Klaten Bersinar
Mengenal Kegiatan P5 di Sekolah Adiwiyata SMPN 1 Jogonalan Klaten, Sulap Sampah Jadi Pupuk Organik
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Ratusan siswa SMPN 1 Jogonalan sulap sampah dari daun kering jadi pupuk organik lewat kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, Rabu (20/9/2023).
Tak sekadar merubah sampah menjadi olahan bermanfaat, namum siswa dituntut untuk kreatif dalam membuat pupuk yang sesuai dengan keinginan mereka.
Dari pengamatan langsung TribunSolo.com dilokasi, suasana menyenangkan tergambar dari semangat para siswa saat berkutat dengan sampah.
Nampak siswa saling membantu menyelesaikan tugas tersebut dengan pendampingan guru yang berada di sekitar mereka.
Baca juga: Bupati Sri Mulyani Serahkan Bantuan RTLH untuk 686 Warga Klaten, Total Bantuan Capai Rp8,2 Miliar
Kegiatan tersebut diawali dengan mengumpulkan sampah berupa daun kering yang ada di sekitar sekolah dan rumah.
Selanjutnya, masuk siswa melakukan proses pencacahan yang bertujuan agar sampah organik tersebut menjadi lebih lembut.
Tak ada peralatan canggih yang mereka gunakan, hanya berbekal gunting, mereka mencacah sampah itu menjadi ukuran yang lebih kecil.
Setelah dicacah, langkah selanjutnya adalah pendiaman.
Pendiaman itu berfungsi agar sampah organik tersebut terjadi pembusukan, dan untuk mempercepat proses pembusukan siswa menggunakan larutan gula atau tetes tebu dan cairan EM4.
Setelah itu, tutup rapat bahan-bahan yang sudah dicampur di wadah yang tertutup rapat dan kedap udara, karena udara bisa membuat proses pembusukan tidak berjalan dengan sempurna.
Baca juga: Bupati Sri Mulyani Serahkan Bantuan RTLH untuk 686 Warga Klaten, Total Bantuan Capai Rp8,2 Miliar
Disini sisi kreatif siswa diasah, pasalnya siswa diberi kebebasan memilih wadah yang dijadikan tempat menyimpan bahan pupuk organik itu.
Nampak ada yang menggunakan galon bekas, ember cat bekas maupun kaleng cat bekas.
Terakhir, tunggu sampai 2 hingga 4 pekan, dan selama waktu tunggu tersebut, siswa harus mengaduk pupuk di dalam ember selama 3 hari sekali.
Usai menunggu beberapa pekan, campuran dari bahan-bahan tersebut akan menghasilkan dua jenis pupuk kompos yaitu padat dan cair.
Rio Juliansyah, siswa yang kini duduk di bangku kelas 9, SMPN 1 Jogonalan, Klaten menjadi salah satu siswa yang aktif melakoni kegiatan tersebut.
"Ini saya suka, karena menambah pengetahuan saya dan siswa lainnya dalam pembuatan pupuk kompos."
Menurutnya metode belajar dengan praktik langsung jauh lebih menyenangkan dari pada hanya sekadar belajar di dalam ruang kelas.
Baca juga: Kios Pasar Gedhe Klaten Masih Banyak yang Belum Buka, Sekda Jajang Siapkan Langkah Ini
"Nanti kalau sudah jadi, pupuk kompos ini untuk mendukung kegiatan sekolah Adiwiyata," jelasnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Jogonalan Endah Sulistyowati menjelaskan, kegiatan pengelolaan sampah ini menjadi bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang merupakan implementasi dari Kurikulum Merdeka.
“Tema besar dalam kegiatan ini (merupakan) adalah penguatan tentang P5 terkait tema gaya hidup berkelanjutan dalam bijak mengelola sampah."
"Ini kita pilih karena SMPN 1 Jogonalan merupakan sekolah Adiwiyata,” katanya.
Ia mengungkapkan jika selama ini pihaknya telah melakukan pembiasaan di sekolah, seperti pemilahan sampah di kelas, serta pengelolaan sampah organik maupun non-organik.
Secara khusus, kegiatan pengelolaan sampah juga dilakukan siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler Adiwiyata.
Sementara itu, dalam kegiatan P5 saat pengelolaan sampah, para siswa membentuk kelompok-kelompok untuk memproduksi pupuk organik.
Baca juga: Jawaban DKPP Klaten soal Harapan Petani Rowo Jombor, Surati BBWSBS, Minta Debit Air Ditambah
Siswa dibebaskan untuk memanfaatkan wadah yang akan digunakan sebagai tempat memproduksi pupuk organik.
"Awalnya kita memberikan tujuan proyeknya, kemudian siswa secara berkelompok diberi kebebasan untuk membuat rancangan terkait proyek yang akan mereka kerjakan, bisa dengan melihat YouTube dan lain sebagainya," paparnya.
"Kemudian dari rancangan yang mereka presentasikan dengan pendamping dihadapan kelompok lain juga, selanjutnya hari ini di ujicoba," tambahnya.
Soal bahan baku, siswa juga dibebaskan menggunakan daun kering yang ada di lingkungan rumah masing-masing maupun daun kering di sekolah.
“Untuk target akhirnya, anak-anak bisa mengelola sampah di lingkungan rumah masing-masing. Mereka mendesain sendiri cara mengelola sampah menjadi pupuk organik."
"Dari situ para siswa mendesain ide, menggali nalar kritis, gotong-royong, dan lain-lain. Nantinya, yang dinilai adalah komposnya jadi atau tidak. Kalau tidak jadi, nanti dievaluasi bersama-sama,” paparnya.
Selain bertujuan mengolah sampah menjadi pupuk, namun kegiatan tersebut juga memberikan keuntungan dari sisi ekonomis.
Diantaranya adalah hasil dari pupuk tersebut dapat langsung dimanfaatkan untuk menjaga lahan asuh yang dimiliki setiap kelas tanpa harus membeli.
Diharapkan melalui kegiatan P5 ini, pengelolaan sampah bisa dilakukan secara mandiri oleh seluruh warga sekolah dengan terus menerapkan zero waste atau bebas sampah.
(*)
