Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Solo

Musim Kondangan, Mengenal Piring Terbang di Solo Jateng yang Dianggap Hormati Tamu, Berapa Biayanya?

Pramusaji akan memberikan piring demi piring makanan ke tamu, hingga muncullah sebutan 'piring terbang'. 

|
Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
Twitter FOODFESS
Hidangan ala Piring Terbang 

TRIBUNSOLO.COM - Tak sedikit orang di Indonesia khususnya kaum muslim, meyakini bahwa tanggal baik untuk menikah adalah di bulan Zulhidjah atau biasa disebut dengan bulan Haji. 

Muncul pula sebutan bulan Haji ini sebagai bulan "musim menikah" atau "musim kondangan". 

Saat menghadiri acara pernikahan, biasanya tersaji makanan dan minuman untuk para tamu, dengan 2 konsep berbeda, yakni prasmanan atau piring terbang.

Baca juga: Tempat Instagramable di Solo Jateng: The Heritage Palace yang Kini Ganti Nama Jadi Rasamadu Heritage

Di Solo Raya khususnya, saat menggelar pernikahan, biasanya lebih banyak yang menggunakan tradisi piring terbang, alih-alih menggunakan konsep prasmanan.

Jika di kota-kota besar biasanya acara pernikahan menggunakan konsep prasmanan dianggap lebih bergengsi dan mewah, di Solo dan sekitarnya konsep piring tradisi justru dianggap lebih bergengsi.

Di acara pernikahan berkonsep piring terbang, tamu cukup duduk manis di kursi yang telah disediakan. 

Pramusaji akan memberikan piring demi piring makanan ke tamu, hingga muncullah sebutan 'piring terbang'. 

Baca juga: Viral Pasar Jongke Solo Jateng Bangunannya Kini Sangat Megah, Warga Solo Ada yang Pro dan Kontra

Konsep piring terbang ini dianggap memiliki banyak keunggulan.

Selain penyajian yang cepat, konsep ini cocok bagi para penyelenggara resepsi dengan bujet terbatas.

Selain itu makanan juga jadi tidak mubazir.

Sebab baik penyelenggara resepsi dan pihak jasa boga telah memperhitungkan jumlah yang pas untuk penyajian makanan dalam hitungan per porsi.

Tradisi piring terbang ini sudah ada sejak tahun 1980-an, namun sebenarnya bukan berasal dari Solo, namun bermula dari kota Mataram.

Sampai sekarang konsep penyajian makanan piring terbang masih sering dilakukan di Solo dan sekitarnya.

Dalam konsep piring terbang, hidangan diawali dengan minuman manis seperti teh hangat yang telah disiapkan di atas meja sebelum tamu datang.

Ilustrasi : Momen para pramusaji menyajikan hidangan ke para tamu undangan di sebuah acara pernikahan di Kota Solo, atau yang lebih dikenal dengan istilah 'piring terbang'.
Ilustrasi : Momen para pramusaji menyajikan hidangan ke para tamu undangan di sebuah acara pernikahan di Kota Solo, atau yang lebih dikenal dengan istilah 'piring terbang'. (TribunSolo.com/dok Pandu)

Baca juga: Tempat Instagramable di Solo Jateng: Grandis Barn Lokasi di Colomadu Dekat Rumah Pensiun Jokowi

Di samping teh juga telah disiapkan snack seperti bolu/prol tape, risol/kroket dan kacang goreng. 

Selanjutnya, para tamu kemudian akan diberi hidangan sup/selat solo.

Setelah sup/selat solo menu yang diantar selanjutnya adalah hidangan utama berupa nasi lengkap dengan lauk pauk seperti sambal goreng, cap cay, acar kuning dan kerupuk. 

Kemudian es dipilih sebagai menu terakhir untuk dijadikan hidangan penutup.

Hidangan penutup ini biasanya berupa es buah, es puter atau es krim.

Setelah es dihidangkan ini menandakan bahwa acara akan segera berakhir. 

Lantas berapa biaya yang dikeluarkan untuk pernikahan berkonsep piring terbang ini?

Biayanya bergantung pada jumlah tamu yang diundang juga menu makanan yang dipilih.

Sebuah katering di Solo, memberikan paket Rp 30 Ribu per sajian (teh, snack, makanan utama).

Jika mengundang 300 orang, maka untuk makanan tamu saja perlu Rp 9 juta.

Namun jika ingin menu komplet dengan makanan utama lauk daging, harga per sajian bisa mencapai Rp 55 Ribu.

Baca juga: Pendaftaran Putra Putri Solo 2024 Dibuka, Begini Sejarah Kontes Tersohor di Solo Jateng ini

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved