Breaking News

Berita Solo Terbaru

PPDB Solo: Satu Siswa Asal Laweyan Solo Kebingungan Tak Masuk Zonasi SMA, Kini Masih Cari Sekolah

Kawasan Pajang, Solo selama ini masih kesulitan mencari sekolah. Apalagi dengan sistem zonasi PPDB. Mereka berharap hal ini jadi perhatian pemerintah.

Penulis: Eka Fitriani | Editor: Ryantono Puji Santoso
TRIBUNKALTIM.CO/FACHMI RACHMAN
Ilustrasi PPDB Online dengan sistem zonasi. Salah satu siswa SMA asal Laweyan Solo kebingungan cari sekolah karena tak masuk zonasi. 

Laporan wartawan Tribunsolo.com, Eka Fitriani 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO – Tokoh Masyarakat Pajang, Laweyan, Solo Ir Heru Surayanto membeberkan bahwa masalah tak ada SMA/SMK Negeri di wilayahnya harusnya bisa menjadi perhatian pemerintah.

Sebab, persoalan ini sudah menjadi momok bagi orang tua setiap tahunnya. 

Mereka gelisah mencarikan sekolah untuk anaknya. Apalagi dengan sistem zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Baca juga: Daftar Ulang Hari Terakhir PPDB SMKN 8 Surakarta Diwarnai Kritikan Ortu Calon Siswa yang Tersingkir

“Kita kalau harapannya ya masalah SMA/SMK di Laweyan itu bisa terselesaikan,” katanya, Rabu (13/7/2022) siang.

“Ya segeralah dibikinkan sekolah di wilayah kami, jadi tidak ada lagi kasus kesusahan setiap PPDB,” ujarnya.

“Biar tidak menjadi momok tahunan bagi kami sebagai pengurus,” katanya.

Selama 3 tahun terakhir, siswa SMP di kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan kebingungan mendapatkan sekolah SMA/SMK Negeri.

Dia memaparkan, di tahun ajaran 2022/2023 ini ada 14 siswa asal wilayahnya yang tidak masuk zonasi. 

Namun, 13 siswa dari jumlah tersebut kini sudah mendapatkan sekolah. 

Hanya satu siswa yang masih kebingungan mencari sekolah. 

Heru mengaku, selama ini dirinya yang sering membantu para siswa yang tak masuk zonasi itu untuk mencari sekolah. 

“Saya selama ini yang memfasilitasi siswa ini untuk mendapatkan sekolah,” katanya.

“Niatnya membantu memang agar mereka bisa segera bersekolah,” tegasnya.

Siswa SMP yang tidak mendapatkan sekolah kebanyakan lari ke sekolah swasta seperti ke SMA BATIK I, SMK jaya Wisata dan Santo Paulus.

“Jika siswa berasal keluarga mampu bisa ke swasta, kalau tidak mampu?,” katanya.

Heru membeberkan masalah sekolah negeri ini tentunya menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat sekitar.

“Semoga tidak ada lagi siswa kebingungan sekolah nantinya, harapannya pemerintah segera bertindak,” katanya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved