Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen

Mengenang Mbah Karno KD : Sang Pencipta Karawitan Sragenan, Awal Karier Pernah Tidak Dibayar

Mbah Karno KD menghembuskan napas terakhir pada Senin (29/5/2023) pukul 21.16 WIB.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Adi Surya Samodra
Tribunsolo.com/Septiana Ayu Lestari
Karno KD, dalang tertua di Kabupaten Sragen saat ditemui Kamis (10/3/2022). 

"Awalnya cuma di tempat saudara, akhirnya lama kelamaan, banyak yang nanggap wayang, sampai keluar Jawa, Kalimantan, Sumatera, hingga masuk radio Surakarta, radio lokalan Sragen," tambahnya. 

Tak hanya di dunia pendalangan, Mbah Karno KD juga menciptakan karya seni yang pada tahun 1980an viral dimana-mana. 

Apalagi kalau bukan karawitan atau gending Sragenan. 

Awalnya pada tahun 1976, ia mendirikan kelompok karawitan dengan nama Sekar Piro. 

Pada waktu itu, kesenian karawitan tidak begitu digemari oleh anak muda, karena lebih senang mendengarkan orkes melayu atau orkes dangdut. 

Kemudian, pada tahun 1980an ia membuat lagu atau gending yang sesuai dengan selera anak muda kala itu. 

"Dulu di Sragen tidak ada pencipta lagu selain saya, saya bikin lagu, awalnya berjudul Rewel dan Jamu Jowo, saya rekam di studio Pustaka di Semarang," katanya. 

Penamaan karawitan Sragen yang sangat terkenal saat ini juga tidak sengaja. 

Awalnya ia menamai kaset hasil rekamannya dengan nama Gending Badutan Gaya Sragen

Karyanya itu kemudian meledak di pasaran sehingga banyak orang yang menyebut dengan gaya Sragenan. 

"Lagunya juga sampai keluar Jawa, sampai keluar negeri, sampai ke Suriname saya diminta mengirim kaset, selain itu juga diminta kirim Pak Anom ke Perancis, sampai kewalahan melayani permintaan Gending Rewel itu," terangnya. 

Meski meledak dimana-mana, ternyata ada beberapa pihak yang tidak suka dengan Karawitan Sragenan ini. 

Karena karawitan yang identik dengan nada-nada halus dengan nuansa penuh khitmad, diubah oleh Mbah Karno KD dengan nuansa ceria, sehingga orang yang mendengarkan ikut bergoyang sesuai alunan musik yang ditabuh. 

"Kalau yang membedakan ya jenis paduannya, pakai gagrak Sragenan, orang yang tidak tahu karawitan pun, kalau mendengar Gending Sragenan ikut bergerak, meski hanya batinnya yang ikut bergerak, Gending ini juga bisa dinikmati," tuturnya. 

Kini, sudah puluhan tahun berlalu, karawitan Sragenan masih digemari semua kalangan hingga kini. 

Bahkan, ada pepatah mengatakan hajatan kurang lengkap jika tidak menggelar karawitan Sragenan. 

Berkat dedikasinya, Karno KD diganjar Maestro Seni Tradisional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tahun 2018.

(*) 

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved