Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Polemik Festival Kuliner Non Halal

BREAKING NEWS: Pabrik Kecap di Karanganyar Jateng Disambangi Ormas, Protes Kuliner Non Halal di Solo

Beberapa orang yang tergabung dalam ormas mendatangi pabrik kecap di Desa Dagen, Kecamatan Jaten. Ini imbas t festival kuliner non-halal di Solo.

TribunSolo.com/Mardon Widiyanto
Sejumlah orang yang tergabung dalam ormas masuk ke Pabrik dan Kantor PT Lombok Gandaria, di Desa Dagen, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Kamis (4/7/2024). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto 

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Sejumlah orang yang tergabung dalam ormas mendatangi kantor dari pabrik kecap di Desa Dagen, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Kamis (4/7/2024).

Ini imbas dari protes ormas Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) terkait festival kuliner non-halal “Pecinan Nusantara” di Solo Paragon Mall, Rabu (3/7/2024).

Pabrik tersebut disebut menjadi sponsor acara. 

Kedatangan mereka disambut dengan penjagaan dari TNI-POLRI setempat.

Berdasarkan pantauan TribunSolo.com, nampak di kantor PT Lombok Gandaria di Desa Dagen, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, sudah dilakukan penjagaan.

Penjagaan dilakukan tak hanya oleh satpam, melainkan anggota TNI-POLRI.

Nampak mereka tengah menjaga situasi sambil menunggu kedatangan seseorang.

Seseorang itu merupakan pria yang mengenakan baju koko dan peci.

Mereka datang di lokasi pukul 13.00 WIB, dan dipersilahkan untuk masuk oleh satpam setempat.

Selain itu, mereka masuk dengan didampingi anggota kepolisian yang berjaga di sana.

Baca juga: Setelah Diprotes Ormas, Festival Non-Halal di Solo Paragon Mall Jateng Dipasangi Sekat

Setelah itu, salah satu dari mereka melakukan absensi dan dipersilakan masuk ke kantor tersebut.

Mereka kemudian bertemu dengan pimpinan di sana dan pertemuan mereka berlangsung tertutup.

Terkait protes ini, humas Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS)  Endro Sudarsono berdalih bahwa festival ini terlalu vulgar karena diadakan di tempat umum. Ia pun meminta agar mereka menggelar di tempat yang dihadiri orang terbatas.

“Warga masyarakat resah karena ini terlalu vulgar. Walaupun kita cukup menghargai makanan non-muslim. Maka sifatnya himbauan. Mestinya terbatas dan tidak terlalu vulgar,” ungkapnya saat ditemui di Balai Kota Solo.

Pihaknya mempermasalahkan bentuk acara berupa festival yang bisa dihadiri siapa saja. Ia pun takut umat muslim khilaf dan mencicipi kuliner yang dilarang oleh agama islam ini.

“Iya (harusnya tidak dalam bentuk festival). Tidak di tempat semacam itu di tempat umum. Kita takut teman-teman yang keterbatasan agamanya merasakan enak, minta tambah, repot. Ikut bertanggung jawab,” terangnya.

Salah satu penjaga tenant, Aris mengaku sempat buka sekitar pukul 10.00. Festival ini rencananya diadakan mulai hari ini 3-7 Juli 2024.

“Jam 10 nggak lama terus kita suruh tutup. Nggak nyampe jam 12. Baru prepare aja,” jelasnya.

Sejumlah pengunjung sempat membeli beberapa kuliner di festival tersebut. Bahan-bahan yang digunakan memang tidak untuk dikonsumsi oleh umat muslim.

“Kalau yang lain sih mungkin (ada yang beli). Non-halal semua,” terangnya.

Ia sendiri tidak tahu apakah akan dibubarkan atau dilanjutkan. Saat ini pihaknya masih menunggu kepastian dari penyelenggara.

“Iya sih kita juga nunggu keputusan. Kita juga karyawan bukan owner. Nggak tahu (kelanjutannya gimana). Dari EO (yang menyuruh tutup). Makanya ini juga nggak tahu,” jelasnya.

Ia pun mengaku telah menyiapkan untuk event ini jauh-jauh hari. Sejumlah bahan makanan juga disiapkan untuk festival kuliner ini.

“Tentunya udah disiapkan. Sampai tanggal 7,” ungkapnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved