Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Kisah Pilu Gugurnya Pratu Ferdian Dwi Sukma, Hari Kelahiran 1 Februari Juga Jadi Hari Pemakaman

Handayani menyesalkan karena pemakaman sang anak harus bertepatan dengan hari kelahiran yang bersangkutan pada 1 Februari

TribunSolo.com/Zharfan Muhana
Ibunda Almarhum Pratu Ferdian Dwi Sukma, Astuti Handayani saat menunjukkan Foto mendiang Putranya. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Kesedihan Hastuti Handayani terlihat saat menceritakan kepergian salah satu putranya yakni Pratu Ferdian Dwi Sukma (25).

Diketahui, Pratu Ferdian Dwi Sukma merupakan anggota TNI yang gugur saat bertugas di Provinsi Papua Pegunungan, dalam insiden Jembatan Digul yang putus. 

Sedihnya lagi, almarhum yang genap berusia 25 tahun pada 1 Februari 2023 ini harus dimakamkan pada tanggal yang sama.

Handayani menyesalkan karena pemakaman sang anak harus bertepatan dengan hari kelahiran yang bersangkutan.

"Agak menyesal, karena pemakaman pas hari ulang tahunnya. Banyak orang sudah mempersiapkan kado juga untuk dia yang genap 25 tahun. Tapi harus ikhlas," kata Handayani, kepada TribunSolo.com, Selasa (31/1/2023).

Banyak orang yang merasa kehilangan ketika mengetahui kabar putra nomor duanya tersebut mengalami musibah.

Baca juga: Profil Pratu Ferdian Dwi Sukma, Personil TNI Asal Klaten yang Gugur Saat Tugas di Digul Papua

Baca juga: Firasat Ibunda Pratu Ferdian Dwi Sukma Kepergian Sang Putra : Api Kompor Menyambar Gerobak Jualan

"Semua merasa kehilangan, termasuk ibu Danyon. Dia (ferdian) pernah ikut Brigjen Taufiq selama 1 tahun, ibunya nangis tidak bisa melihat terakhir kali karena sedang tugas," ucapnya.

Handayani mengatakan kenangan terkait sang anak terus membayangi pikirannya selepas kabar duka itu datang.

Salah satunya seperti perhatian kecil Ferdian yang selalu menanyakan kabar dirinya di rumah baik itu siang maupun malam.

"Dia orangnya baik, sama orang tua sopan, sama orang itu orangnya ramah," ujar Handayani.

Termasuk kenangan masa kecil almarhum yang kerap menggunakan baret.

"Dari SD dia itu suka pakai baret dan singlet saat nyapu, kadang baju bapaknya yang atasan dipakai sambil nyapu nyetel lagu dangdut," kenang Handayani.

Almarhum Ferdian dikatakan Handayani sangat senang dengan musik dangdut.

Bahkan mendiang putranya itu sempat menanyakan kepada adiknya biaya untuk menanggap dangdut.

"Dia sempat tanya sama adiknya biaya nanggap dangdut lengkap berapa? Dijawab adiknya Rp5 juta. Ya sudah besok kalau pulang tanggapne," kata Handayani.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved