Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen

Pasar Tambak, Tradisi Bulan Suro di Sragen : Setahun Sekali, Jual Perabotan Bambu dan Kayu

Kabupaten Sragen memiliki tradisi Bulan Suro, selain Larab Slambu Makam Pangeran Samudro. Tradisi tersebut, bernama Pasar Tambak.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Septiana Ayu
Susana Pasar Tambak, di Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen yang ada setiap satu tahun sekali setiap Bulan Suro, Kamis (10/8/2023). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Kabupaten Sragen memiliki tradisi Bulan Suro, selain Larab Slambu Makam Pangeran Samudro. 

Tradisi tersebut, bernama Pasar Tambak.

Tradisi Pasar Tambah diselenggarakan di Dukuh Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen.

Itu diselenggarakan setiap setahun sekali tiap Jumat Wage.

Pasar Tambak menjual beragam perabotan dapur dan rumah tangga.

Baca juga: Fosil Alat Tulang Usia Ratusan Ribu Tahun Ditemukan di Sragen, Dulu Fungsinya untuk Menyayat Daging

Para pedagangnya adalah warga asli Dukuh Tambak yang diturunkan dari generasi ke generasi

Meski lokasinya berada di tepi Sungai Bengawan Solo, banyak pedagang dan penjual yang datang ke Pasar Tambak.

Salah satu pedagang, Karti mengatakan memang Pasar Tambak ini hanya digelar setiap setahun sekali.

Biasanya hanya digelar hanya satu hari.

Namun pada tahun ini, Pasar Tambak digelar hingga satu minggu sebagai rangkaian dari acara kebudayaan.

"Biasanya hanya sehari, ini sudah seminggu, hanya setahun sekali adanya, setiap Bulan Suro," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (10/8/2023).

Baca juga: Kata Ahli Soal Temuan Fosil Alat Tulang di Sragen, Bukti Kemajuan Peradaban 800 Ribu Tahun Lalu

Karti menjual caping, kendi, takaran beras, tumbu, tampah, tempat nasi, dan perabotan lainnya.

Itu pun kebanyakan terbuat dari bambu dan kayu.

Perabotan tersebut ia beli dari Pasar Kota Sragen.

Pedagang lainnya, Minem (80) mengaku sudah berjualan lebih dari 30 tahun.

Ia meneruskan usaha ibunya, yang juga berjualan perabotan rumah tangga di Pasar Tambak.

"Ini usaha turun temurun, saya asli Tambak, jalannya masih becek, masih sering kebanjiran," jelasnya.

Baca juga: Ujian Pengisian Perangkat Desa oleh LPPM yang Diduga Palsu Meyakinkan, Bupati Sragen Mengaku Tertipu

Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, sebelum digelar setahun sekali, Pasar Tambak hanya dibuka setiap sewindu sekali, atau delapan tahun sekali.

Karena dijadikan sebagai potensi wisata desa setempat, maka Pasar Tambak dibuka setiap setahun sekali.

Bahkan, pada tahun ini, digelar ajang kebudayaan di Pasar Tambak yang dilaksanakan selama satu minggu penuh untuk menarik minat wisatawan.

Sudah menjadi tradisi bagi warga Sragen, tidak afdal rasanya jika menggelar hajatan tanpa menggunakan perabot dari Pasar Tambak.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved