Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Disambangi Delegasi G20, Kini Asa Perajin di Kampung Gitar Ngrombo Sukoharjo Kembali Bersinar

Desa Ngrombo di Sukoharjo menjadi daerah mandiri, karena warganya menggantungkan hidupnya dari gitar yang sudah ada sejak puluhan tahun.

Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
TribunSolo.com/Dok Pemkot Solo
Para delegasi Trade Industry and Investment Working Group (TIIWG) G20 dari berbagai negara mulai tiba di Kota Solo. Mereka akan mengikuti rangkaian acara hari ini hingga 7 Juli 2022 mendatang. 

Rabinem membeberkan, sebelum pandemi, uang seakan mengalir sehingga bisa memasak dan memenuhi kebutuhan.

Jika banyak orderan, dalam sehari bekerjasama dengan adiknya bisa menyelesaikan empat lusin atau 48 gitar setengah jadi mulai gitar sayur, kencrung hingga jumbo.

Dengan jumlah situ, dia mengantongi Rp 100.000 hingga Rp 200.000 dalam sehari yang hasilnya dibagi dengan adiknya.

"Kami tugasnya merapikan gitar, dempul dan nyading (mau dicat), kalau sudah setengah jadi kemudian dikirim," terangnya.

"Gitar ibarat napas, untuk kehidupan bagi kami di Ngrombo," aku dia.

Setali tiga uang, Trianingsih juga sempat mengalami pahitnya dalam usaha kerajinan gitar.

Wanita 38 tahun itu, ternyata memiliki garis takdir menjadi perajin gitar selama lima tahun ini.

Meskipun ibu dua anak itu hanya nge-list pinggiran bodi gitar dengan mesin khusus, tetapi pekerjaannya tak banyak yang bisa.

"Awalnya coba-coba, saya pakai alatnya (mesin) di rumah punya suami," tutur dia.

Dengan Ningsih bekerja, bisa membantu suami memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi dia tak dilarang.

Baca juga: Momen Gibran dan Menteri Investasi Bahlil Tempa Besi untuk Dijadikan Keris di Kirab Budaya G20

Baca juga: Potret Menteri Bahlil dan Gibran Naik Kuda Pakai Kostum Pangeran Keprajuritan di Kirab Budaya G20  

"Hasilnya lumayan, bisa buat beli beras dan sayur, gaji suami untuk keperluan sekolah anak dan lainnya," terang dia.

"Senangnya mengerjakan di rumah, bisa sembari mengawasi anak," terang dia.

Dia menceritakan selama pandemi, pendapatannya sempat merosot drastis, hingga tak dapat orderan.

"Padahal kalau ramai seminggu bisa garap 10 lusin, selusin dibayar Rp 50 ribu, jadi bisa dapat Rp 500 ribu," akunya.

Ningsih berharap, dengan mulai normalnya kehidupan ini, dompetnya bisa penuh lagi.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved