Berita Klaten Terbaru
Meriahnya Agustusan di Desa Krakitan Klaten: Kirab 77 Bendera Merah Putih dan Tumpeng
Banyak cara dilakukan warga untuk memperingati HUT ke-77 RI. Seperti warga Desa Krakitan yang melakukan kirab bendera merah putih.
Penulis: Ibnu DT | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Beragam cara dilakukan untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.
Salah satunya dengan menggelar kirab bendera merah putih yang diikuti oleh ratusan warga Dukuh Bugel, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Minggu (14/8/2022) pagi.
Sebanyak 77 bendera yang di kirab disesuaikan dengan HUT ke-77 Kemerdekaan Indonesia tahun ini.
Rute kirab dimulai dari jalan sekitar Rawa Jombor hingga mengelilingi Kampung Bugel.
Tepat berada di barisan paling depan adalah foto Bapak Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta.
Selanjutnya, dalam kirab tersebut juga membawa tumpeng berwarna merah dan putih serta di bagian ujung tumpeng tertancap bendera Merah Putih.
Kegiatan itu diikuti anak usia TK, SD, dan SMP serta anggota Inkai serta dari warga Dukuh Bugel sendiri mulai dari pemuda hingga nenek-nenek.
Ditemui usai kirab, pencetus ide kegiatan tersebut yakni Asim Sulistyo (53), dirinya mengungkapkan jika kegiatan itu bertujuan untuk melestarikan tradisi yang sudah dilakukan orang tuanya.
Sudah menjadi kebiasaan setiap tahun, keluarga Asim selalu memasang bendera sejumlah HUT Kemerdekaan RI.
Baca juga: Asyiknya Lomba Agustusan Sepak Bola Terong Ala Warga Keprabon Solo, Diwarnai Sorak-sorai Emak-emak
"Setiap tahun tambah satu tambah satu (bendera),” kata Asim.
Asim menjelaskan orang tuanya bernama Hadi Sumarto yang seorang petani turut menanamkan rasa cinta tanah air melalui jalur agama.
Sudah menjadi hal yang wajib yakni memasang bendera di depan rumahnya sejak 1960-an saat HUT Kemerdekaan RI.
Dirinya mengaku selalu menjadi kebiasaan yang dilakukan dari tahun ke tahun.
Meski sempat terjadi peristiwa G30S pada 1965, Ayahnya tetap memasang bendera di halaman rumah melanjutkan tradisi dari generasi kakek Asim yang bernama Wosonegoro.