Berita Sragen Terbaru
Kios Anyar Tak Layak, Pedagang Burung di Sragen Tolak Relokasi ke Pasar Sukowati : Protes via Baliho
Beberapa alasan pedagang antara lain tidak disediakan selokan, dasar sangkar burung tidak ada, hingga tak adanya sirkulasi udara
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Gelombang protes kembali datang dari pedagang yang akan menempati Pasar Sukowati, di Kelurahan Karangtengah, Kecamatan/Kabupaten Sragen.
Protes datang dari para pedagang burung di Pasar Joko Tingkir, yang menolak untuk direlokasi ke tempat yang baru.
Mereka memasang baliho berukuran 2x5 meter berisi alasan mengapa mereka menolak untuk direlokasi.
Terdapat 5 baliho yang dipasang di sekitar Pasar Joko Tingkir dan di dekat Pasar Sukowati.
Dalam baliho tersebut tertulis alasan mereka menolak relokasi karena kios dan los yang baru tidak layak untuk tempat burung.
Selain itu, tidak disediakan selokan, dasar sangkar burung tidak ada, sirkulasi udara tidak ada, tidak ada tempat untuk gantungan sangkat burung dan akses jalan di depan kios sempit.
"Kami butuh keadilan, kami mau pindah asal kiosnya di los luar, bisa buat makhluk hidup, yang saya jual bukan makhluk goib, jualan kami burung hidup butuh tempat nyaman," tulis pedagang di dalam baliho.
Awalnya para pedagang ditempatkan di kios berhadapan-hadapan di ruang tertutup.
Setelah melayangkan protes, kemudian mereka dipindah ke kios dan los bagian belakang.
Baca juga: Syarat Menempati Kios Baru Pasar Sukowati Sragen, Pedagang Wajib Lunasi Tunggakan Retribusi
Baca juga: Dua Minggu Setelah Diresmikan, Pasar Sukowati Belum Beroperasi: Boyongan Awal Februari
Mereka menolak lagi lantaran tidak ada akses jalan yang memadai dan tidak menghadap ke arah jalan, tidak seperti kios yang lama.
Selain itu, lokasi yang baru tersebut berhadapan langsung dengan penjual ayam dan bambu, sehingga akan menimbulkan kebisingan yang tidak nyaman bagi burung.
Ketua paguyuban Pasar Burung Sragen, Ristanto Sally Nugroho mengatakan pemasangan baliho tersebut diharapkan mampu menarik perhatian pemangku kebijakan.
Sehingga dengan begitu, keluhan mereka bisa di dengar dan segera ditindaklanjuti.
"Pasang baliho agar dilihat orang yang lewat, kita menuntut hak kita," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (8/2/2023).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.