Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Anak Bunuh Ibu di Sragen

Pengakuan Tersangka DP, Anak yang Bunuh Ibu Kandungnya di Sragen: Saya Jengkel Dinasihati 

DP tersangka pembunuh ibu kandungnya mengaku jengkel mendengar nasihat dari ibunya. Berdasarkan hal itu, dia tega menghabisi ibunya tersebut.

TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari
Tersangka DP (33) warga Kampung Widoro, Kelurahan Sragen Wetan, Kecamatan/Kabupaten Sragen memakai baju tahanan. Dia tega membunuh ibunya karena jengkel disuruh cari kerja. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - DP (33) seorang anak yang tega membunuh ibu kandungnya, S (53) warga Sragen mengaku jika memang merasa jengkel atas nasehat sang ibu. 

Hal tersebut diungkap DP dihadapan awak media ketika dihadirkan di Mapolres Sragen, Rabu (6/7/2022). 

"Saya (jengkel) karena dengan kata-kata (ibu saya) yang sebenarnya menasehati, tapi ya karena perbuatan kelewatan saya," pengakuan DP, Rabu (6/7/2022).

Baca juga: Motif Anak Tega Bunuh Ibu Kandung di Sragen: Jengkel Disuruh Cari Kerja dan Dibandingkan Keponakan

DP melakukan aksi dengan memukul dengan tangan kirinya hingga menyebabkan sang ibu terjatuh.

Menurut pengakuan DP, sang ibu sempat melawan dengan menangkis pukulan DP dengan tangannya. 

Namun, apa daya sang ibu yang sudah berusia lanjut tak berdaya dengan pukulan yang diayunkan DP. 

"Ada sekali (melawan), waktu saya pukul sekali, namun aku pukul tangannya ngelawan dan kalah tenaga sama saya, lemas kemudian pingsan (terus dibenturkan ke lantai)," jelasnya. 

Menurutnya ia sempat ragu setelah memukul pertama kali kepada badan Setyorini, namun entah kenapa DP melanjutkan aksinya. 

"Pertama itu saya ya agak ragu, tapi entah kenapa lanjut (memukul)," katanya.

Saat dilakukan autopsi sendiri, DP juga turut datang untuk mendampingi proses pembongkaran makam. 

Waktu itu seolah-olah DP merasa tak bersalah dan bersedia memberikan pernyataan ketika ditemui awak media.

Bahkan DP sendiri merupakan salah satu keluarga yang datang ke Mapolres Sragen untuk melaporkan kejanggalan kematian itu.

"Pada saat ibunya dimakamkan, dia merasa sudah aman, tapi kemudian ada desakan dari tetangga sehingga dia tidak berdaya dan ikut melaporkan ke Polres," ungkap Kapolres Sragen, AKBP Piter Yanottama. 

"Padahal dalam batinnya dia tahu, ketika melaporkan ke polisi maka tirainya (perbuatannya) akan terbongkar," pungkas AKBP Piter. (*) 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved