Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Nasib Petani di Gringging Sragen : Sudah Sebulan Tanaman Padinya Tak Tumbuh, Malah Jadi Kerdil

Para petani di Desa Gringging, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen mengeluhkan tanaman padinya diserang hama sundep.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Kondisi tanaman padi di Desa Gringging, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen setelah terserang hama sundep yang membuat tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, Jumat (5/8/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Para petani di Desa Gringging, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen mengeluhkan tanaman padinya diserang hama sundep.

Hama sundep merupakan jenis penggerek batang yang pada anakan padi bisa menyebabkan tanaman menjadi kerdil bahkan mati.

Hal itulah yang dikhawatirkan para petani di Desa Gringging.

Meski sudah ditanam satu bulan yang lalu, tanaman padi tidak tumbuh sebagaimana mestinya.

"Tanaman padi disini usianya sudah satu bulanan, biasanya kalau diumur segini sudah tinggi-tinggi, ini bukannya tinggi malah menjadi kerdil," ujar salah satu petani, Sarjuno kepada TribunSolo.com, Jumat (6/8/2022).

Ia mengatakan musibah tersebut dialami hampir semua petani di Desa Gringging.

Sebenarnya, menurut Sarjuno hampir setiap musim padi-padi di sawah terserang hama.

Namun, di musim tanam ketiga kali ini, diakui oleh para petani pertumbuhan padi mereka sulit berkembang.

Baca juga: Penampakan Tempat Tidur Remaja Boyolali di Makam Ayahnya : di Samping Nisan, Beralasakan Sajadah

Baca juga: Kisah Sedih Remaja Boyolali Tidur di Makam Ayah : Alasannya Agar Dekat dan Juga Demi Bertahan Hidup

Bahkan, kini pucuk sebagian tanaman padi mulai menguning, yang bisa membuat tanaman padi mati.

"Biasanya setiap musim tetap ada serangan hama, namjn kemarin tidak separah ini, untuk MT ketiga ini pertumbuhannya padi agak sukar," jelasnya.

Ia berharap, dari Pemerintah Kabupaten Sragen dapat memberikan bantuan, salah satunya berupa obat.

"Harapannya ada bantuan obat dari dinas terkait, meski begitu kita para petani tetap berusaha," harapnya.

Gabah Sempat Naik

Menjelang Lebaran, ada kabar gembira bagi para petani di Kabupaten Karanganyar.

Ya, harga jual gabah kering panen menanjak di atas harga pembelian pemerintah (HPP).

Kasi Distribusi dan Cadangan Dispertan PP Karanganyar, Budi Sutrisno mengatakan harga gabah kering panen (GKP) telah di atas HPP Rp 4.100 per kg.

"Di atas HPP semua (GKP), enggak ada yang di bawah HPP," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (7/4/2022).

Budi merinci, panenan pakai threaser dihargai Rp 4.200 - Rp 4.300 per kg dan combine harvester sekitar Rp 4.600 - RP 4.700 per kg.

"Kondisi saat ini sangat berbanding terbalik dengan tahun lalu, Alhamdulillah tahun ini harga GKP naik," ujar Budi.

Dia menjelaskan kualitas bagus gabah pada MT I tahun ini didukung cuaca bersahabat.

Selain itu, curah hujan tak terlalu tinggi dan cukup terik membuat harga menjadi anjlok.

"Saat itu, terjadi tingginya curah hujan yang membuat kualitas gabah kurang bagus akibat kandungan air berlebih," ucap Budi.

Baca juga: Kualitas Bagus, Harga Jual Gabah Kering di Karanganyar Terdongkrak, Lampaui HPP Nasional Rp 4.200

Baca juga: Sosok Brigadir Miswandi, Polisi yang Gantikan Jaga Jemuran Gabah Agar Warga Bisa Pergi Vaksin

Dia mengungkapkan dengan harga GKP naik, beberapa petani sumringah.

Bahkan, kata dia ada petani yang melakukan syukuran karena panen berhasil dan harganya bagus.

"Tahun lalu, petani menangis, dan sekarang mereka kembali semringah, mereka bisa nyicil ayem mau lebaran," tutur Budi.

Ketua Gapoktan Kecamatan Jaten, Hary Susanto mengaku para petani padi merasa lega jerih payahnya terbayar lunas dengan harga gabah melebihi HPP.

Hary menjelaskan dirinya yang memiliki lahan sawah seluas 6 ribu meter persegi, dalam MT 1 rata-rata bisa menghasilkan 6 ton gabah panen per hektare.

"Saya sangat senang sekali, rencana buat modal berlebaran," jelas dia.

Lahan Produktif Berkurang

Sementara itu, luasan lahan sawah dilindungi di Kabupaten Karanganyar berkurang dratis pada tahun 2022.

Meski luasan LSD berkurang, Pemerintah Kabupaten Karanganyar tetap optimis menjadi lumbung pangan nasional.

Asisten Sekda Bidang Ekonomi Pembangunan Kesra, Titis Sri Jawoto mengatakan lahan yang tercatat di kementerian sekitar 21 ribu hektar.

"Namun yang tercatat di RTRW Kabupaten Karanganyar hanya 14 ribu hektar sawah yang tercatat," kata Titis.

Titis mengatakan mengatakan validasi bakal menunjukkan secara riil luasan lahan produktif yang dipakai bercocok tanam.

Namun pada faktanya, lahan yang ditetapkan di Karanganyar melalui SK Kementrian ATR/BPN memasukkan pula permukiman, pertokoan, kantor dan waduk, padahal lahan-lahan tersebut tidak lagi ditanami padi.

"Pemetaannya dulu itu pakai citra satelit yang dilewati irigasi teknis dianggap lahan produktif pertanian," kata Titis.

Kemudian ia memberikan contoh lahan yang masuk lahan itu yaitu di perumahan Tegalasri, yang padahal eksisting perumahan.

Lanjut, tutur dia kawasan di Jaten dan Karanganyar, hampir tidak ada sawahnya karena berganti permukiman dan kawasan bisnis, namun tetap masuk.

"Dengan fakta alih fungsi lahan, hasil validasi mendatang dimungkinkan mengurangi luasan lahan secara signifikan," ujar Titis.

Dia menuturkan meski luasan lahan di Karanganyar semakin berkurang, pihaknya tetao positif dengan tingkat produktivitas pertanian di Kabupaten Karanganyar.

ia menjelaskan produktivitas pertanian bakal sesuai dengan luasan riil.

"Coba sekarang dihitung luas lahan itu 21 ribu hektare panen 3-4 kali setahun dengan tonase yang dihasilkan, pasti produktivitasnya hanya 1-2 ton per hektare," tutur Titis.

ia mengakui validasi lahan berkaitan UU Cipta Kerja, dimana pemerintah pusat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi dari sektor industri.

Baca juga: Sosok Niryono, Ayah Bripda Randy yang Sempat Dikira Anggota DPRD, Ternyata Tengkulak Gabah

Baca juga: Harga Gabah di Karanganyar Anjlok, Bulog Tebar Pesona Beli 15 Ribu Ton Milik Petani, Ini Targetnya

Dia menerangkan kawasan industri yang membutuhkan lahan, menuntut penyediaannya.

Sehingga menurutnya, alih fungsi lahan hijau ke industri merupakan konsekuensi logis.

"Ada 50 daerah di Indonesia termasuk Karanganyar, dievaluasi lahannya, kami sedang menyiapkan data investasi di Karanganyar yang disajikan ke kementrian, salah satu potensi daerah di luar pertanian," jelas Titis.

Meski fokus pada perkembangan industri, dia memastikan pemerintah pusat tidak abai terhadap pertanian Karanganyar.

Pembangunan yang tengah dalam pengerjaan yaitu Waduk Gondang dan Jlantah serta bantuan pertanian merupakan buktinya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved