Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Viral

Ketua RW Sebut Bripka Madih Kerap Mematok Lahan Milik Warga, Sampai Bawa Orang untuk Menunggui

Terkait kasus tersebut fakta baru diungkap ketua RW Kelurahan Jatiwarna, Nur Asiah menyebut jika Bripka Madih kerap mematok lahan milik warga.

Tribunnews.com/Fahmi Ramadhan
Ketua RW 03 Kelurahan Jatiwarna, Kota Bekasi, Jawa Barat, Nur Asiah 

TRIBUNSOLO.COM - Kasus polisi mengaku diperas oleh polisi terus terungkap fakta lain di baliknya.

Awal mula kasus ini menjadi viral usai beredarnya rekaman video ketika Bripka Madih mengaku diminta uang oleh penyidik saat melaporkan kasus penyerobotan lahan.

Baca juga: Diamankan Polisi Sukoharjo karena Bawa Sajam, Dua Remaja Usia 16 Tahun Sebut untuk Jaga Diri

Diberitakan Serambinews.com sebelumnya, dirinya mengaku dimintai uang Rp 100 juta oleh anggota Polda Metro Jaya saat melaporkan kasus sengketa tanah tersebut.

Tak hanya itu, Bripka Madih mengaku juga dimintai lahan seluas 1.000 meter oleh anggota Polda Metro Jaya tersebut.

Terkait kasus tersebut fakta baru diungkap ketua RW Kelurahan Jatiwarna, Nur Asiah menyebut jika Bripka Madih kerap mematok lahan milik warga.

Hal ini disampaikan Nur Asiah pada saat menghadiri konferensi pers di Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Minggu (5/2/2023).

Nur Asiah menjelaskan, aksi pematokan tanah milik seorang warga itu terjadi pada 31 Januari 2023 yang dilakukan oleh Bripka Madih yang dimana anggota Provost itu mengkalim bahwa lahan itu milik orang tuanya.

"Kalau di kampung kami, kita diemin aja sebenarnya enggak pernah kita ladeni. Tapi berhubung setelah 12 tahun, dia masang patok di depan rumah warga saya. Itulah yang kita adukan karena sudah melewati batas," ujar Nur Asiah kepada wartawan.

Lanjut Nur Asiah, kalaupun klaim tanah yang dilakukan oleh Madih itu sudah berkeputusan di ranah pengadilan, namun pematokan tanah tak selayaknya dilakukan oleh Madih.

Baca juga: Beda Keterangan Sengketa Lahan Versi Bripka Madih dan Polda Metro Jaya di Kasus Polisi Peras Polisi

Dikatakannya, adapun aksi pematokan itu dilakukan Bripka Madih dengan 10 orang lain yang dimana bukan merupakan warga di sekitar lokasi tersebut.

"Itu ada sekitar tiga, patoknya satu tapi bannernya ada dua. Kemudian di depan rumah warga kami ini, ibu Soraya Bapak Bripka Madih ini mendirikan pos dan itu ditunggui oleh beberapa orang yang juga kami tidak kenal itu sampai jam 4 pagi," sebutnya.

Kendati demikian selama mendapat perlakuan tersebut, baik Nur Asiah dan warga lainnya merasa segan dan takut untuk menegur perbuatan Madih tersebut.

Pasalnya Nur Asiah beranggapan bahwa Madih yang seorang anggota polisi membuat warga sekitar mengaku tak berani menegurnya secara langsung.

"Warga kami merasa resah dan gak berani negur karena dia polisi dan puncaknya saat ini," pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved