Berita Klaten Terbaru
Kisah Warijo, Penjual Es Puter Asal Klaten : Jerih Payah 45 Tahun Terbayar, Anak Sulung Lulus SMK
Berjualan es puter menjadi salah satu cara warga Dukuh Bugel, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten untuk bertahan hidup di perantauamn.
Penulis: Ibnu DT | Editor: Adi Surya Samodra
Selayaknya gerobak yang menjual es puter, gerobak miliknya juga dilengkapi dengan alat musik gamelan bernama kenong yang sudah menjadi ciri khas gerobak es puter.
Bahkan dengan alat tersebut masyarakat lebih familiar dengan nama es dung-dung dari pada nama es puter.
Selain itu, ada hal lain yang membuat gerobaknya berbeda, yakni tulisan ojo dumeh.
Dari tulisan itu, dirinya ingin mengingatkan agar orang-orang yang tidak melupakan asal-usul mereka.
Ditemui secara terpisah, salah satu warga Dukuh Bugel, Asim Sulistyo (53), jika lebih dari separuh penduduk desa itu merantau dan bekerja sebagai berjualan es puter di berbagai wilayah di pulau Jawa.
“Warga yang kebanyakan tidak punya tanah untuk digarap, akhirnya mereka mencari pekerjaan dengan merantau. Hampir 60 persen warga itu merantau,” ujar Asim.
Dari hasil jualan es puter itu, banyak warga yang mampu menyekolahkan anak mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi.
“Ada yang akhirnya jadi pegawai bank serta dosen ya dari jualan es tong-tong ini. Pakde saya itu dulunya jualan (es puter) di Jakarta dan anaknya menjadi pegawai semua,” jelas Asim.
Asim menjelaskan tren merantau menjadi pedagang es krim itu belakangan mulai memudar lantaran faktor usia.
Hingga kini, tersisa segelintir warga kampung tersebut yang masih eksis berjualan es puter termasuk Warijo.
Hal yang sama disampaikan oleh Kepala Desa Krakitan, Nurdin, bahwa warga di Dukuh Bugel banyak yang merantau keluar daerah menjadi pedagang.
"Kalau dulu (warga) yang jualan es puter itu ada di daerah Jepara, Surabaya, Jakarta dan lain sebagainya," ujar Kades Krakitan itu.
Bahkan tak sedikit yang kini sukses menjadi juragan es puter, sedangkan dahulu mereka merantau hanya sebagai penjual saja.
Sejak tahun 1980-an warga desa tersebut sudah banyak yang merantau sebagai penjual es puter.
Namun di sekitar tahun 2000-an banyak perantau yang pulang kampung, diantaranya karena faktor usia yang sudah senja sehingga ingin meneruskan jualannya di kampung halaman saja.