Potret Perayaan Waisak di Solo, Umat Budha Sebut Kota Toleran Tak Sekedar Teori

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Perayaan waisak di Kota Solo berlangsung dengan lancar dan damai. 

Hal ini mendapat apresiasi dari Umat Budha di Kota Bengawan.

Ketua Panitia Perayaan Waisak Kota Solo, Metasiri Sutrisno menjelaskan, perayaan waisak di Kota Solo menjadi salah satu bukti menyandang kota paling toleran tak sekadar teori.

"Kota Solo masuk kota nomor 4 kota toleran. Menyandang itu bukan sekadar teori. Tapi juga implementasi kenyataannya kita lakukan. Kemarin ada imlek, nyepi, ramadhan, hari ini ada perayaan waisak," jelasnya.

Salah satu rangkaian perayaan Tri Suci Waisak 2566 Buddhist Era dilakukan dengan tradisi Pindapata di Balai Kota Solo, Sabtu (10/6/2023).

Pada kesempatan ini para sramana berjalan dari Balai Kota Solo ke Pasar Gede, Persimpangan Gladak, lalu kembali ke Balai Kota Solo.

Mereka memberi kesempatan warga untuk memberikan sedekah.

Baca juga: Libur Panjang Waisak, Kepadatan Kendaraan Jalur Wisata di Karangpandan, Karanganyar Mulai Meningkat

"Acara ini salah satu rangkaian pelaksanaan Waisak di Kota Solo. Bhikkhu, bante, samanera, atau silani memberikan kesempatan kepada umat untuk berdana dalam bentuk makanan, minum, dan obat-obatan," tuturnya.

Ia menjelaskan sebanyak 53 sramana mengikuti tradisi ini.

Mereka terdiri dari 12 bhikkhu, 16 samanera, 9 samaneri, dan 19 atthasilani.

Ia berharap acara ini dapat mengenalkan tradisi umat Buddha sehingga lebih banyak orang yang mengenal agama ini.

"Mengenalkan kepada masyarakat suatu tradisi buddhist. Kalau di negara biddhist itu tiap hari. Para sramana hidup dengan menerima. Mereka tidak boleh memegang uang," jelasnya. (*)