Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Wonogiri

Antraks Mengganas di Gunungkidul, Wonogiri Waspada, Belum Tutup Pasar Hewan 

Kasus antraks ditemukan merebak di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Yogjakarta beberapa waktu belakangan ini. Itu membuat Pemkab Wonogiri waspada.

Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Dok Dislapernak Wonogiri
Pemeriksaan ternak yang ada di Pasar Hewan di wilayah Wonogiri. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti 

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Kasus antraks ditemukan merebak di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Yogjakarta beberapa waktu belakangan ini.

Ada puluhan warga disana yang terpapar. 

Itu membuat Pemerintah Kabupaten Wonogiri waspada.

Terlebih Wonogiri menjadi wilayah yang berbatasan dengan Gunungkidul.

Kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri, Sutardi mengatakan hingga saat ini tidak ada temuan ternak maupun warga yang terpapar antraks. 

"Alhamdulillah Wonogiri belum ada. Mudah-mudahan tidak ada kasus itu," ujarnya. 

Baca juga: Warga Sambat Pelayanan Loket Disdukcapil di MPP Antre Sampai 5 Jam, Ini Penjelasan Dinas Wonogiri

Meskipun begitu Dislapernak melakukan sejumlah langkah untuk mengawasi ternak agar tidak terpapar antraks.

Salah satunya dengan komunikasi, informasi dan edukasi ke masyarakat. 

Hal itu sudah dilakukan sejak adanya warga Kecamatan Eromoko yang terpapar antraks kulit pada Januari lalu.

Warga tersebut asli Eromoko namun tinggal di Karangmojo, Gunungkidul. 

"Intinya kita edukasi itu. Petugas juga tidak mungkin melakukan pengawasan mobilitas ternak selama 24 jam," jelasnya. 

Baca juga: Keluhan Warga Wonogiri : ke MPP, Urus Layanan Administrasi Penduduk, Harus Antre 5 Jam

Edukasi terkait antraks juga bakal dilakukan oleh puskesmas yang berada di Kecamatan, utamanya di wilayah perbatasan. 

Sutardi memastikan tak ada penutupan pasar hewan meskipun kasus antraks mengganas di Gunungkidul.

Namun, edukasi terus digencarkan agar masyarakat waspada dengan antraks. 

Menurutnya sulit untuk mengetahui ciri-ciri ternak yang terpapar antraks. Namun yang harus diwaspadai adalah ketika sapi mati mendadak maupun mengeluarkan darah dari berbagai lubang di tubuh. 

"Yang jelas, saat ada sapi mati mendadak, harus segera dikubur. Tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat," kata dia. 

Kasus di Gunung Kidul

Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mengklarifikasi informasi soal jumlah warga yang meninggal dunia karena antraks .

Sebelumnya, dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan ada 3 warga meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Gunungkidul , Sidig Hery Sukoco menegaskan hanya 1 warga yang meninggal dunia karena antraks .

"Satu ini dipastikan positif karena sudah ada pemeriksaan antraks dari laboratorium di RSUP dr. Sardjito," jelas Hery, Rabu (05/07/2023) dikutip dari TribunJogja.

Sedangkan 2 warga lainnya diinfokan ikut mengonsumsi daging sapi yang terindikasi antraks .

Baca juga: Imbauan BPBD Wonogiri, Warga Diminta Waspada Gempa Bumi : Utamakan Menyelamatkan Diri Dulu

Namun pemeriksaan antraks dari laboratorium belum dilakukan ke keduanya.

Menurut Hery, satu yang meninggal karena antraks ini berasal dari Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu.

Ia dirawat di RSUP dr. Sardjito pada 1 Juni dan meninggal dunia 3 hari setelahnya.

"Saat dirawat yang bersangkutan sudah berstatus Suspek antraks ," ungkapnya. 
Setelah ada yang meninggal, Dinkes Gunungkidul menerjunkan tim untuk penelusuran ke seluruh warga di Jati.

Hasilnya sebanyak 87 warga Jati berstatus seropositif antraks .

Baca juga: Teriakan Gibran Wakil Presiden Menggema Saat Konsolidasi Relawan Gibran di Gedung Wanita Solo

Seropositif ini artinya warga tersebut pernah terpapar antraks , tapi gejala klinisnya tak terlihat.

Mereka ini berpeluang untuk sembuh karena di dalam tubuhnya sudah terbentuk antibodi.

"87 warga ini tidak bergejala, sudah kami berikan pengobatan juga," jelas Hery.

Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Yogyakarta, Hendra Wibawa mengatakan 87 warga tersebut kemungkinan besar ikut mengonsumsi daging sapi yang terindikasi antraks .

Sebab antraks bisa menular ke manusia dari konsumsi daging, menghirup spora antraks di tanah, serta adanya kontak antara luka di tubuh manusia dan cairan dari daging tersebut.

"Tapi Antraks ini penularannya hanya dari hewan ke manusia, tidak antar manusia, jadi masyarakat diharapkan tidak terlalu khawatir," kata Hendra.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved