Pembunuhan Siswi SMP di Sukoharjo
Kasus Dibunuhnya Siswi SMP di Sukoharjo Berbalut Open BO: Akademisi Ingatkan Cek Ponsel Anak
Kasus Pembunuhan siswi SMP yang membuka Open BO jadi perhatian untuk orang tua. Harus ada komunikasi yang baik apalagi di tengah majunya teknologi.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Kasus pembunuhan siswi SMP di Sukoharjo, E (14) setelah membuka layanan seks berbayar atau open BO melalui aplikasi MiChat menyedot perhatian banyak pihak.
Setelah melayani teman kencannya, E dibunuh dengan ditusuk pisau, kemudian ditemukan dalam kondisi bersimbah darah di tanah kosong di Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, pada Selasa (24/1/2023) lalu.
Kasus ini pun membuat prihatin masyarakat.
Fakta pahit terungkap : seorang ABG yang bersekolah di SMP negeri yang cukup baik di Kota Solo, sampai bisa membuka layanan open BO melalui ponselnya.
Lantas, apa yang harus dilakukan orangtua?
Akademisi dari Yayasan Al Firdaus, Luthfita Ayu mengatakan hal itu boleh saja dilakukan, tapi orangtua lebih dulu harus mengadakan kesepakatan dengan anak.
"Soal privasi tersebut perlu adanya kesepakatan dengan anak, atau persetujuan dengan anak," kata Terapis Okupasi Puspa Al Firdaus ini kepada TribunSolo.com, Rabu (25/1/2023).
Dalam hal ini, bisa saja anak menolak permintaan orang tua karena menyangkut privasi.
Baca juga: Cerita Lengkap Pembunuhan Siswi SMP di Sukoharjo: Open BO di MiChat, Pelaku Ngamuk Gegara Belum Puas
Namun, orang tua wajib mengetahui apa alasan anak melarang orang tua memeriksa handphonenya.
"Sehingga tidak menimbulkan konflik antara anak dan orang tua, karena komunikasi sangat penting dalam perkembangan masa remaja anak," jelasnya.
"Sering diajak sharing, ngobrol, bisa membuat kualitas berpikir anak menjadi lebih positif, dibanding hanya didiamkan saja atau dibentak-bentak," imbuhnya.
Menanggapi kasus E, Ayu mengaku kaget karena di usia remaja seharusnya digunakan anak untuk menuntut ilmu dan mencari kesibukan yang positif.
Bukan malah ke arah yang negatif.
Kasus ini, menurut Ayu perlu ditindaklanjuti, seperti menggelar sosialisasi dari pihak sekolah dengan orang tua siswa untuk bekerja sama dalam mendidik anak.
"Karena kasus seperti ini tidak bisa jika hanya pola asuh orang tua saja, namun sosial di sekolah itu juga cukup penting, kenakalan anak itu wajar, selagi masih bisa diubah dan diarahkan," terangnya.
Pola pengasuhan anak juga bergantung pada kepribadian orang tua, salah satunya orang tua tidak boleh egois saat mendidik anak.
Bagi orang tua yang sibuk bekerja, maka sebisa mungkin untuk menyempatkan waktu untuk sekadar ngobrol bersama anak di rumah.
"Misal di jam makan malam berkumpul bersama, menyempatkan untuk bertanya, bercanda, sehingga ada waktu yang dinanti anak untuk bertemu orang tua," kata Ayu.
"Kadang kenakalan remaja itu dikarenakan miss komunikasi anak dengan orang tua, membuat anak salah dalam mengambil keputusan seperti mengambil jalur negatif dalam menginginkan sesuatu dan lain-lain," tambahnya.
Ayu juga menerangkan ada beberapa pola asuh yang bisa diterapkan orang tua dalam mendidik anak.
Yakni, memberikan modelling atau contoh positif pada anak, serta menerapkan kedisiplinan dengan memberikan aturan serta konsekuensi yang masuk akal.
Kemudian, orang tua juga harus bisa memberikan kesan nyaman dan aman kepada anak.
Orang tua harus bisa memosisikan diri sebagai sahabat dan teman curhat anak, karena orang tua wajib tahu masalah anak, sehingga bisa memberikan solusi.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk mengenalkan agama pada anak, dimana orang tua wajib memberikan contoh.
Terkadang orang tua perlu memberikan kepercayaannya kepada anak, agar mereka merasa dihargai.
Lanjut Ayu, banyak kegiatan yang bisa dilakukan, agar anak semakin dekat dengan orang tua.
Hal itu bisa dimulai dengan melakukan hal-hal sederhana, seperti jalan-jalan dan berlibur bersama, atau hanya sekadar makan bersama.
"Ya setidaknya sesederhana mungkin kegiatan, namun dilakukan bersama-sama, melibatkan anak dalam kegiatan itu akan jauh lebih baik," ujarnya.
"Mungkin bisa berlibur, menanyakan kepada anak besok akhir pekan, kalau orang tua ada sisa gaji, menawarkan ke anak berlibur dimana, dengan uang sisa segini," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.