Berita Solo

Dibalik Rencana Gibran Bangun SMA 10, SMA di Jateng Cuma Bisa Tampung 42 Persen Lulusan SMP Negeri

Di Kota Solo sendiri kini hanya bisa menampung sebanyak 75 persen dari total 11.110 lulusan SMP.

TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
Ilustrasi SMA Negeri 4 Surakarta 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifuin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka hendak membangun SMA Negeri 10 di Laweyan tahun depan.

Ternyata alasan dibaliknya pembangunan SMA tersebut tak lepas dari masalah menahun di dunia pendidikan.

Salah satunya terkait sedikitnya SMA di Jawa Tengah yang bisa menampung lulusan SMP Negeri di Kota Solo.

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Jawa Tengah Agus Triyanto menjelaskan saat ini SMA dan SMK negeri di Jawa Tengah baru bisa menampung 42 persen dari total lulusan SMP.

Selebihnya mereka harus mendaftar di sekolah swasta.

Baca juga: Disebut Anak Ingusan, Gibran Sodorkan Survei MAP Unisri Solo : Kepuasan Publik 96 Persen

"Kalau kekurangan di Jateng, Negeri hanya bisa menampung 42 persen. Berarti 58 persen swasta," jelasnya saat dihubungi Senin (3/6/2023).

Sedangkan di Kota Solo sendiri kini menampung sebanyak 75 persen dari total 11.110 lulusan SMP.

Meskipun demikian, pemerintah menurutnya terbuka dengan penerimaan siswa di luar zonasi, termasuk di Kota Solo.

"Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah menampung aspirasi masyarakat di luar zonasi seperti SMA N 9 Surakarta bisa menampung sekitar situ," terangnya.

Pihaknya pun saat ini sedang mengusulkan SMA Negeri 10 Surakarta yang akan dibangun di sekitar Laweyan.

Rencana Gibran

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengusulkan untuk menambah SMA di Kota Solo.

Setelah sebelumnya berhasil mendirikan SMA 9 dengan 5 rombongan belajar, pihaknya tahun depan akan menambah lagi dengan membangun SMA 10 yang akan didirikan di sekitar Laweyan.

"Tahun depan saya sudah komitmen. Pak Gubernur juga pasti akan mendukung SMA di area Laweyan. Tahun depan," jelasnya saat ditemui di kantornya Senin (3/6/2023).

Permasalahan kekurangan sekolah yang berujung pada banyak siswa berebut untuk mendapatkan kursi sudah jadi permasalahan yang ditemui tiap tahun.

"Ya ini kan tiap tahun permasalahannya sama terus. Sebelum saya menjabat juga permasalahan sama terus. Makanya di tahun ini ada penambahan SMA, tahun depan penambahan SMA," tuturnya.

Menurutnya masih banyak yang masyarakat yang membutuhkan sekolah negeri.

"Masih kurang banyak," jelasnya.

Untuk mempercepat pembangunan, pihaknya akan memanfaatkan aset yang ada.

"Insyaallah. Dengan menggunakan aset yang sudah ada. Tidak perlu membangun dari awal lagi," terangnya.

Baca juga: Gibran Klaim Ganjar Dukung Piala Dunia U-17 Digelar di Solo, Gegara Israel Tak Jadi Peserta?

Selain menambah sekolah, pihaknya juga akan mengusulkan penambahan rombongan belajar (rombel).

"Nanti Pasar Kliwon saya sudah komitmen provinsi sudah komitmen menambah rombel. Itu tugasnya provinsi. Kemarin dari provinsi sudah komitmen," jelasnya.

Saat ini SMA N 9 Surakarta yang baru berdiri menggunakan bangunan milik SD N Mojo yang kurang ideal untuk siswa setingkat SMA.

"Ruang kelas. Kemarin bekas SD. Kemarin sudah ditindaklanjuti," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Jawa Tengah Agus Triyanto menjelaskan saat ini SMA dan SMK negeri di Jawa Tengah baru bisa menampung 42 persen dari total lulusan SMP.

Selebihnya mereka harus mendaftar di SMA swasta.

"Kalau kekurangan di Jateng Negeri hanya bisa menampung 42 persen. Berarti 58 persen swasta," jelasnya.

Ia pun berharap berdirinya SMA Negeri 10 ini bisa meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya sekolah negeri.

"Mudah-mudahan nanti ada lagi. Ini masih ada PR dari Kota Surakarta khususnya Pak Wali ini akan ada SMA Negeri 10 yang mungkin akan ditempatkan di Laweyan yang jauh dari jangkauan. Itu akan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah negeri," ungkapnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved