Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Jembatan Bayur di Masaran Sragen Ambrol, Warga dan Anak Sekolah Terdampak: Harus Memutar Jauh

Ambrolnya jembatan Bayur berdampak pada aktivitas warga sekitar. Sebab, warga harus memutar lebih jauh untuk mengantar anak sekolah.

TribunSolo.com/Septiana Ayu
Kondisi Jembatan Bayur, penghubung Desa Jati dan Dewa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen yang ambrol karena banjir, Sabtu (24/12/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Jembatan Bayur, yang menghubungkan Desa Jati dengan Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen ambrol, Sabtu (24/12/2022). 

Jembatan yang dikenal dengan nama Bayur itu putus total setelah dihantam barongan bambu yang hanyut karena banjir. 

Pada Jumat (23/12/2022) malam, jembatan tersebut sudah melengkung dan masih bisa dilewati.

Namun, pada Sabtu pagi, akses jalan utama penghubung desa itu putus total dan sudah tidak dapat dilewati lagi. 

Hal tersebut membuat emak-emak di Dukuh Condong, Desa Jati harus putar otak karena kebanyakan anak mereka sekolah di Desa Kliwonan. 

Anak-anak sekolah yang dulu tinggal menyeberang Jembatan Bayur, kini harus memutar jalan yang mana harus menempuh jarak yang lebih jauh. 

"Kebanyakan anak-anak disini sekolah di Desa Kliwonan, kalau berangkat sekolah ya tinggal menyeberang, sekarang ya harus memutar jalan lumayan jauh," kata Surami Ningsih, salah seorang warga yang ditemui TribunSolo.com, Sabtu (24/12/2022).

Baca juga: Imbas Banjir di Masaran Sragen : Jembatan Ambrol, Warga Tak Bisa Tatap Muka, Hanya Komunikasi via HP

"Ini padahal anak sudah gede sudah bisa berangkat sekolah sendiri, sekarang harus diantar karena jaraknya lumayan jauh," tambahnya. 

Jika melewati jembatan, maka mereka hanya menempuh jarak ratusan meter hingga 2,6 Km untuk mengantar anak sekolah. 

Namun, apabila tidak melalui jembatan tersebut, maka warga harus menempuh jarak kurang lebih 5-8 km. 

Ia mengatakan, jembatan tersebut memang ramai dilewati warga kedua desa untuk beraktivitas sehari-hari. 

Menurutnya, jembatan tersebut dibangun sejak tahun 2015 lalu.

Dimana warga sudah merasakan manfaatnya selama 7 tahun terakhir ini. 

"Ya aktivitas jadi terhambat, karena jadi tidak bisa kemana-mana, karena ini jalan utama juga," ujarnya. 

"Bisa lewat jembatan gantung, tapi tidak berani, pinginnya nyari yang lebih dekat, tapi mau bagaimana lagi," imbuhnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved