Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Ramadhan 1444 H

Baru Tahu Datang Bulan Setelah Berbuka, Apakah Puasanya Batal? Ini Jawaban Ustaz

Banyak Muslimah yang bertanya-tanya apakah puasanya sah? Atau justru tidak sah sehingga harus mengganti di hari lain?

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Freepik
Ilustrasi nyeri karena menstruasi. 

TRIBUNSOLO.COM - Masalah menstruasi atau haid saat puasa kerap kali membuat wanita muslim bingung di bulan Ramadhan.

Sebab salah satu penyebab batalnya puasa untuk kaum hawa adalah haid.

Nah, yang jadi pertanyaan bagaimana jika wanita baru sadar bahwa dirinya haid setelah berbuka puasa?

Baca juga: Tidur Seharian Tidak Membatalkan Puasa Ramadhan, tapi Bisa Termasuk Orang-orang yang Merugi

Banyak Muslimah yang bertanya-tanya apakah puasanya sah? Atau justru tidak sah sehingga harus mengganti di hari lain?

Ustaz Ammi Nur Baits pun memberikan jawabannya.

Mengutip Sripoku.com, Selasa (28/3/2023), sang ustaz mengutip keterangan dari Syaikh Khalid bin Saud Al-Bulaihid berikut.

إذا تيقنت المرأة نزول دم الحيض قبل الغروب ولو بزمن يسير فسد صومها ووجب عليها قضاء ذلك اليوم لأن الحيض مانع من صحة الصوم بالإتفاق.

Apabila seorang wanita yakin bahwa darah haid itu keluar sebelum maghrib, meskipun hanya sesaat, maka puasanya batal dan wajib dia qadha puasa yang batal pada hari itu.

Karena keluarnya haid termasuk pembatal puasa dengan sepakat ulama.

Baca juga: Tidur Seharian Tidak Membatalkan Puasa Ramadhan, tapi Bisa Termasuk Orang-orang yang Merugi

Dia melanjutkan dengan dalil.

أما إذا شكت هل نزل قبل الغروب أم بعده فالصوم صحيح ولا يؤثر ذلك الشك لأنه وقع بعد الفراغ من العبادة فلا حكم له والأصل بقاء الصوم

Kemudian, ketika terjadi keraguan, apakah darah haid ini keluar sebelum atau sesudah maghrib, puasa tetap sah dan keraguan ini tidak mempengaruhi keabsahan puasanya.

Karena keraguan ini terjadi setelah selesai ibadah, sehingga tidak dihukumi apapun.

Sementara hukum asal adalah puasanya sah.

Alasan kedua,

وأنها أدت العبادة على وجه صحيح فلا تبطل بالشك لأن اليقين لا يزول إلا بيقين مثله كما دلت السنة على هذا الأصل فلا نبطل العبادة لمجرد احتمال.

Wanita ini telah melaksanakan ibadah puasa sesuai aturan yang berlaku.

Sehingga ibadah puasanya tidak bisa dinilai batal disebabkan munculnya keraguan.

Kaidahnya: Sesuatu yang yakin, tidak bisa dihilangkan, kecuali dengan kondisi meyakinkan lainnya.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang menjelaskan kaidah ini.

Karena itu, kita tidak boleh menghukumi satu ibadah statusnya batal, hanya karena adanya kemungkinan.

Alasan ketiga,

ولأن الأصل براءة ذمة المرأة فلا تكلف بالقضاء إلا بدليل شرعي ولا دليل هنا. ولا يشرع تكرار العبادة على سبيل الاحتياط فإما أن تصحح الأولى ويكتفى بها وإما أن تبطل لسبب ظاهر ويؤمر بالقضاء.

Hukum asalnya adalah tidak ada beban bagi wanita untuk qadha, kecuali jika ada dalil yang syar'i, sementara tidak dijumpai dalil dalam hal ini. dan tidak disyariatkan untuk mengulang ibadah karena tujuan hati-hati.

Sehingga hanya ada 2 pilihan: puasa pertama dinilai sah, dan tidak perlu diulang. Atau puasa pertama statusnya batal karena sebab yang zahir dan dia wajib qadha.

(*)

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved