Polisi Tembak Polisi
Misteri Luka Sayatan di Jasad Brigadir J Akhirnya Terkuak, Dokter Forensik Ungkap Analisanya
Dari keterangan polisi, luka sayatan yang ada di tubuh Brigadir J disebabkan oleh gesekan proyektil peluru. Begini analisa dokter forensik UNS Solo.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, JAKARTA -- Luka sayatan di jasad Brigadir J sempat mengundang teka-teki.
Kini penyebab luka sayatan di tubuh Brigadir J itu disampaikan ahli forensik.
Diketahui, kejanggalan demi kejanggalan terjadi pada kasus penembakan seorang ajudan perwira Polri tersebut.
Salah satunya adalah luka sayatan pada jenazah Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat yang tewas setelah terlibat baku tembak dengan Bharada E di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
Baca juga: Orangtua Brigadir J Pertanyakan Keberadaan 3 Ponsel Anaknya yang Hilang : Jangan Ditutup-tutupi
Luka itu dinilai janggal oleh sejumlah pihak termasuk pihak keluarga.

Dari keterangan polisi, luka sayatan yang ada di tubuh Brigadir J disebabkan oleh gesekan proyektil peluru.
Menanggapi hal tersebut Dokter Forensik RSUD Moewardi dan RS UNS Surakarta, Novianto Adi Nugroho mengatakan ada kemungkinan jika luka sayatan yang ada di tubuh Brigadir J disebabkan oleh permukaan proyektil peluru.
Lantaran, proyektil peluru yang mengenai tubuh korban, meskipun hanya sedikit saja tetap bisa menyebabkan bekas menyerupai luka sayat yang diakibatkan oleh benda tajam.
Baca juga: Potret Keakraban Brigadir J dengan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Dekat Seperti Keluarga
"Kemungkinan bisa terjadi jika pemukaan proyektil peluru yang mengenai tubuh korban hanya sedikit sekali atau menyerempet, jadi bekasnya pun juga sangat tipis dan menyerupai luka sayat seperti yang diakibatkan oleh mata pisau atau benda tajam yang lainnya," kata dr Novianto kepada Tribunnews.com, Kamis (14/7/2022).
dr Novianto pun memberikan penjelasan lebih detail terkait luka sayat dan luka tembak.
Menurunya, luka tembak dan luka sayat termasuk dalam jenis luka terbuka.
Sementara itu, untuk luka sendiri biasanya dibedakan sesuai dengan jenis kekerasan yang mengenai kulit atau bidang pada tubuh manusia.
Baca juga: Dua Polisi Datangi Ketua RT di Kawasan Rumah Irjen Ferdy Sambo, Apa yang Dibicarakan?
Contohnya seperti kekerasan yang dilakukan dengan permukaan benda tajam seperti pisau, maka luka tersebut termasuk luka terbuka.
Luka terbuka itu sendiri memiliki ciri-ciri tepi rata dan rapi.

Sedangkan untuk kekerasan yang dilakukan dengan benda yang permukaan tumpul, maka akan menyebabkan luka terbuka, dengan ciri-ciri tepi luka yang tidak rata.
"Luka tembak dan luka sayat keduanya adalah jenis luka terbuka dan untuk luka sebenernya dibedakan sesuai dengan jenis kekerasan yang mengenai kulit atau bidang."
"Misal kekerasan dengan permukaan tajam seperti mata pisau, maka luka terbuka yang terjadi adalah luka dengan ciri tepi rata dan rapi, lain dengan proyektil yang hampir permukaannya adalah tumpul maka luka terbuka yang terjadi tepi luka tidak rata," terang dr Novianto.
Kata Polisi
Melansir dari Tribunnews.com, sebelumnya, Polri memastikan luka seperti sayatan di tubuh Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat aliasi Brigadir J bukan dari senjata tajam (sajam).
"Bukan (luka sayatan senjata tajam)," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (11/7/2022).
Ramadhan mengatakan, luka sayatan itu berasal dari gesekan proyektil peluru yang dikeluarkan oleh Bharada E.
"Kita bukan lihat tapi penjelasan penyidik soal sayatan adalah karena gesekan proyektil yang ditembakan oleh Bharada E ke Beigadir J," jelasnya.
Baca juga: Kesaksian Ketua RT di Kompleks Rumah Ferdy Sambo : CCTV Diganti Aparat Tanpa Izin Setelah Penembakan
Sebelumnya, seorang anggota Brimob asal Jambi yang berdinas di Jakarta sebagai ajudan pejabat Polri, tewas dengan kodisi mengenaskan.
Dari pengamatan pihak keluarga, terdapat 4 luka tembak, yakni dua luka tembak di dada, 1 luka tembak di tangan dan 1 luka tembak di leher anggota Brimob tersebut.
Tidak hanya itu, anggota Brimob ini juga mengalami luka sajam di mata, hidung, mulut dan kaki.
Korban bernama Nopryansah Yosua Hutabarat adalah ajudan pejabat Polri yang sudah diketahui ajudan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.
Dari keterangan keluarga korban, bernama Rohani Simanjuntak, korban tewas usai baku tembak di rumah dinas pejabat Polri pada Jumat (8/7 2022) pukul 17:00 WIB.
Brigpol Nopryansah tewas dengan 4 luka tembak, yakni dua luka tembak di dada, 1 luka tembak di tangan dan 1 luka tembak di leher.
Selain itu, korban juga mengalami luka sajam di mata, hidung, mulut dan kaki.
"Dia ajudan pejabat Polri sudah 2 tahun," kata Rohani, Senin (11/7/2022) dihubungi via telepon.
CCTV Sekitar Rumah Dinas Diganti Polisi
Polisi membeberkan pihaknya mengganti decoder CCTV yang berada di sekitar wilayah rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.
Soal penggantian decoder CCTV ini sempat disesalkan oleh Ketua RT 05 RW 01 setempat, Mayjen (sekarang Irjen Pol--Red) (Purn) Seno Sukarto.
Kini Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Budhi Herdi Susianto buka suara atas digantinya decoder CCTV yang berada di sekitar wilayah rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.
Sebelumnya, Seno Sukarto mengungkapkan decoder CCTV di sekitar rumah dinas Ferdy Sambo telah diganti oleh polisi pada Sabtu (9/7/2022).
Penggantian decoder CCTV ini dilakukan oleh polisi berseragam dan tidak berseragam.
Menanggapi hal tersebut, Budhi tidak menampik adanya penggantian decoder CCTV oleh pihaknya.
Dikutip dari Tribunnews, Budhi mengungkapkan alasan digantinya decoder CCTV untuk kepentingan penyidikan.
Selain itu, katanya, juga agar CCTV di lingkungan itu tetap dapat beroperasi.
"Decoder CCTV lingkungan yang ada di pos (satpam)," ujarnya Kamis (14/7/2022).
"Karena yang lama disita penyidik dan agar CCTV di lingkungan komplek aspol (asrama polisi) Duren Tiga tersebut tetap beroperasi maka diganti yang baru," imbuh Budhi.

Hanya saja terkait jumlah decoder CCTV dan isi di dalamnya, Budhi tidak menjelaskan lebih lanjut.
Penggantian decoder CCTV oleh polisi ini pun membuat Seno geram karena dirinya tidak memperoleh laporan terkait insiden baku tembak yang menewaskan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat itu.
Baca juga: Rumah Ortu Almarhum Brigadir J Didatangi Puluhan Polisi, Keluarga Mengaku Dilarang Mendokumentasikan
"Sampai sekarang saya ketemu aja nggak, terus terang saya juga ya kesal. Saya ini dianggap apa sih, maaf saja saya ini Jenderal loh, meskipun (Ketua) RT," tuturnya.
Selain kesal dengan polisi karena mengganti decoder CCTV, Seno juga mengaku tersinggung atas perlakuan aparat kepolisian yang tidak memandangnya sebagai ketua RT.
Dia mengatakan pihak kepolisian kerap memerintah petugas keamanan di kompleksnya tanpa melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pengurus RT termasuk dirinya. (*)