Berita Sragen Terbaru
Kesaksian Painem, Warga Sekitar MIM Gemantar: Kaki Saya Gemetar Lihat Anak-anak Menangis
Seorang warga mengaku gemetar menyaksikan para siswa menangis saat kejadian atap MIM Gemantar ambrol. Salah satu korban adalah cucunya sendiri.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Ambrolnya atap Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Gemantar, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen juga membuat warga sekitar kaget.
Seperti yang dialami Painem, yang rumahnya berada tepat di kawasan sekolah tersebut.
Saking kerasnya bunyi gemuruh yang dihasilkan, Painem sempat mengira telah terjadi kecelakaan.
"Saya di dalam rumah sini, disana terdengar suara brak, keras sekali, saya kira ada kecelakaan, tapi ternyata sekolahnya sudah seperti itu," katanya kepada TribunSolo.com.
"Saya datang kesana, banyak anak-anak yang masih di bawah meja, kaki saya sampai gemetar, banyak anak-anak yang menangis," imbuhnya.
Cucunya juga menjadi korban atap roboh tersebut, namun hanya mengalami luka ringan, dan kini sudah pulang ke rumah setelah sempat mendapatkan perawatan di Puskesmas Mondokan.
Baca juga: Atap Kelas MIM Gemantar Sragen Ambrol, Kerugian Ditaksir Rp 30 Juta
Seperti diketahui, atap Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Gemantar, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen ambrol, Senin (9/1/2022).
Atap tersebut ambrol pada pukul 08.15 WIB atau ketika proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tengah berlangsung.
Salah satu guru, Tri Lestari Ningsih mengatakan tidak menyangka kejadian tersebut akan terjadi.
Karena sebelumnya tidak diketahui ada kerusakan dan menilai bangunan tersebut masih dalam kondisi baik.
"Jadi kita tidak tahu kalau mau ada kejadian seperti ini, karena tidak ada tanda-tandanya, tahu-tahu ya ambruk begitu saja," ujarnya kepada TribunSolo.com, Senin (9/1/2023).
Tri menceritakan awalnya ia sedang mengajar di gedung kelas tepat di samping ruang kelas yang rusak tersebut.
Dimana ruang tersebut diisi siswa dari kelas 2, kelas 4 dan kelas 6.
Menurutnya, saat kejadian jumlah murid yang masuk sedikit, karena kebanyakan siswa ikut orang tua mereka ikut ke acara hajatan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.