Pemilu 2024
Tangkal Hoaks Jelang Pemilu 2024 : Literasi Digital Menjadi Poin Penting
Intensitas penyebaran hoax bisa saja makin tinggi menjelang Pemilu 2024. Mafindo mengadakan Tular Nalar sebagai program pelatihan literasi digital
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Adi Surya Samodra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Intensitas penyebaran hoax bisa saja makin tinggi menjelang Pemilu 2024.
Maka dari itu, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) mengadakan Tular Nalar sebagai program pelatihan literasi digital agar masyarakat lebih mampu mengenali hoax pada Rabu (23/8/2023) di Loji Gandrung.
Program Manager Tular Nalar Mafindo, Santi Indra Astuti menjelaskan selama ini metode debunking dengan mengklarifikasi hoaks dinilai kurang efektif.
Ibarat api sudah menyebar, dipadamkan pun tetap kerusakan tak terhindarkan.
"Barangnya udah ada udah tersebar. Kecepatan menyebar hoax jauh lebih luar biasa dari pada kecepatan klarifikasi," kata dia.
"Itu debunking apinya kita padamkan tapi terlanjur merusak juga. Kita selalu kalah langkah," tambahnya.
Baca juga: Grace Natalie Tegur Kader PSI yang Pakaikan Jaket PSI ke Gibran
Maka dari itu, pihaknya mengembangkan metode pre-bunking dengan mengajak masyarakat lebih peka untuk mengenali hoax.
Salah satunya dengan cara mengedukasi informasi yang valid sehingga hal-hal di luar itu bisa diabaikan.
"Pendekatan baru mencoba mengantisipasi sebelum hoaks muncul. Hoax-nya itu-itu aja. Berkaitan dengan kampanye, surat registrasi, penghitungan surat suara. Kita menggunakan pre-bunking," ucap dia.
"Preemptif debunking. Kita antisiapsi dulu hoaksnya. Sebelum muncul kita tumbuhkan sensitifitas menangkal hoax," tambahnya.
Ketua Bawaslu Kota Solo, Budi Wahyono menjelaskan program ini memberi warna bagi penyelenggaraan pemilu mendatang.
Baca juga: Publikasi DCS Pemilu 2024 KPU Sukoharjo : 446 Orang Penuhi Syarat, 1 Parpol Nir Bacaleg
Menurutnya, kolaborasi ini perlu terus digiatkan.
"Hajatan memilih 2024 menjadi kolaborasi bareng semua penyelenggara entah itu Bawaslu, KPU, DKPP, dan stakeholder terkait," ucap dia.
"Tular Nalar menjadi edukasi politik yang memberikan warna tersendiri," tambahnya.
Bonus demografi membuat pemilih muda mendominasi populasi pemilih. Inilah yang membuat literasi digital penting untuk digalakkan.
"Bonus demografi hampir 60 persen diambil alih oleh rekan muda baik pemilih pemula dan yang sudah pernah memilih," terang dia.
"Literasi digital menjadi poin penting," tambahnya.
Baca juga: Gaduh Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo, Megawati Ibaratkan Suasana Jelang Pemilu Bak Orang Berdansa
Ia pun setuju bahwa untuk menangkal hoax tidak perlu mengklarifikasi satu demi satu.
Yang diperlukan adalah mengedukasi masyarakat untuk mampu mengenali hoaks yang beredar dan memilah mana informasi yang dapat dipercaya.
"Hoaks itu tidak perlu kita tunggu. Bagaimana kita edukasi politik biar mereka tidak menjadi penonton tali juga mengisi pemilu dengan narasi yang positif," ucap dia.
"Hoaks bisa diabaikan jika konten sudah diisi dengan konten yang positif. Tahu fakta tahu yang sesungguhnya terjadi," tambahnya.
(*)
Gibran Menyambut Bergabungnya PKS di Koalisi Pemerintah, Soal PDIP Tunggu Keputusan Prabowo |
![]() |
---|
Gagal Dilantik, Caleg dari PDIP Datangi Kantor KPU Lagi dan Minta Tunda Pelantikan DPRD Karanganyar |
![]() |
---|
Anggota DPRD Boyolali Periode 2024-2029 Dilantik, Susetya Kusuma Jadi Ketua Sementara |
![]() |
---|
Jalan Tarso dan Teguh di Pilkada Wonogiri Jateng Makin Terbuka, Golkar Beri Rekomendasi |
![]() |
---|
Blak-blakan Teguh Prakosa Bicara Soal Koalisi di Solo Jateng: Sebut Masih Cair, Bisa Berubah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.