Berita Sragen
Pemkab Sragen Bakal Naikkan Retribusi Pasar hingga 80 Persen, Pedagang Mengeluh Sedang Sulit
Pedagang di Sragen mengeluhkan soal kenaikan retribusi. Mereka saat ini mengeluh sepi, namun tarif naik tinggi.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Pedagang di Pasar Kota Sragen kini mengeluh pasar semakin sepi, karena aktivitas jual beli belum pulih pasca pandemi covid-19.
Di tengah-tengah kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Sragen malah menaikkan tarif retribusi pasar hingga menyentuh angka 80 persen.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen, Cosmas Edwi Yunanto mengatakan besaran kenaikan tarif retribusi tergantung pada tipe pasar yang ada di Kabupaten Sragen.
"Ada beberapa tarif kios di pasar tipe A, di pasar tipe B, saya contohkan pasar tipe A itu di Pasar Bunder dan Pasar Kota, itu untuk kios dari Rp 170.000 menjadi Rp 300.000, jadi ada kenaikan kira-kira sebesar 80 persen," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (4/1/2024).
Aturan retribusi terbaru tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Sragen nomor 9 tahun 2023 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mulai berlaku pada 1 Januari 2024.
Soal penerapan aturan tarif terbaru tersebut, pihaknya masih menunggu peraturan bupati yang kini masih dalam proses pembentukan.
"Saat ini masih menunggu Perbup, masih proses, kalau di Perda untuk penerapannya bisa menggunakan Perbup yang lama, sepanjang tidak bertentangan dengan aturan diatasnya," jelas dia.
Baca juga: Di Balik Pencurian Rumah Pedagang Pasar Bunder Sragen : Sudah Direncakan Sejak di Dalam Lapas Sragen
"Kalau di perda penerapannya mulai tanggal 1 Januari, nanti menunggu jawaban Pak Sekda dulu, nanti kita sampaikan," tambahnya.
Kenaikan tarif retribusi tersebut, tentu saja memberatkan para pedagang.
Perwakilan pedagang Pasar Kota Sragen, Suwarlan mengatakan kondisi pasar semakin sepi pasca pandemi covid-19.
Selain itu, para pedagang juga kalah saing dengan penjualan yang dilakukan secara online.
"Pasar saat ini masih sepi, kondisi pasar sepi, sejak pandemi belum normal, lihat saja kalau setelah jam 12.00 WIB, pasar sudah tidak ada orang, barang hanya laku 1 2 saja," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (4/1/2024).
"Kita kalah dengan e-commerce itu, pasar sudah semakin sepi," sambungnya.
Bahkan, menurutnya kini banyak pemilik kios memilih menutup kiosnya karena tidak ada yang membeli.
"Jumlahnya banyak yang sudah menutup kios, berapanya kurang tahu, jumlah pedagang disini ada 1.400-an orang," ujarnya.
Para pedagang berharap agar keputusan yang akan diambil Pemkab Sragen usai melakukan audiensi bisa berpihak kepada mereka.
Diketahui, pedagang di Pasar Bunder Sragen kebanyakan merupakan pedagang baju, perabot rumah tangga, hingga kuliner. (*)
Modus Wanita Lulusan SMA Asal Sragen Jadi Dokter Gadungan di Bantul: Tipu Korban hingga Rp 538 Juta |
![]() |
---|
Seorang Warga Sragen Nekat Jadi Dokter Gadungan di Bantul: Pasien Divonis HIV, Raup Setengah Miliar |
![]() |
---|
Kecelakaan Maut Motor vs Truk Terjadi di Ngarum Sragen, Satu Orang Meninggal Dunia |
![]() |
---|
Dapur Rumah Warga Sragen Terbakar, Api Tak Merembet Berkat Teriakan Minta Tolong Tetangga |
![]() |
---|
Ditinggal Pergi Belanja, Dapur Rumah Warga Desa Mojorejo Sragen Ludes Terbakar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.