Berita Sragen Terbaru

Kisah Bakul Jamu Asal Sragen: 33 Tahun Berjualan, Bisa Renovasi Rumah dan Sekolahkan 4 Anak 

Perjuangan Warni selama berpuluh-puluh tahun tidak sia-sia. Dari berjualan jamu dia bisa merenovasi rumah dan menyekolahkan 4 anak.

TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari
Warni (kerudung merah) bakul jamu gendong keliling asal Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen ditemui setelah mengikuti upacara bendera rayakan kemerdekaan ke-77 RI, Rabu (17/8/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Suatu usaha jika dilakukan secara konsisten pasti akan membuahkan hasil yang baik. 

Seperti yang dilakukan Warni (68) warga Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen

Sehari-hari Warni merupakan penjual atau bakul jamu gendong keliling yang masih ia lakukan di usia senjanya. 

Menurut Warni ia sudah jualan jamu gendong keliling sejak tahun 1989 lalu.

"Berjualan jamu gendong keliling sudah 33 tahun, saat ini masih jualan digendong, jualannya di sekitar Desa Blimbing, Sambirejo," ujarnya kepada TribunSolo.com, Rabu (17/8/2022). 

Warni masih meracik sendiri jamu-jamunya, yang terdiri dari jamu kunir asem, beras kencur, temulawak, hingga daun pepaya setiap pagi.

Resepnya pun masih terjaga selama berpuluh-puluh tahun. 

Kemudian, sekitar pukul 07.30 WIB, Warni berangkat dari rumahnya di Kecamatan Kedawung ke Kecamatan Sambirejo dengan diantar.

Baca juga: Kendala Pengembangan Jamu dan Obat Herbal di Indonesia, BPOM Singgung Masih Impornya Bahan Baku

Kemudian, ia berkeliling dari satu rumah pelanggan satu dengan yang lainnya. 

Biasanya dalam sehari, Warni berjalan kaki sepanjang kurang lebih 5 kilometer. 

Jamu yang ia bawa juga tak sebanyak ketika Warni masih berusia muda. 

Setiap hari Warni hanya mampu membawa maksimal 10 botol jamu saja.

"Sehari biasanya hanya bawa 10 botol, kalau menggendong banyak sudah tidak kuat, umur saya sudah lansia," katanya sambil tersenyum tersipu malu.

Pembeli jamu racikannya tak hanya dari kalangan emak-emak saja, melainkan juga diminati bapak-bapak.

Menurutnya peminat jamu saat ini memang kebanyakan pelanggannya adalah orang tua. 

"Pembeli ibu-ibu, bapak-bapak juga banyak yang beli, tapi ya kebanyakan sudah orang tua seperti saya," ucapnya. 

Dari berjualan jamu keliling, Warni bisa membantu perekonomian keluarga dengan menyekolahkan keempat anaknya dan bisa membantu merenovasi rumah. 

"Alhamdulillah bisa menyekolahkan anak, juga untuk bantu-bantu memperbaiki rumah, untuk makan setiap hari masih berkecukupan itu alhamdulillah," kata Warni.

Meski begitu, keempat anak yang sudah berkeluarga belum ada yang mau meneruskan usahanya itu. 

"Sekarang belum ada yang meneruskan, tidak tahu kalau besok-besok, anak saya 4 dan cucu saya ada 12," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved