Kuliner Solo
Kuliner Boyolali: Hidden Gem, Warung Mamah Tatik Sanggrahan, Berawal dari Garasi Rumah
Di Boyolali ada warung langganan pejabat, tapi letaknya tak banyak orang yang tau sebab di tengah perkampungan. Adalah Warung Mamah Tatik (WMT).
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Lokasinya memang ada di tengah-tengah perkampungan.
Di samping kanan kirinya rumah warga, sedangkan di depannya masjid dan kuburan.
Namun, warung makan ini tak pernah sepi pembeli.
Namanya, Warung Mamah Tatik (WMT).
Salah satu kuliner Hidden Gem, yang ada di Dukuh Sanggrahan, Desa Trayu, Kecamatan Banyudono.
Meski ada di tengah-tengah pemukiman warga, namun warung ini jadi jujugan masyarakat dalam menanggulangi perut keroncong.
Tak hanya masyarakat biasa, karyawan swasta hingga para pejabat pun kerap singgah untuk menikmati sajian spesial di warung ini.
Sedikitnya ada 12 macam menu yang disajikan.
Antara lain Selat, Bakmi Toprak, aneka Sop mulai dari Sop ayam, matahari, Galantin dan Sop Pecok.
Ada juga menu sejuta umat seperti Soto ayam, Garang Asem, Gado-gado, Asem-asem Kikil, Nasi Pecel Telur atau Kikil.
Kuliner khas Surabaya, yakni Rawon pun tersedia di warung makan yang menempati rumah itu.
Iya, warung ini memang menggunakan rumah.
Mulai dari teras, ruang tamu, garasi hingga gandok difungsikan untuk menjamu para pelanggan.
Baca juga: Kuliner Sukoharjo : Roti Widoro, Makanan Ringan Khas Sukoharjo, Eksis Sejak 1922
"Iya awalnya kita itu hanya menggunakan garasi saja. Jadi semua di garasi. Mulai dari masak, hingga meja untuk makan semua di garasi," kata Sartono, pemilik usaha.
Dia menceritakan jika warung ini baru dibuka pada akhir 2017 lalu.
Saat itu, pelatih badminton itu menemani sekaligus merawat orang tuanya yang sudah sepuh.
Pengabdiannya pun berubah manis.
Dia dan sang Istri, Tatik Wuryaningsih kemudian juga membuka usaha kuliner di rumah.
Dengan memanfaatkan garasi rumahnya pun, keduanya mulai merintis usaha kuliner itu.
"Awalnya cuma dibantu 2 orang. Dan hanya ada 4 macam menu. Soto, Kare, Rawon dan Bakmi Toprak," ujarnya.
Tak mudah bagi keduanya untuk merintis usaha.
Belum punya perabotan, memaksanya harus pinjam tetangga.
Namu, rezeki sudah ada yang atur.
Meski di tengah-tengah pemukiman warga namun usaha kulinernya cukup diminati masyarakat.
Namanya usaha kuliner, jika respon pelanggan positif akan dengan menyebar dari mulut ke mulut.
"Memang kami suka jajan (kuliner). Jadi tau selera pelanggan itu. Intinya kalau masakannya enak, pelayanannya bagus, tempatnya nyaman, dan harganya terjangkau pasti pelanggan suka," kata dia.
"Jadi ada pelanggan datang, besok ngajak orang lain. Besoknya lagi orang lain yang diajak itu mengajak orang lain lagi," jelasnya.
Buka setiap hari, kecuali hari Senin dari pukul 06.00 -15.00 WIB, ratusan porsi ludes terjual.
Jumlah pengunjung akan meningkat saat weekend atau hari libur.
"Kalau Sabtu Minggu, karyawan yang bantu 15 karyawan," tambahnya.
Soal harga tak perlu khawatir, menu yang ditawarkan dibandrol mulai dari Rp 15-22 ribu. (*)
5 Rekomendasi Tempat Makan Siang di Dekat Edutorium UMS Solo, Ada Prasmanan hingga Bebek Goreng |
![]() |
---|
Sejarah Songgo Buwono, Kudapan yang Kerap Disajikan Acara Pernikahan di Solo dan Sekitarnya |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Bakso dan Mie Ayam Enak di Wonogiri, Bisa Jadi Pilihan untuk Buka Puasa |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Nasi Goreng Enak dan Legendaris di Solo Raya, Bisa Jadi Pilihan untuk Buka Puasa |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Tempat Makan Tongseng Enak di Solo Jateng, Jokowi Biasanya Beli di Warung Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.