Berita Solo Terbaru
Sejarah 2 Gerbong Kereta Api di Keraton Solo, Peninggalan PB X : Ada yang Gunakan AC Tanpa Freon
Di sudut Alun-alun Kidul Keraton Solo, terpampang dua gerbong kereta api peninggalan PB X. Diketahui gerbong itu memiliki sistem pendingin tanpa freon
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Dua gerbong kereta api di sudut Alun-alun Kidul Keraton Kasunanan Surakarta, memiliki sejarah panjang.
Gerbong tersebut merupakan peninggalan Pakubuwono (PB) X, yang kini menjadi ikon di Alun-alun kidul.
Gerbong kereta itu diletakkan di sebelah barat dan timur, tepatnya di sebelah utara lapangan.
Baca juga: Putra Mahkota Keraton Solo Antar Langsung Undangan untuk Ikuti Kirab Malam Satu Suro ke Gibran
Baca juga: Rekomendasi Kuliner Dekat Keraton Solo, Rasa Enak dan Harga Terjangkau
Di sebelah timur, gerbong berwarna hijau dan putih merupakan gerbong kereta api pesiar milik PB X.
Menurut pegiat sejarah dan budaya Kota Solo, KRMT. L. Nuky Mahendranata Nagoro, rangkaian kereta pesiar ini diberangkatkan dari Stasiun Solo Jebres.
Kereta ini berfungsi untuk mengantarkan PB X, saat meninjau pabrik gula dan untuk keperluan kunjungan ke berbagai daerah bersama dengan keluarganya.
"Teknologi di gerbong ini termasuk canggih, terutama pada pendinginnya yang tidak menggunakan freon, tapi es batu untuk mendinginkan ruangan," katanya, kepada TribunSolo.com, Senin (25/7/2022).
Air dari es batu yang mencair, dapat digunakan untuk cuci tangan di wastafel yang tersedia di dalamnya.
Selain itu, PB X juga ikut terjun langsung dalam memberi masukan pada desain kereta pesiar ini kepada perusahaan Werkspoor di Belanda.
Baca juga: Putra Mahkota Keraton Solo Turun Tangan Bantu Pindahkan Kebo Bule dari Alun-alun Kidul ke Magangan
Baca juga: Kebo Bule Milik Keraton Solo Mati Gegara Terjangkit Virus PMK, Gimana Nasib Kirab Malam Satu Suro?
Gerbong kereta yang agak mistis berada di sebelah barat, karena digunakan untuk mengakut jenazah.
Gerbong warna putih itu, pada sisi samping didominasi kaca, yang ditutup dengan kain korden warna putih.
"Meski gerbong kereta ini ditujukan sebagai kereta jenazah, PB X ternyata telah mempersiapkan rancangannya sejak sekira tahun 1909-1920 kepada perusahaan Werkspoor di Belanda," ujarnya.
Kereta tersebut baru selesai dibuat pada tahun 1914 dan baru di bawa ke Hindia Belanda pada tahun 1915 oleh perusahaan NIS yang dulunya bertempat di Lawang Sewu, Semarang.
Namun, gerbong ini hanya sekali digunakan pada tahun 1939.
Saat itu, gerbong tersebut membawa jenazah Pakubuwono X dari Stasiun Solo Balapan ke Stasiun Tugu Jogja yang kemudian dilanjutkan dengan kereta kuda untuk dibawa ke Makam Raja Imogiri.
(*)