing dan terutama media internasional.

Seperti diketahui, Presiden Jokowi menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 29 atau 30 Juni 2022.

Pemimpin RI itu akan menemui dua pemimpin negara itu di tempat terpisah.

Baca juga: Momen Langka, WNI di Munich Bisa Bertemu dan Salaman dengan Jokowi dan Iriana : Terima Kasih Pak

Pertama, Jokowi akan menemui Zelensky di Kiev, Ibu Kota Ukraina.

Kemudian Jokowi dijadwalkan menemui Vladimir Putin di Moskow, Ibu Kota Rusia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Iriana Joko Widodo beserta rombongan tiba di Munich International Airport, Munich, Jerman sekitar pukul 18.40 waktu setempat, Minggu (26/6/2022). Kehadiran Jokowi itu disambut bahagia oleh ratusan WNI.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Iriana Joko Widodo beserta rombongan tiba di Munich International Airport, Munich, Jerman sekitar pukul 18.40 waktu setempat, Minggu (26/6/2022). Kehadiran Jokowi itu disambut bahagia oleh ratusan WNI. (Foto: Sekretariat Presiden)

Pemberitaan Media Asing

Tak pelak rencana Jokowi ini pun mendapat sorotan media asing.

Mereka cukup intens memberitakan agenda Presiden Jokowi akan menemui Presiden Rusia Vladimir Putin dalam waktu dekat.

Baca juga: Momen Langka, WNI di Munich Bisa Bertemu dan Salaman dengan Jokowi dan Iriana : Terima Kasih Pak

Pemberitaan Reuters

Seperti pada Senin (27/6/2022), kantor berita internasional yang bermarkas di London, Inggris itu telah menerbitkan tiga artikel yang menyinggung agenda Jokowi bertemu Putin.

Agenda Jokowi menemui Putin ini disinggung Reuters saat memberitakan Presiden Rusia akan melakukan perjalanan ke luar negeri untuk kali pertama sejak invasi ke Ukraina, yakni ke dua negara di Asia Tengah bekas Uni Soviet.

Artikel lainnya  dijelaskan bahwa Presiden Jokowi yang pada tahun ini menjabat juga sebagai Ketua G20, akan mendesak Rusia dan Ukraina untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai, dan mencari cara untuk membebaskan ekspor gandum ke pasar global saat dirinya berkunjung ke dua negara tersebut dalam waktu dekat.

Disampaikan pula bahwa, Jokowi adalah salah satu dari enam pemimpin dunia yang sudah ditunjuk PBB sebagai "juara" dari Global Crisis Response Group (GCRG).

GCRG dibentuk untuk mengatasi ancaman gelombang kelaparan dan kemelaratan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat dari perang di Ukraina.

Baca juga: Inilah Kastil Elmau, Tempat Bersejarah Kelam yang Jadi Lokasi Pertemuan G7 Presiden Jokowi

Pemberitaan AFP

AFP turut memberitakan agenda Jokowi bertemu Putin dan Jokowi bertemu Zelensky.

Bermula saat kantor berita internasional yang berkantor pusat di Paris, Perancis tersebut menerbitakan artikel berjudul Indonesian president to meet Zelensky and Putin to urge peace talks pada Minggu (26/6/2022).

"Misinya adalah meminta Presiden Zelensky membuka forum dialog untuk perdamaian, membangun perdamaian karena perang harus dihentikan," kata Jokowi dalam konferensi pers di Jakarta sebelum berangkat dalam kunjungan kerja ke Eropa, sebagaimana diberitakan AFP.

Kedua pemimpin negara dilaporkan juga akan membahas rantai pasokan makanan yang dianggap Jokowi perlu segera diaktifkan kembali segera.

Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin pertemuan tentang produksi vaksin penyakit virus korona melalui tautan video di kediaman negara bagian Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 22 Maret 2021.
Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin pertemuan tentang produksi vaksin penyakit virus korona melalui tautan video di kediaman negara bagian Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 22 Maret 2021. (Alexey DRUZHININ / SPUTNIK / AFP)

Arabnews

Sementara itu, media asing Arabnews memberitakan bahwa misi Indonesia adalah memperjuangkan perdamaian di Ukraina juga berusaha menyelesaikan krisis energi dan pangan global yang sedang berlangsung.

Dalam isi berita itu, Jokowi menyampaikan pertemuan penting untuk mencegah negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah jatuh ke dalam kemiskinan dan kelaparan ekstrem.

“Perang harus dihentikan dan rantai pasokan makanan global perlu diaktifkan kembali,” ujar Jokowi.

Baca juga: Saran Dino Patti Jalal untuk Jokowi yang Mau Temui Putin dan Zelensky, Sebut Bisa Jadi Terobosan RI

Aljazeera

Sementara Aljazeera menyorot Jokowi yang akan mengunjungi Ukraina dan Rusia dalam misi perdamaian.

Diberitakan bahwa Jokowi akan mendesak rekan-rekan Rusia dan Ukraina untuk membuka dialog selama misi pembangunan perdamaian dan meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memerintahkan gencatan senjata segera.

“Perang harus dihentikan dan rantai pasokan pangan global perlu diaktifkan kembali,” kata Jokowi sebelum berangkat ke Jerman untuk menghadiri KTT G7.

Jokowi juga mengatakan, dia akan mendorong G7 untuk mencari perdamaian di Ukraina, dan menemukan solusi segera untuk krisis pangan dan energi global.

France24

Media asing France24 menyorot kunjungan Jokowi ke Jerman sebagai tamu KTT G7 yang berlangsung pada 26-27 Juni 2022.

Diberitakan juga, Jokowi akan pergi ke ibu kota Ukraina Kyiv untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky.

"Misinya adalah meminta Presiden Zelensky membuka forum dialog untuk perdamaian, membangun perdamaian karena perang harus dihentikan" ujar Jokowi dalam konpers di Jakarta.

Volodymyr Zelensky, Presiden terpilih Ukraina, tak mau fotonya digantung di tembok.
Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina (Latestly.com)

Analisis Pengamat Luar Negeri

Pakar politik internasional yang merupakan Direktur Program Asia-Pasifik di Chatham House, Ben Bland, memprediksi upaya Jokowi tak akan memberikan hasil besar.

Bland mengatakan jika peluang Presiden Jokowi untuk menemukan titik temu antara pemimpin Rusia dan Ukraina sangat minimal.

Meski demikian, dia menegaskan peranan Indonesia terkait masalah Ukraina sangat penting.

“Tetapi sebagai salah satu negara berkembang terbesar di dunia dan mitra persahabatan Rusia dan Ukraina, Indonesia adalah suara penting di panggung global,” ujarnya dikutip dari Swiss Info, Senin (27/6/2022).

Saat ini, Indonesia menganut politik luar negeri, “Bebas Aktif”, yang berarti non-blok dan berusaha untuk tetap mandiri.

Pendapat senada juga disampaikan Analis Pertahanan Senior dari RAND, Derek Grossmann.

Menurutnya, negara seperti Indonesia yang dapat membantu dalam permasalahan seperti Ukraina dan Rusia.

“Jika kita ingin mencoba dan mencapai semacam negosiasi dan penyelesaian damai, negara seperti itu yang dapat membantu,” katanya.

Tetapi sama Bland, Grossman menilai pertemuan Jokowi dengan Putin dan Zelensky hanya akan memberikan kemajuan yang rendah.

Presiden Jokowi dikabarkan akan melakukan pertemuan dengan Zelensky di Kiev kemudian Putin di Moskow.

Pertemuan tersebut akan dilakoni Presiden Jokowi setelah lebih dulu menghadiri pertemuan G7 di Bavaria, Jerman yang berlangsung 26 hingga 28 Juni 2022.

Peneliti hubungan internasional Indonesia di University of Queensland, Australia, Dr Ahmad Rizky Mardhatillah Umar mengatakan, Indonesia prihatin tentang bagaimana perang akan mempengaruhi kepresidenan G20, serta energi domestik dan ketahanan pangan.

“Indonesia ingin memastikan bahwa Rusia dan negara-negara Barat tidak menjadikan G20 sebagai medan perang untuk memajukan perjuangan mereka,” kata Umar kepada Arab News.

Menurut Umar, karena masih belum jelas apa yang akan diusulkan Indonesia kepada Zelensky dan Putin dalam pertemuan mendatang, kunjungan Jokowi tidak mungkin mengubah situasi di Eropa.

“Indonesia tidak dalam kapasitas untuk menengahi konflik dan menawarkan solusi jangka panjang dan strategis untuk mengakhiri perang,” lanjut Umar.

(*)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved