Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Info Ekonomi dan Bisnis

Harga Rumah Subsidi Tak Naik di Soloraya, Pengusaha Properti Merugi : Harapkan Kenaikan 15 Persen

Harga rumah subsidi yang tidak mengalami kenaikan sejak tiga tahun terakhir membuat pengusaha properti ketar-ketir. Kerugian tak bisa terhindarkan

Tribunsolo.com/Ahmad Syarifudin
Ilustrasi maket rumah bersubsidi di Solo Raya 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO, SOLO - Sejak tiga tahun terakhir, harga rumah subsidi tidak mengalami kenaikan.

Harga rumah subsidi di Soloraya sebagai bagian dari Provinsi Jawa Tengah ditetapkan sebesar Rp 150,5 juta.

Biaya produksi yang semakin membengkak membuat para pengusaha properti merugi.

Padahal, mereka diwajibkan membangun rumah subsidi, selain rumah komersil.

Baca juga: Bangun Perumahan Terganjal Lahan Sawah Dilindungi, REI Solo Raya Siap Bantu,Tapi Ada Beberapa Syarat

Baca juga: Kuota Bantuan Subsidi Perumahan di Solo Raya Nyaris Habis, REI : Permintaan Meningkat Drastis

“Gaji PNS naik, BBM naik, tapi harya rumah subsidi tidak naik. Ini yang menjadi kendala buat kita semakin ambruk,” terang Ketua REI (Real Estate Indonesia) Komisariat Soloraya, Maharani saat dihubungi TribunSolo.com, Selasa (11/10/2022).

Maharani pun mengusulkan kenaikan sebesar 15 persen dari harga yang saat ini ditetapkan.

“Harga sekarang menekan kita. Biaya produksi cukup relatif tinggi dengan adanya kenaikan BBM,” jelasnya.

Sempat ada wacana kenaikan diusulkan 10 persen. Namun, menurutnya kenaikan 10 persen belumlah cukup.

“Sehingga kalau bisa dari REI daerah sampai pusat mengajukan kenaikan jangan hanya 10 persen, kalau bisa 15 persen,” terangnya.

Baca juga: Dorong Perekonomian hingga Tingkatkan Akses Hunian,REI Expo Digelar Akhir Oktober: Diskon Sampai 60 persen

Baca juga: Makin Susah Cari Lahan di Kota Solo, Kini Pengusaha Properti Cuma Bisa Bangun Apartemen Bertingkat

Bahan bangunan pun mengalami kenaikan yang cukup drastis.

Pasir yang dulunya Rp 1,3 juta per rit (7-8 kubik), kini mencapai Rp 1,6 juta per rit.

Kemudian harga bata ringan yang semula Rp 480-520 ribu per kubik, sekarang Rp 650-700 ribu per kubik.

Maharani juga mengeluhkan biaya tenaga kerja yang juga naik.

“Semen, keramik, cat sudah naik,” tuturnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved