Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pemilu 2024

Hubungan Jokowi dan Megawati Memanas, Pengamat Sebut Sakitnya Lebih Parah Ketimbang dengan SBY

Hasto menyebut bahwa anak ranting PDIP mendesak agar Presiden Jokowi menemui mereka terlebih dahulu sebelum bisa bertemu Megawati.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Foto Kolase Tribunnews.com
Kolase foto Megawati, Jokowi, dan SBY. 

TRIBUNSOLO.COM - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut jika Presiden Joko Widodo tak semudah mrmbalikkan tangan untuk menemui Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Hasto menyebut bahwa anak ranting PDIP mendesak agar Presiden Jokowi menemui mereka terlebih dahulu sebelum bisa bertemu Megawati.

Pasalnya kata Hasto, anak ranting adalah benteng pertama bagi Megawati di PDI Perjuangan.

Baca juga: Pengamat Sebut Kritikan Hasto ke Jokowi Bisa Rugikan PDIP : Bikin Publik Antipati

Pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting pun merespons soal pernyataan Hasto itu.

Menurutnya secara implisit menandakan Megawati menolak bertemu dengan Presiden Jokowi dalam waktu dekat ini.

Kondisi ini pun mengingatkan dirinya akan kasus pecahnya hubungan Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dampak dari pilpres 2004.

“Jadi pecahnya hubungan Megawati dengan Jokowi dampak dari Pilpres 2024, bisa seperti pecahnya hubungan Megawati dengan SBY yang hingga kini setelah 20 tahun, masih dingin,” kata Ginting saat dihubungi, Sabtu (13/4/2024).

Baca juga: Cerita Kaesang Sudah Tidak Diberi Uang Jajan Sejak Jokowi Jadi Presiden: Bapakku Pelit

Ia mengatakan, Megawati menaruh dendam berlarut-larut, karena merasa dikhianati orang yang dekat dengan dirinya.

Diketahui, SBY sebelumnya sebagai menteri di bawah pemerintahan Presiden Megawati pada tahun 2001-2004.

Sementara Jokowi sempat dianggap anak emaas Megawati di PDIP.

Namun selama gelaran Pilpres 2024, Jokowi dianggap mengkhianati Megawati dan partai yang mengusungnya menjadi Wali Kota Solo dua periode, Gubernur DKI Jakata, dan Presiden RI selama dua periode.

“Jadi sakitnya Megawati terhadap Jokowi, bisa lebih parah daripada sakitnya Megawati terhadap SBY. Karena dengan anak-anaknya SBY, Megawati tidak ada masalah. Namun dengan dua anaknya Jokowi (Gibran dan Kaesang) serta menantunya Jokowi (Boby Nasution) itu juga masalah,” ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas itu.

Baca juga: Mau Bertemu dengan Megawati? Tak Semudah Itu Ferguso! Satu Syarat Ini Harus Dipenuhi Jokowi

Pengamat pun menilai rekonsiliasi politik antara Megawati dengan Jokowi sulit dilakukan dalam waktu dekat.

Apalagi setelah 20 Oktober 2024, Jokowi sudah bukan lagi sebagai Presiden RI.

Dia pun memprediksi jika serangan dari PDIP terhadap Jokowi dan keluarganya akan semakin tidak terbendung.

Ditambah lagu Jawa Tengah merupakan basis partai kepala banteng.

Termasuk Solo Raya tempat tinggal kediaman keluarga Jokowi akan menjadi kendala sosiologis bagi keluarga Jokowi saat berhadapan dengan kader PDIP dari tingkat ranting.

Baca juga: Akankah Jokowi Berlebaran ke Megawati? Hasto Sebut Tidak Ada Open House di Rumah Teuku Umar

Posisi presiden terpilih Prabowo Subianto, lanjut Selamat Ginting, akan menjadi jembatan bagi hubungan Megawati dengan Jokowi, maupun jembatan bagi hubungan Megawati dengan SBY.

Prabowo bisa dianggap sebagai tokoh moderat yang bisa diterima semua kalangan. Ia bisa menjadi solidarity maker untuk menyatukan pihak-pihak yang berseberangan dalam satu consensus bangsa.

“Padahal Prabowo juga pernah dikhianati Megawati yang tidak melaksanakan perjanjian Batutulis, Bogor pada 2009."

Dia lantas mengungkit pada Pilpres 2014, PDIP seharusnya mengusung Prabowo sebagai capres.

"Namun nyatanya PDIP malah mengusung Jokowi. Tapi Prabowo cepat move-on dan tidak larut dalam dendam politik,” kata Ginting.

(*)
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved